Sabtu, 25 Oktober 2014

AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH AYAT 5


Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat yang lima (5) di atas adalah orang orang yang disebut “Muttaqin”, yaitu orang-orang yang bertakwa. Mereka oleh Allah, dinyatakan telah mendapatkan petunjuk dan bimbingan-Nya, yang firman-Nya diabadikan dalam ayat berikutnya, yaitu surat Al-Baqarah ayat 5.
أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (البقرة : 5)
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
 Awal ayat berbunyi  أُولَئِكَ   (mereka itulah), artinya orang-orang yang menyandang sifat-sifat seperti yang terdapat pada ayat-ayat sebelumnya, yakni mereka yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, berinfak dari rezeki yang telah Allah berikan kepada mereka, berimana kepada apa yang diturunkan kepada Rasulullah saw (Al-Qur’an) dan kepada Rasul-Rasul sebelumnya (Taurat, zabur dan Injil), serta meyakini adanya kehidupan akhirat. Sifat-sifat tersebut mengharuskan mereka untuk selalu  mempersiapkan diri mengerjakan amal shalih serta meninggalkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah. Kemudian kalimat  عَلَى هُدًى   (yang tetap mendapat petunjuk),  artinya berjalan di atas pancaran cahaya, keterangan, dan bashirah (penglihatan batin) dari Allah.[1] 
Imam Ibnu Katsir mengutip suatu riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan  أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ (Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka) adalah mereka yang berada di atas pancaran  cahaya dari Tuhan-Nya serta istiqamah berpegang teguh kepada apa (Al-Qur’an) yang telah datang kepada mereka. Sementara menurut Ibnu Jarir adalah mereka yang mendapatkan pancaran cahaya dari Tuhannya, memperoleh dalil atau hujjah, memiliki sifat istiqamah atau pendirian yang kokoh dan meraih bimbingan yang benar, lurus serta mendapatkan taufik dari Allah.[2]
Akhir ayat berbunyi  وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ   (dan mereka itulah orang-orang yang beruntung) di dunia dan akhirat, yaitu orang-orang yang mendapatkan apa yang mereka inginkan dan mereka yang selamat dari keburukan  atau kejahatan yang mereka hindari.  Takwil atau tafsir dari akhir ayat tersebut adalah merekalah orang-orang yang beruntung, mereka memperoleh apa yang mereka dambakan disisi Allah melalui amal perbuatan mereka dan iman mereka kepada Allah, kepada kitab-kitab dan Rasul-rasul-Nya. Dambaan mereka tersebut berupa kesuksesan meraih pahala, kekal di dalam surga dan selamat dari siksa  yang telah disediakan oleh Allah buat musuh-musuh-Nya.[3]
Mereka yang menyandang sifat-sifat tersebut dalam surat Al-Baqarah ayat 1 – 5 dinyatakan oleh Rasulullah saw sebagai penduduk surga sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Amr :
حَدَّثَنَا أَبِي، ثنا يَحْيَى بْنُ عُثْمَانَ بْنِ صَالِحٍ الْمِصْرِيُّ، ثنا أَبِي، ثنا ابْنُ لَهِيعَةَ، حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُغِيرَةِ، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ وَاسْمُهُ سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقِيلَ لَهُ يَا رَسُول اللَّه إِنَّا نَقْرَأ مِنْ الْقُرْآن فَنَرْجُو وَنَقْرَأ مِنْ الْقُرْآن فَنَكَاد أَنْ نَيْأَس أَوْ كَمَا قَالَ : فَقَالَ :  أَلاَ أُخْبِركُمْ عَنْ أَهْل الْجَنَّة وَأَهْل النَّار؟ - قَالُوا بَلَى يَا رَسُول اللَّه.  قَالَ الم ذَلِكَ الْكِتَاب لَا رَيْب فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ – إِلَى قَوْله تَعَالَى – الْمُفْلِحُونَ، هَؤُلَاءِ أَهْل الْجَنَّة. قَالُوا : إِنَّا نَرْجُوا أَنْ نَكُونَ هَؤلاَءِ . ثُمَّ قال : (إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ ..... إلى قوله :  عظيم -  هؤلاَءِ أَهل النَّارِ، لَسْنَا هُمْ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ :  أَجَل. (تفسير ابن أبي حاتم _ المكتبة الشاملة – باب قوله وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ – الجزء : 1 – صفحة : 148)
Telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Utsman bin Shalih Al-Mishri, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Al-Mughirah,  dari Abu Al-Haitsam bin Abdi, dari Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi saw; Rasulullah pernah ditanya,  : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami tetap membaca Al-Qur’an hingga hampir saja kami berputus asa.” Atau sebagaimana Nabi saw bersabda : Maukah kalian aku beritakan tentang penduduk surga dan penduduk neraka? Mereka menjawab : Tentu saja kami mau, wahai Rasulullah.  Nabi saw membacakan firman-Nya:
الم ذَلِكَ الْكِتَاب لَا رَيْب فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ – إِلَى قَوْله تَعَالَى – الْمُفْلِحُونَ
Alif Lam Mim. Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa ….. hingga firman Allah Ta’ala : Orang-orang yang beruntung. (QS. Al Baqarah : 1 – 5). Rasulullah saw bersabda : “Mereka semua penduduk surga”. Kemudian para sahabat berkata : “Sesungguhnya kami berharap semoga diri kami termasuk bagian dari mereka (penduduk surga).  Kemudian Nabi saw  membaca firman-Nya :
                        إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاء عَلَيْهِمْ – إِلَى قَوْله – عَظِيم      
Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka…… hingga dengan firman Allah – (siksaan) amat berat. (QS.Al-Baqarah: 6 -7). (Rasulullah saw bersabda) : “Mereka semua penduduk neraka”. (Kemudian para sahabat berkata) : Wahai Rasulullah, tentunya kami bukan termasuk bagian dari mereka (penduduk neraka).” Rasulullah saw menjawab : “Iya”. (Tafsir Ibnu Abi Hatim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Qauluhu Wa ulaaika humul muflihuun, juz : 1, hal. 148)
Para muttaqin, mereka mengarungi kehidupan di atas jalan yang lurus (dinul Islam), menempuh suatu jalan yang selalu berada dalam terang benderang, sebab pelitanya terpasang dalam hati, yaitu pelita iman yang tidak pernah padam;  sehingga mereka akan selalu berada dalam bimbingan Allah, bertemu taufik dan hidayat, sesuai kehendak dan permohonannya, maka dengan ridha Allah, mereka lalu meraih kejayaan yang sejati, sukses dunia akhirat.

[1]. Baca Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab / juz : 1, hal. 171
[2]. Ibid, Tifsir Ibnu Katsir, hal. 172
[3]. Ibid, Tifsir Ibnu Katsir, hal. 172

Kamis, 16 Oktober 2014

HAJI DAN 'UMRAH (BAGIAN 1)



HAJI DAN UMRAH
Ibadah haji merupakan salah satu dari rukun islam yang lima.  Hal itu berdasarkan sabda Nabi saw :
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى قَالَ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ.(رواه البخاري :7– صحيح البخاري– المكتبة الشاملة – باب  بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ – الجزء : 1– صفحة : 11)
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa, dia berkata : Telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan, dari 'Ikrimah bin Khalid, dari Ibnu Umar, ia berkata : Rasulullah saw,  bersabda : "Islam dibangun di atas lima (landasan); persaksian tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan".  (HR.Bukhari : 7, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, BabBuniyal islamu ‘ulaa khamsin,  juz : 1, hal.11)
Pengertian Haji dan Umrah
Hajji menurut bahasa adalah menyengaja atau menuju (القصد), yaitu menuju kepada sesuatu yang mulia.  Sedangkan  menurut syara’ adalah menuju ke Baitullah dengan sifat yang ditentukan, pada waktu yang telah ditentukan pula dan dengan syarat-syarat yang juga telah ditentukan.[1]
Adapun ‘Umrah menurut bahasa adalah ziarah atau berkunjung (الزيارة). Sedangkan menurut syara’  adalah menuju atau mengunjungi Ka’bah untuk melaksanakan ibadah yang sudah terkenal.[2] 
Sejarah Singkat
Ibadah Haji merupakan ibadah yang menghubungkan antara ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw dengan ajaran Nabi Ibrahim as. Ibadah haji disyariatkan pada tahun ke-6 H (pendapat lain tahun 9 Hijriyyah), namun baru bisa ditunaikan pada tahun ke-9 H yang pada waktu itu Nabi saw menyerahkan pelaksanaannya kepada Abu Bakar ra, sebagai pemimpinnya. Pada tahun 10 H, Nabi saw baru bisa menunaikannya yang kemudian dikenal dengan Haji Wada’ atau Haji Perpisahan karena tidak lama kemudian, Rasulullah saw wafat. Pada Haji Wada’ inilah Rasulullah saw mengajarkan tata cara Ibadah Haji kepada kaum Muslimin.[3]
Perintah Melaksanakan Haji Dan ‘Umrah
Diwajibkan bagi seorang muslim yang mampu untuk melaksanakan ibadah haji dan ‘umrah berdasarkan firman Allah :
وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. (QS. Al-Baqarah : 196)
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS. Ali Imran : 97)
Seseorang yang memiliki bekal dan kendaraan, maka wajib baginya untuk melaksanakan ibadah haji, berdasarkan hadits Nabi :
حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا يُوجِبُ الْحَجَّ قَالَ الزَّادُ وَالرَّاحِلَةُ.  (رواه  الترمذي :  741-  سنن ا بن ماجه– المكتبة الشاملة – باب ما جاء فى ايجاب الحج بالزاد والراحلة– الجزء : 3– صفحة : 313)
Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin ‘Isa, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Yazid, dari Muhammad bin 'Abbad bin Ja'far, dari Ibnu Umar, ia berkata : "Seorang lelaki menemui Nabi saw,  lalu bertanya : 'Wahai Rasulullah, apa yang mewajibkan seseorang untuk haji? 'Beliau menjawab : 'Perbekalan dan kendaraan'." (HR. Tirmidzi 741, Sunan Tirmidzi,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa fii ijabil hajji bizzaadi war Rahilati,   juz : 3, hal. 313)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْقُطَعِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا هِلَالُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى رَبِيعَةَ بْنِ عَمْرِو بْنِ مُسْلِمٍ الْبَاهِلِيِّ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيُّ عَنْ الْحَارِثِ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ مَلَكَ زَادًا وَرَاحِلَةً تُبَلِّغُهُ إِلَى بَيْتِ اللَّهِ وَلَمْ يَحُجَّ فَلَا عَلَيْهِ أَنْ يَمُوتَ يَهُودِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ يَقُولُ فِي كِتَابِهِ  : وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا .(رواه  الترمذي : 740-  سنن ا بن ماجه– المكتبة الشاملة – باب ما جاء فى التغليظ فى ترك الحج– الجزء : 3– صفحة :  311)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya Al Qutha'i Al Bashri, telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hilal bin Abdullah mantan budak Rabi'ah bin 'Umar bin Muslim Al Bahili, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Al Hamdani, dari Al Harits, dari Ali, ia berkata; Rasulullah saw, bersabda: "Barangsiapa yang memiliki bekal dan kendaraan yang cukup untuk dijadikan bekal ke Baitullah, namun dia tidak pergi haji, aku tidak peduli jika dia mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani. Karena Allah berfirman dalam kitab-Nya: 'Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.' (HR. Tirmidzi 740, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa fittaghlidh fii tarkil hajji,   juz : 3, hal. 311)
Kewajiban Haji Dan Umrah  Sekali Seumur Hidup
Seorang muslim wajib melaksanakan ibadah haji dan umrah satu kali   seumur hidup, berdasarkan hadits Nabi saw :
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا الرَّبِيعُ بْنُ مُسْلِمٍ الْقُرَشِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ الْحَجَّ فَحُجُّوا فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ ثُمَّ قَالَ ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ. (رواه مسلم : 2380– صحيح مسلم– المكتبة الشاملة – باب فرض الحج مرة فى العمر – الجزء :7– صفحة : 42)
Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, telah mengabarkan kepada kami Ar-Rabi' bin Muslim Al-Qarasyi, dari Muhammad bin Ziyad, dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw,  menyampaikan khutbah kepada kami seraya bersabda : "Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk menunaikan ibadah haji. Karena itu, tunaikanlah ibadah haji." Kemudian seorang laki-laki bertanya, "Apakah setiap tahun ya Rasulullah?" beliau terdiam beberapa saat, hingga laki-laki itu mengulanginya tiga kali. Maka beliau pun bersabda: "Sekiranya aku menjawab, 'Ya' niscaya akan menjadi kewajiban setiap tahun dan kalian tidak akan sanggup melaksanakannya. Karena itu, biarkanlah apa adanya masalah yang kutinggalkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu mendapat celaka karena mereka banyak bertanya dan suka mendebat para Nabi mereka. karena itu, bila kuperintahkan mengerjakan sesuatu, laksanakanlah sebisa-bisanya, dan apabila kularang kalian mengerjakan sesuatu, maka hentikanlah segera." (HR. Muslim : 2380, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Furidlal hajju marratan fil-‘Umri,   juz : 7, hal. 42)
Rasulullah Saw Melakukan Haji satu Kali
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي عَبْدُ الصَّمَدِ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ قَالَ سَأَلْتُ أَنَسًا كَمْ حَجَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَجَّةً وَاحِدَةً وَاعْتَمَرَ أَرْبَعَ عُمَرٍ. (رواه مسلم : 2197  – صحيح مسلم– المكتبة الشاملة – باب بيان عدد عمر النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – الجزء : 6– صفحة : 331)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepadaku Abdush Shamad, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah, ia berkata; Saya bertanya kepada Anas, "Berapa kali Rasulullah saw, mengerjakan ibadah haji?" Anas menjawab, "Beliau mengerjakan haji hanya sekali, dan umrah sebanyak empat kali." (HR. Muslim : 2197, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab bayanu ‘adadi umarin Nabiyyi saw,   juz : 6, hal. 331 )
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ قَالَ حَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ أَرْقَمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَزَا تِسْعَ عَشْرَةَ غَزْوَةً وَأَنَّهُ حَجَّ بَعْدَ مَا هَاجَرَ حَجَّةً وَاحِدَةً لَمْ يَحُجَّ بَعْدَهَا حَجَّةَ الْوَدَاعِ. قَالَ أَبُو إِسْحَاقَ وَبِمَكَّةَ أُخْرَى. (رواه ا لبخاري :4052– صحيح البخاري– المكتبة الشاملة – باب  حجة الودع – الجزء : 13– صفحة :  312)
Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Khalid, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dia berkata; telah menceritakan kepadaku Zaid bin Arqam, bahwa Nabi saw, telah berperang sebanyak sembilan belas peperangan. Dan beliau melaksanakan haji setelah hijrah sebanyak satu kali, beliau tidak melaksanakan haji wada' setelah itu. Abu Ishaq berkata; dan beliau juga pernah melaksanakan haji ketika beliau berada di Makkah. (HR.Bukhari : 4052, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab  Hajatul wada’i,  juz : 13, hal. 312)
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Haji baru diwajibkan setelah Rasulullah saw berhijrah ke Madinah, yaitu pada tahun 6 Hijriyah (pendapat lain tahun 9 Hijriyyah). Namun, situasi dan kondisi perjuangan dakwah Rasulullah saw,  membuat beliau baru sanggup melaksanakan kewajiban Haji ini pada tahun 10 H dengan nama Haji Wada'  (حِجَّةُ الْوَدَاعِ). Namun sebelum haji diwajibkan, ketika beliau saw masih di kota Makkah, sebelum hijrah ke Madinah, beliau sudah melaksanakan ibadah haji, yaitu dua kali, berdasarkan hadits berkut :
حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادٍ الْمُهَلَّبِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ قَالَ : حَجَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ حَجَّاتٍ حَجَّتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُهَاجِرَ وَحَجَّةً بَعْدَ مَا هَاجَرَ مِنْ الْمَدِينَةِ. (رواه ابن ماجه : 3067 - سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة – باب ما جاء كم حج النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  – الجزء : 9- صفجة :202)
Telah menceritakan kepada kami Al Qasim bin Muhammad bin Abbad Al-Muhallabi; telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Dawud]; telah menceritakan kepada kami Sufyan; ia berkata : Rasulullah saw,  telah melaksanakan tiga haji, dua haji sebelum hijrah dan sekali haji setelah hijrah, dan beliau berangkat dari Madinah. (HR. Ibnu Majah : 3067, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a kam hajjun Nabiyyi saw, juz : 9, hal. 202)
Rasulullah Saw Melakukan ‘Umrah Empat Kali
Rasulullah saw melakukan ‘umrah sebanyak 4 kali, yaitu (1) umrah Hudaibiyah, (2) umrah Qadha`, (3) umrah dari Ji'ranah, dan (4)   umrah  yang bersamaan dengan pelaksanaan haji beliau, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْعَطَّارُ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اعْتَمَرَ أَرْبَعَ عُمَرٍ عُمْرَةَ الْحُدَيْبِيَةِ وَعُمْرَةَ الثَّانِيَةِ مِنْ قَابِلٍ وَعُمْرَةَ الْقَضَاءِ فِي ذِي الْقَعْدَةِ وَعُمْرَةَ الثَّالِثَةِ مِنْ الْجِعِرَّانَةِ وَالرَّابِعَةِ الَّتِي مَعَ حَجَّتِهِ.(رواه الترمذي : 745-  سنن الترمذي– المكتبة الشاملة – باب ما جاء كم اعتمر النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – الجزء : 3– صفحة : 320)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Daud bin Abdurrahman Al 'Athar, dari Amru bin Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, berkata; bahwa Rasulullah saw, berumrah sebanyak empat kali; Umrah Hudaibiyah dan umrah kedua setelahnya, umrah qadla pada bulan Dzul Qa'dah, umrah ketiga yaitu dari umrah ji'ronah, dan yang keempat yaitu umrah bersama hajinya. (HR. Tirmidzi : 745,  Sunan Tirmidzi,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab maa jaa-a kam i’tamaran Nabiyyu saw,   juz : 3, hal. 320)
Keutamaan Haji dan ‘Umrah
Ibadah haji dan ‘umrah merupakan syi’ar yang agung dan ibadah yang mulia, dengannya seorang hamba akan mendapatkan rahmat dan berkah yang menjadikan setiap muslim sangat rindu untuk segera melaksanakannya. Sesungguhnya ibadah haji dan ‘umrah merupakan jalan menuju surga dan sarana pengampunan dosa.   Rasulullah saw,  bersabda :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ وَالْعُمْرَتَانِ تُكَفِّرَانِ مَا بَيْنَهُمَا مِنْ الذُّنُوبِ. (رواه احمد : 9562 – مسند احمد – المكتبة الشاملة – باب مسند ابي هريرة – الجزء : 20 – صفحة : 105)
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sumay, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, ia bersabda :   Rasulullah saw,  bersabda : "Haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga, dan dua ‘umrah pahalanya adalah menghapus dosa antara keduanya." (HR.Ahmad : 9562, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Musnad Abu Hurairah, juz : 20, hal. 105)
Ibadah Haji merupakan sarana terhapusnya dosa, sehingga bagi yang telah selesai menjalankannya  dengan niat ikhlas karena Allah dan tidak ada perbuatan terlarang atau maksiat, maka ia diposisikan seperti seorang bayi yang baru dilahirkan oleh seorang ibu,  sebagaimana sabda Nabi saw : 
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا سَيَّارٌ أَبُو الْحَكَمِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا حَازِمٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ. (رواه ا لبخاري : 1424 – صحيح البخاري– المكتبة الشاملة – باب فضل الحج المبرور – الجزء :  5– صفحة :  400)
Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Sayyar Abu Al-Hakam, ia berkata; aku mendengar Abu Hazim, ia berkata; aku mendengar Abu Hurairah ra,  berkata : Aku mendengar Nabi saw,  bersabda : "Barangsiapa melaksanakan haji karena Allah, lalu dia tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat fasik, maka dia kembali seperti hari saat dilahirkan oleh ibunya". (HR.Bukhari : 1424, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Fadlul hajjil mabrur,  juz : 5, hal. 400)
Ibadah haji dan ‘umrah dapat menghilangkan kefakiran dan menghapuskan dosa,  sebagaimana hadist Nabi saw : 
خْبَرَنَا أَبُو دَاوُدَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَتَّابٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَزْرَةُ بْنُ ثَابِتٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ قَالَ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ. (رواه النسائي : 2583 – سنن النسائي– المكتبة الشاملة – باب فضل المتابعة بين الحج والعمرة  – الجزء :  8– صفحة : 448)
Telah mengabarkan kepada kami Abu Daud, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu 'Attab, ia berkata; telah menceritakan kepada kami 'Azrah bin Tsabit, dari 'Amr bin Dinar, ia berkata; Ibnu Abbas berkata; Rasulullah saw,  bersabda : "Lakukanlah antara haji dan umrah karena keduanya menghilangkan kefakiran dan menghapuskan dosa sebagaimana kiir (alat peniup api) menghilangkan karat  besi." (HR.An-Nasai : 2583, Sunan An-Nasai, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Fadlul m utaba’ah bainal hajji wAl-‘umati,  juz : 8, hal. 448)
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi, yang dimaksud dengan “Menghilangkan kefakiran” dalam hadits tersebut ada dua makna, yaitu : (1) fakir secara zahir akan hilang dengan sukses meraih kekayaan harta, (2) fakir secara batin akan hilang dengan sukses meraih kekayaan hati.[4]  Dan untuk meraih kedua macam sukses itu diperlukan proses dan perjuangan yang sungguh-sungguh sebagaiman perjuangan melaksanakan ibadah haji dan ‘umrah itu sendiri. Dan orang yang berjuang akan dibuka jalannya menuju sukses oleh Allah swt. Firman Allah :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ   (العنكبوت: 69)
Dan orang-orang yang berjihad (berjuang) untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS. Al-Ankabut : 69)
Seseorang  yang melaksanakan ibadah haji, berarti ia telah masuk dalam golongan orang yang berjihad (berjuang) tanpa peperangan sebagaimana tergambar dalam hadits Nabi saw :
حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مُعَاوِيَةَ بِهَذَا وَعَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ طَلْحَةَ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَهُ نِسَاؤُهُ عَنْ الْجِهَادِ فَقَالَ نِعْمَ الْجِهَادُ الْحَجُّ. (رواه ا لبخاري : 2664– صحيح البخاري– المكتبة الشاملة – باب جهاد النساء  – الجزء : 9– صفحة : 494)
Telah bercerita kepada kami Qabishah, telah bercerita kepada kami Sufyan, dari Mu'awiyah dengan hadits seperti ini. Dan dari Habib bin Abi 'Amrah, dari 'Aisyah binti Thalhah, dari 'Aisyah, ummul mu'minin ra,  dari Nabi saw,  bahwa para istri beliau bertanya kepada beliau tentang jihad, maka beliau bersabda : "sebaik-baik jihad  adalah haji".(HR.Bukhari : 2664, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab  Jihadun Nisa,  juz : 9, hal. 494)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ طَلْحَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلَى النِّسَاءِ جِهَادٌ قَالَ نَعَمْ عَلَيْهِنَّ جِهَادٌ لَا قِتَالَ فِيهِ الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ. (رواه ابن ماجه : 2892-  سنن ا بن ماجه– المكتبة الشاملة – باب  الحج جهاد النساء– الجزء :  8– صفحة : 451)
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail, dari Habib bin Abi Amrah, dari Aisyah binti Thalhah, dari Aisyah ra,  ia berkata : "Aku berkata; Wahai Rasulullah, apakah jihad juga wajib bagi wanita? Beliau menjawab : Ya. Bagi kaum wanita mempunyai kewajiban berjihad tanpa berperang, yaitu (jihad) haji dan ‘umrah." (HR. Ibnu Majah : 2892,  Sunan Ibnu Majah,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Al-hajju jihadun Nisa’,  juz : 8, hal. 451)
Biaya keperluan ibadah haji merupakan infak di jalan Allah, berdasarkan hadits Nabi saw :
حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ عَنْ أَبِي زُهَيْرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : النَّفَقَةُ فِي الْحَجِّ كَالنَّفَقَةِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِسَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ. (رواه احمد :21922– مسند احمد – المكتبة الشاملة – باب حديث بريدة الاسلمي – الجزء : 46– صفحة : 474)
Telah menceritakan kepada kami Bakr bin 'Isa, telah bercerita kepada kami Abu 'Awanah, telah bercerita kepada kami 'Atho` bin As Sa`ib, dari Abu Zuhair, dari 'Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata : Rasulullah saw,  bersabda: "infak  (mengeluarkan biaya) untuk keperluan haji sama seperti mengeluarkan infak fi sabilillah dengan nilai 700 kali lipat. (HR.Ahmad : 21822, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab hadits Buraidah Al-Aslamy,  juz : 46, hal. 474)
Orang yang menunaikan ibadah haji dan ‘umrah merupakan tamu Allah swt, dan segala permohonannya dikabulkan-Nya, berdasarkan hadits Nabi saw :
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَالِحٍ مَوْلَى بَنِي عَامِرٍ حَدَّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ يَحْيَى بْنِ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : الْحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللَّهِ إِنْ دَعَوْهُ أَجَابَهُمْ وَإِنْ اسْتَغْفَرُ وهُ غَفَرَ لَهُمْ. (رواه ابن ماجه : 2883-  سنن ا بن ماجه– المكتبة الشاملة – باب فضل دعاء  الحج – الجزء :  8– صفحة : 439)
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Al-Mundzir Al-Hizami; telah menceritakan kepada kami Shalih bin 'Abdullah bin Shalih mantan budak Bani 'Amir; telah menceritakan kepadaku Ya'qub bin Yahya bin 'Abbad bin 'Abdulllah bin Az Zubair, dari Abu Shalih As Samman, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw,  sesungguhnya beliau bersabda : "Orang-orang yang haji dan orang-orang yang pergi 'Umrah adalah tamu  Allah, jika mereka berdo'a kepada-Nya, niscaya Ia akan mengabulkan mereka, dan jika mereka meminta ampun, niscaya Ia akan mengampuni mereka." (HR. Ibnu Majah : 2883,  Sunan Ibnu Majah,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Fadlu du’ail hajji,   juz : 8, hal. 439)



[1]. Baca kamus :  At-Ta’rifat, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-Had,   juz : 1, hal.  26
[2]. Baca Kamus Al-Qamus Lil-Fiqhy, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 262
[3]. Baca kitab Fatawa Al-Azhar, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab mataa Furidlah hajju, juz : 9, hal. 317

[4].  Baca kitab Tuhfatul Ahwadzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah,  juz : 2, hal. 354