Rabu, 30 Desember 2009

ASBABUNNUZUL SURAH AL-IKHLASH

-->
قُلْ هُوَ اللهُ احَدٌ - اَللهُ الصَّمَدُ- لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ - وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ
Katakanlah, Dia-lah Allah Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
اسباب نزول الآية :
اخرج الترمذي والحاكم وابن خزيمة من طريق أبى العالية عن ابي بن كعب : اَنَّ الْمُشْرِكِيْنَ قَالُوْا لِرَسُوْلِ اللهِ : اُنْسُبْ لَنَا رَبَّكَ. فَاَنْزَلَ اللهُ "قُلْ هُوَ اللهُ احَدٌ " اِلَى آخِرِ ها
Imam Tirmidzi, Imam Hakim dan Imam Ibnu Khuzaimah, telah mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Abul Aliyah, yang ia terima dari Ubay bin Kaab, bahwasanya orang-orang musyrik telah berkata kepada Rasulullah saw, "Ceritakanlah kepada kami mengenai Tuhanmu." Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah! Dialah Allah Yang Maha Esa.” (Q.S. Al-Ikhlash ayat 1 hingga akhir surah)
وأخرج الطبراني وابن جرير مثله من حديث جابر بن عبد الله فاستدل بها على أن السورة مكية
Imam Tabrani dan Imam Ibnu Jarir mengetengahkan hadis yang sama melalui hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin 'Abdullah. Dengan demikian maka dapat disimpulkan, bahwa surah Al-Ikhlash ini termasuk surah Makkiah.
وأخرج ابن أبي حاتم عن ابن عباس أن اليهود جاءت إلى النبي صلى الله عليه وسلم منهم كعب بن الأشرف وحيي بن أخطب فقالوا يا محمد صِف لنا ربَّك الذي بعثك فأنزل الله قل هو الله أحد إلى آخرها
Imam Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas, bahwasanya orang-orang Yahudi datang kepada Nabi saw, di antara mereka terdapat Ka’ab bin Asyraf dan Huyay bin Akhthab. Mereka berkata : "Hai Muhammad! Gambarkanlah kepada kami Tuhanmu yang telah mengutusmu." Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya : "Katakanlah! Dialah Allah Yang Maha Esa'." (Q.S. Al Ikhlash (112) ayat 1 hingga akhir surah)
وأخرج ابن جرير عن قتادة وابن المنذر عن سعيد بن جبير مثله فاستدل بهذا على أنها مدنية
Imam Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis yang sama melalui Qatadah. Demikian pula Imam Ibnu Munzir mengetengahkan pula hadis yang sama melalui Said bin Jubair. Maka dengan riwayat ini dapat disimpulkan bahwa surah ini termasuk ke dalam kelompok surah Madaniah.
وأخرج ابن جرير عن أبي العالية قال قال قتادة قالت الأحزاب انسب لنا ربك فأتاه جبريل بهذه السورة
Imam Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Abul Aliyah yang menceritakan, bahwa ia telah mendengar Qatadah menuturkan sebuah hadis, bahwasanya golongan yang bersekutu mengatakan kepada Nabi saw : "Gambarkanlah kepada kami Tuhanmu” Lalu datanglah malaikat Jibril kepada Nabi saw, dengan membawa surah ini.
وهذا المراد بالمشركين في حديث أبي - فتكون السورة مدنية -كما دل عليه حديث ابن عباس وينتفي التعارض بين الحديثين
Dan inilah orang-orang musyrik yang dimaksud di dalam hadis Ubay tadi. Dengan demikian maka dapat disimpulkan, bahwa surah ini termasuk ke dalam kelompok surah Madaniah. Seperti halnya pula pengertian yang diisyaratkan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan kedua hadis tersebut tidak bertentangan.
لكن أخرج أبو الشيخ في كتاب العظمة من طريق أبان عن أنس قال : أتت يهود خيبر إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقالوا يا أبا القاسم خلق الله الملائكة من نور الحجاب وآدم من حمأ مسنون وإبليس من لهب النار والسماء من دخان والأرض من زبد الماء فأخبرنا عن ربك فلم يجبهم فأتاه جبريل بهذه السورة قل هو الله أحد
Akan tetapi Imam Abu Syekh di dalam kitabnya Al 'Azhamah, mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Abban yang ia terima dari Anas yang menceritakan, bahwasanya orang-orang Yahudi Khaibar datang kepada Nabi saw, lalu mereka berkata : "Hai Abul Qasim! (nama julukan Nabi Muhammad) Allah telah menciptakan malaikat dari nur (cahaya) Al-Hijab, Nabi Adam dari lumpur hitam yang diberi bentuk, iblis dari nyala api, langit dari asap dan bumi dari buih air. Maka ceritakanlah kepada kami tentang Tuhanmu." Nabi tidak menjawab, maka datanglah malaikat Jibril dengan membawa surah ini, yaitu firman-Nya : "Katakanlah! Dialah Allah Yang Maha Esa." (Q.S. 112 Al-Ikhlash, 1 hingga akhir surah).
(Kitab Asbabun-Nuzul okeh Imam As-Suyuthi, Dar Al-Fajr Litturats, Kaero, 2002/1423, hal.476-477)

Sabtu, 26 Desember 2009

KECANDUAN MENDENGAR AYAT-AYAT AL-QUR’AN

Ada sebuah kisah menarik yang terjadi pada zaman Rasulullah saw. yang perlu dijadikan bahan renungan buat kita : Suatu ketika terdapat tiga orang tokoh Quraisy yang terlena mendengar bacaan Al-Qur’an. Mereka adalah Sakhr bin harb yang dikenal dengan panggilan Abu Sufyan, Amr bin Hisyam yang dikenal dengan panggilan Abu Jahal, dan Al-Akhnas bin Syariq. Pada suatu malam, seusai berfoya-foya di kelab-kelab malam di luar kota Makkah, ketika hendak pulang pada dini hari, terlintas keinginan dalam benak mereka masing-masing untuk mengetahui yang dilakukan Muhammad. di rumahnya. Secara kebetulan, tanpa sepengetahuan yang lain, masing-masing mendatangi rumah Muhammad saw. dan secara kebetulan pula masing-masing menempati sudut rumah yang berbeda, tanpa sepengetahuan yang lain pula. Lalu masing-masing duduk mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang ditartilkan oleh Muhammad saw. dalam salat tahajjud. Mereka tertarik mengikuti alunan suara ayat-ayat Al-Qur’an yang disimak pada keheningan malam. Mereka terlena dan terpesona hingga tak sadarkan diri sampai Muhammad saw. selesai salat tahajjud menjelang subuh. Waktu itulah mereka bangun dari duduknya hendak pulang. Tiba-tiba mereka berpapasan muka yang satu dengan yang lain. Dan terkejutlah mereka, serta saling bertanya : Apakaah gerangan yang kalian lakukan di situ? Dari jawaban mereka, ternyata sama-sama ingin mengetahui yang dikerjakan Muhammad saw. Setelah itu, mereka menyadari bahwa perbuatannya sangat berbahaya apabila ditiru orang lain, terutama kalangan remaja. Apabila ada orang yang meniru perbuatannya, tentu langsung akan mempercayai Muhammad. Karena itu, mereka bersama-sama bersumpah untuk tidak mengulangi lagi. Selanjutnya mereka berpisah dan langsug pulang menuju rumah masing-masing. 

Keesokan malamnya, mereka mengalami seperti kecanduan. Ketika hendak pulang dari pelesir mereka, rasa ketagihan tak dapat dibendung. Walaupun sudah bersumpah tidak akan melakukannya lagi. Apa boleh buat, desakan rasa ketagihan mereka ikuti juga dengan sembunyi-sembunyi. Dan terjadilah kembali seperti yang dilakukan malam sebelumnya. Mereka terlena dihanyutkan oleh rasa nikmat mengikuti alunan suara ayat-ayat yang sedang ditartilkan oleh Muhammad. Salat tahajjud muhammad saw. sudah usai. Mereka hendak pulang, dan sekali lagi mereka bepapasan kembali diperjalanan. Sehingga terjadi saling menyalahkan karena masih mengulangi perbuatan yang sudah disepakati untuk tidak dilakukan. Kemudian mereka memperbaharui sumpahnya untuk tidak mengulangi lagi. Namu, keesokan malamnya mereka masih mengulangi lagi karena terdorong oleh rasa rindu yang mendalam. Setelah selesai seperti malam sebelumnya, akhirnya mereka berpapasan kembali dan terjadi saling menyesalkan. Pada kali ini mereka rupanya lebih menekankan janji dengan sumpah yang seberat-beratnya. Setelah itu, mereka saling menanyakan pendapatnya tentang apa yang didengar dikeheningan malam itu. Semua mereka berpendapat, bahwa apa yang kumandangkan Muhammad melalui alunan suara ayat-ayat Al-Qur’an itu tidak ada yang tidak baik, semuanya sungguh sangat menarik dan menggiurkan.[i]
Kalau orang yang tidak beriman saja bisa kecanduan mendengar alunan suara ayat-ayat Al-Qur’an, semestinya orang yang mengaku telah beriman akan lebih merasakan adanya kecanduan itu. Kemudian kita bertanya, sudahkah kita merasakan adanya kerinduan yang mampu mendorong kita untuk sesering mungkin membaca atau mendengar suara ayat-ayat Al-Qur’an?



[i]. DR.Musthafa Mahmud, Muhammad saw. Sebuah upaya untuk memahami sejarah Rasulullah, Hadiah Syaikh Bakar Abbas Khomais, Alih bahasa oleh K.M.S.Agustjik, 1981, hal. 92-93

TABIAT BERSIH (FITHRAH)

-->
Islam mengajarkan kebersihan dan keindahan, bahkan Rasulullah menyatakan, bahwa tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih. Hadis Nabi :
حَدَّثَنَا عِيْسَى بْنُ مُحَمَّدٍ السِّمْسَارُ قال : حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سُهَيْلٍ الوِرَاقُ الْوَاسِطِيُّ قال : حَدَّثَنَا نعيم بن مورع اَلْعَنْبَرِيْ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيْهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَْلإِسْلاَمُ نَظِيْفٌ فَتَنَظَّفُوْا فَإِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ اِلاَّ نَظِيْفٌ (رواه الطبراني :5050 – المعجم الأوسط للطبراني – الباب من اسمه عيسى – الجزء : 11 – صفحة : 120)
‘Isa bin Muhammad As-Simsar bercerita kepada kami, ia berkata : Ahmad bin Suhail Al-Wiraq Al-Wasithy bercerita kepada kami, ia berkata : Nu’aim bin Mauri’ Al-Anbary bercerita kepada kami, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya diterima dari Aisyah ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Islam itu bersih, maka bersihkanlah dirimu karena sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersih. (HR. Ath-Thabrani : 5050, Al-Mu’jam Al-Awsath Lith-Thabrany, bab Man Ismuhu ‘Isa, juz 11. Hal.120)
Kebersihan akan menggiring manusia kepada iman dan dengan iman itulah manusia akan masuk surga. Hadis Nabi :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَبَّاسِ، حَدَّثَنَا النَّضْرُ بْنُ هِشَامٍ اَلْأَصْبَهَانِي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ حَيَّانَ بْنِ حَكِيْمٍ بْنِ حَنْظَلَةَ بْنِ سُوَيْدٍ بْنِ عَلْقَمَةَ بْنِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ الأَنْصَارِي، حَدَّثَـنِيْ شَرِيْكٌ، عَنْ مُغِيْرَةَ ، عَنْ إِبْرَاهِيْمَ، عَنْ عَلْقَمَةَ، عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَخَلَّلُوْا فَإِنَّهُ نَظَافَةٌ وَالنَّظَافَةُ تَدْعُوْا اِلَى اْلإِيْمَانِ وَاْلإِيْمَانُ مَعَ صَاحِبِهِ فِى الْجَنَّةِ. (رواه الطبراني : 7522-– المعجم الأوسط للطبراني – باب الميم من اسمه احمد - الجزء : 16 – صفحجة : 98)
Muhammad bin Al-Abbas bercerita kepada kami, An-Nadhar bin Hisyam Al-Ashbahany bercerita kepada kami, Ibrahim bin Hayyan bin Hakim bin Handhalah bin Suwaid bin ‘Alqamah bin Sa’ad bin Muadz Al-Anshari bercerita kepada kami, Syarik bercerita kepadaku, dari Mughirah, dari Ibrahim, dari ‘Alqamah, dari Abdullah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Buanglah sisa-sisa makanan di gigimu, karena perbuatan itu adalah kebersihan, dan kebersihan itu akan mengajak (menggiring) kepada iman, dan iman itu akan bersama orang yang memilikinya dalam surga. (HR. Ath-Thabrani : 7522, bab Al-Mim Mi Ismuhu Ahmad, juz 16, hal.98)
Beberapa Contoh Kebiasaan Hidup Bersih
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْفِطْرَةُ خَمْسٌ أَوْ خَمْسٌ مِنْ الْفِطْرَةِ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْإِبِطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ. (رواه ابن ماجة : 288- سنن ابن ماجه – باب الفطرة – الجزء : 1 – صفحة :345)
Abu Bakar bin Abi Syaibah bercerita kepada kami, Sufyan bin Uyaynah bercerita kepada kami, dari Az-Zuhri, dari Sa’id bin Al-Musayyab, diterima dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah saw. bersabda : Ada lima macam fitrah (tabi’at hidup bersih) yaitu : berkhitan (sunat), mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak, mencukur kumis. (HR.Ibnu Majah :288, Sunan Ibnu Majah, bab Al-Fthrah, juz 1, hal.345)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ شَيْبَةَ عَنْ طَلْقِ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : عَشْرٌ مِنْ الْفِطْرَةِ قَصُّ الشَّارِبِ وَإِعْفَاءُ اللِّحْيَةِ وَالسِّوَاكُ وَالِاسْتِنْشَاقُ بِالْمَاءِ وَقَصُّ الْأَظْفَارِ وَغَسْلُ الْبَرَاجِمِ وَنَتْفُ الْإِبِطِ وَحَلْقُ الْعَانَةِ وَانْتِقَاصُ الْمَاءِ يَعْنِي الِاسْتِنْجَاءَ وَالْمَضْمَضَة .(رواه ابن ماجة : 289- سنن ابن ماجه – باب الفطرة – الجزء : 1 – صفحة : 346)
Abu Bakar bin Abi Syaibah bercerita kepada kami, Waki’ bercerita kepada kami, Zakaria bin Abi Zaidah bercerita kepada kami, dari Mush’ab bin Syaibah, dari Thalaq bin Habib, dari Abu Az-Zubair, diterima dari Aisyah ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Ada sepuluh macam fitrah (tabi’at hidup bersih) yaitu mencukur kumis, memelihara jenggot, bersugi, menghirup air dengan hidung, memotong kuku, membasuh ruas anak-anak jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, beristinja’ dan berkumur-kumur. (HR. Ibnu Majah : 289, Sunan Ibnu Majah, Babul Fithri, juz 1, hal.346)
Rasulullah memberikan batasan waktu tertentu untuk mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, memotong kumis, dan mencabut bulu ketiak, yaitu tidak dibiarkan melebihi 40 hari. Hadis Nabi :
حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا صَدُقَةُ الدَّقِيقِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الْجَوْنِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : وَقَّتَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَلْقَ الْعَانَةِ وَتَقْلِيمَ الْأَظْفَارِ وَقَصَّ الشَّارِبِ وَنَتْفَ الْإِبِطِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا مَرَّةً. (رواه ابو داود : 3668 – سنن ابو داود - بَاب فِي أَخْذِ الشَّارِبِ – الجزء : 11 – صفحة : 264)
Muslim bin Ibrahim bercerita kepada kami, Shaduqah Ad-Daqiqi bercerita kepada kami, Abu ‘Imran Al-Jauni bercerita kepada kami, diterima dari Anas bin Malik ia berkata : Rasulullah saw memberikan waktu kepada kami untuk mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, memotong kumis, dan mencabut bulu ketiak satu kali dalam waktu 40 hari. (HR. Abu Daud : 3668, Sunan Abu daud, bab fii Akhdisyaarib, juz 11, hal.264)
Secara khusus Rasulullah menyuruh agar kumis dicukur dan jenggot dibiarkan. Hadis Nabi :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا يَحْيَى يَعْنِي ابْنَ سَعِيدٍ و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي جَمِيعًا عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى.(رواه مسلم : 380- صحيح مسلم - بَاب خِصَالِ الْفِطْرَةِ – الجزء : 2 – صفحة : 70)
Muhammad bin Mutsanna bercerita kepada kami, Yahya, yaitu Abu Sa’id bercerita kepada kami, dan Ibnu Numair bercerita kepada kami, Abi bercerita kepada kami, semuanya dari Ubaidillah, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Nabi saw bersabda : cukurlah kumis dan biarkanlah jenggot. (HR.Muslim : 380, Shahih Muslim, bab Khishalil Fithrah, juz : 2, hal.70)
Kebersihan dan keindahan lingkungan-pun harus kita jaga dengan sungguh-sungguh, karena itu merupakan cerminan dari akhlak Allah.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ إِلْيَاسَ عَنْ صَالِحِ بْنِ أَبِي حَسَّانَ قَال سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ الْمُسَيَّبِ يَقُولُ : إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ كَرِيمٌ يُحِبُّ الْكَرَمَ جَوَادٌ يُحِبُّ الْجُودَ فَنَظِّفُوا أَفْنِيَتَكُمْ وَلَا تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ.(رواه الترمذي :2723 – سنن الترمذي - بَاب مَا جَاءَ فِي النَّظَافَةِ – الجزء : 9 – صفحة : 488)
Muhammad bin Basysyar bercerita kepada kami, Abu Amir Al-‘Aqady bercrita kepada kami, Khalid bin Ilyas bercerita kepada kami, dari Shalih bin Abi Hassan ia berkata : Saya telah mendengar Sai’d bin Al-Musayyab berkata : Bahwasanya Allah itu indah, menyukai keindahan, Dia itu bersih, menyukai kebersihan, Dia itu pemurah, menyukai kemurahan. Untuk itu, bersihkanlah lingkungan-lingkunganmu dan halaman-halaman rumahmu. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang Yahudi. (HR. Tirmidzi : 2723, Sunan Tirmidzi, Bab Maa Jaa-a Finnadhafah, juz 9, hal.2823)
Bukan hanya indah dan bersih yang nyaman dipandang mata, tetapi juga Rasulullah sangat senang dengan wewangian. Hadis Nabi :
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ وَهَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُقْرِئَ حَدَّثَهُمْ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي أَيُّوبَ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ عُرِضَ عَلَيْهِ طِيبٌ فَلَا يَرُدَّهُ فَإِنَّهُ طَيِّبُ الرِّيحِ خَفِيفُ الْمَحْمَلِ (رواه ابو داود : 3641 – سنن ابو داود- بَاب فِي رَدِّ الطِّيبِ – الجزء : 11 – صفحة : 227)
Hasan bin Ali dan Harun bin Abdillah bercerita kepada kami, bahwa Abu Abdurrahman Al-Muqri’ bercerita kepada mereka, dari Sai’id bin Abi Ayyub, dari Ubaidillah bin Abi Ja’far, dari Al-A’raj diterima dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang diberi wangi-wangian, janganlah ditolak, Karena wangi-wangian itu harum semerbak baunya dan ringan membawanya. (HR. Abu Daud :3641, Sunan Abu Daud, Bab fii Raddilththibbi, juz 11, hal.227)