Rabu, 23 Desember 2009

Hukum Menjawab Adzan

Menjawab adzan menurut jumhur ulama hukumnya sunnah, dengan dalil hadis Nabi dari Anas bin Malik :

حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلًا يَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ - قَالَ : عَلَى الْفِطْرَةِ - فَقَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ - فَقَالَ : خَرَجْتَ مِنْ النَّارِ. (رواه احمد : 13349– مسند احمد – باب مسند انس بن مالك- الجزء : 27 – صفحة : 396)

Affan bercerita kepada kami, Hammad bercerita kepada kami, dari Tsabit, dari Anas, bahwa Rasulullah saw pernah mendengar seorang laki-laki mengumandangkan suara adzan : “Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Rasulullah menjawab, “Dia di atas fithrah.” Kemudian muadzin itu berkata, “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah. Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah.” Rasulullah menjawab : “Engkau keluar dari neraka.” (HR. Ahmad ; 13349, Musnad Ah,ad, Bab Musnad Anas bin malik, juz 27, hal.396)

Dalam hadis di atas, Rasulullah saw menjawab adzan dengan kalimat yang berbeda dengan kalimat yang lantunkan oleh muadzin. Berdasarkan jawaban Rasulullah tersebut, maka mengikuti ucapan seperti yang diucapkan muadzin tidaklah wajib.

Sunat Menjawab Adzan Seperti Yang Diucapkan Muadzin

Menjawab adzan adalah sunnah menggunakan kalimat seperti yang diucapkan muadzin, kecuali ketika muadzin mengucapan kalimat : “Hayya ‘alash-shalaah – Hayya ‘alal-falaah(حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ - حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ) , maka yang mendengarnya sunat menjawab dengan kalimat “hauqalah” yaitu “La hawla walaa quwwata illaa billaah” : (لاَ حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ) , yang artinya : “Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah”. Hadis Nabi :

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ اللَّيْثِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا سَمِعْتُمْ النِّدَاءَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ. (رواه البخاري : 576 – صحيح البخاري - بَاب مَا يَقُولُ إِذَا سَمِعَ الْمُنَادِي – الجزء : 2 – صفحة : 477)

Abdullah bin Yusuf bercerita kepada kami, ia berkata : Malik mengabarkan kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari ‘Atha’ bin Yazid Al-Laitsi, dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa Rasulullah saw bersabda : Apabila kalian mendengar suara adzan maka ucapkanlah seperti yang sedang diucapkan muadzin. (HR. Bukhari : 576, Shahih Bukhari, Bab maa yaquulun-Nida’ idzaa sami’al Munadi, juz 2, hal.477)

عَنْ عُمَارَةَ بْنِ غَزِيَّةَ عَنْ خُبَيْبِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسَافٍ عَنْ حَفْصِ بْنِ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، فَقَالَ أَحَدُكُمْ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، ثُمَّ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، ثُمَّ قَالَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، ثُمَّ قَالَ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، ثُمَّ قَالَ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، ثُمَّ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، ثُمَّ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ.(رواه مسلم : 578 – صحيح مسلم - بَاب اسْتِحْبَابِ الْقَوْلِ مِثْلِ قَوْلِ الْمُؤَذِّنِ لِمَنْ سَمِعَ – الجزء : 2- صفحة : 328)

Dari Umarah bin Ghaziyyah, dari Hubaib bin Abdirrahman bin Isaf, dari Hafash bin ‘Ashim bin Umar bin Al-Khathab, dari ayahnya, dari kakeknya, yaitu Umar bin Al-Khathab, ia berkata ; Rasulullah saw bersabda : Apabila muadzin mengucapkan “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka salah seorang dari kalian menjawab “Allahu Akbar Allahu Akbar.” Kemudian muadzin mengucapkan “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah”, maka dijawab “Asyhadu An Laa Ilaaha Illallah.” Muadzin mengucapkan “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”, maka dijawab, “Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah.” Saat muadzin mengatakan, “Hayya ‘Alash Shalaah”, maka dijawab “La Haula wala Quwwata illa billah” Saat muadzin mengucapkan “Hayya ‘Alal Falaah”, maka dijawab “La Haula wala Quwwata illa billah” Kemudian muadzin mengucapkan “Allahu Akbar Allahu Akbar”, maka si pendengar pun menjawab “Allahu Akbar Allahu Akbar” Di akhirnya muadzin berkata, “La Ilaaha illallah”, pendengar pun menjawab “La Ilaaha illallah”. Bila yang menjawab adzan ini mengatakannya dengan keyakinan hatinya niscaya ia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim : 578, Shahih Muslim, Bab Istihbabul qaul mitsli qaulil muadzdzin liman sami’a, juz 2, hal.328)

Begitu juga ketika mendengar iqamat, sunat mengucapkan seperti yang diucapkan muadzin, kecuali sewaktu diucapkan kalimat : “Qad qamatish shalah”, (قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ), yang artinya : Salat telah siap ditegakkan”, maka yang mendengarnya sunat menjawab dengan kalimat : “Aqaamahallahu wa adaamahaa” (أَقَامَهَا اللهُ وَأَدَامَهَا) , yang artinya :Semoga Allah memberikan kemampuan menegakkannya secara terus menerus. Hadis Nabi :

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْعَتَكِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ ثَابِتٍ حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَوْ عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنَّ بِلَالًا أَخَذَ فِي الْإِقَامَةِ فَلَمَّا أَنْ قَالَ قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقَامَهَا اللهُ وَأَدَامَهَا (رواه ابو داود : 444- سنن ابو داود –بَاب مَا يَقُولُ إِذَا سَمِعَ الْإِقَامَةَ – الجزء : 2 - صفحة : 125)

Sulaiman bin Daud Al-‘Ataki bercerita kepada kami, Muhammad bin Tsabit bercerita kepada kami, seseorang dari penduduk Syam bercerita kepadaku, dari Syahar bin Hausyab, dari Abi Umamah, atau dari sebahagian dari sahabat Nabi saw, : Bahwa sesungguhnya Bilal telah melakukan iqamat, setelah ia mengucapkan kalimat “QAD QAAMATISHSHALAH” (Salat telah siap ditegakkan), Nabi saw menjawab dengan kalimat “AQAAMAHALLAAHU WA ADAAMAHAA” (Semoga Allah memberikan kemampuan menegakkannya secara terus menerus). (HR. Abu Daud : 444, Sunan Abu Daud, Bab Maa Yaquulu idzaa sami’a Al-Iqamah, juz 2, hal. 125)

Ketika diucapkan “Tatswib”, yaitu “Ash-Shalaatu khairun minan nawm” (اَلصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ), maka yang mendengarnya sunat menjawab dengan kalimat : “Shadaqta wa bararta” (صَدَقْتَ وَبَرَرْتَ) yang artinya : “engkau benar dan engkau telah berbuat baik”.[1]

Pahala Menjwab Adzan Dan Iqamat

Barangsiapa yang menjawab adzan dengan meyakini apa yang diucapkannya, maka dia mendapat janji surga dari Rasulullah saw sebagaimana dalam sabdanya :

عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ أَنَّ بُكَيْرَ بْنَ الْأَشَجِّ حَدَّثَهُ أَنَّ عَلِيَّ بْنَ خَالِدٍ الزُّرَقِيَّ حَدَّثَهُ أَنَّ النَّضْرَ بْنَ سُفْيَانَ حَدَّثَهُ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ : كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَامَ بِلَالٌ يُنَادِي فَلَمَّا سَكَتَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ قَالَ مِثْلَ هَذَا يَقِينًا دَخَلَ الْجَنَّةَ.(رواه النسائي : 668 – سنن النسائي – باب الْقَوْل مِثْلَ مَا يَقُولُ الْمُؤَذِّنُ وثَوَابُ ذَلِكَ – الجزء : 3- صفحة : 63)

Dari Amer bin Al-Harits, bahwa Bukair bin Al-Asyajj menceritakannya, bahwa Ali bin Khalid Az-Zuraqi menceritakannya, bahwa An-Nadler bin Sufyan menceritakannya, bahwa ia mendengar Abu Hurairah berkata : Kami pernah bersama Rasulullah saw, lalu Bilal berdiri untuk menyerukan adzan. Tatkala Bilal diam, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan seperti ini (yakni seperti kalimat yang ucapan muadzin) disertai dengan keyakinan, maka ia pasti akan masuk surga.(HR. An-Nasa’i : 668, Sunan Nasa’i, Babul qaul mitsla ma yaquulul muadzdzinu wa tsawabu dzaalik, juz 3, hal.63)

Sunat Bershalawat Untuk Nabi Selesai Menjawab Adzan

Orang yang mendengar adzan apabila telah selesai menjawabnya disunatkan bershalawat untuk Nabi, berdasarkan hadis Nabi

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَمَةَ الْمُرَادِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ عَنْ حَيْوَةَ وَسَعِيدِ بْنِ أَبِي أَيُّوبَ وَغَيْرِهِمَا عَنْ كَعْبِ بْنِ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إِذَا سَمِعْتُمْ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِي الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لَا تَنْبَغِي إِلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ - فَمَنْ سَأَلَ لِي الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ (رواه مسلم :577 – صحيح مسلم - بَاب اسْتِحْبَابِ الْقَوْلِ مِثْلِ قَوْلِ الْمُؤَذِّنِ – الجزء : 2 – صفحة : 327)

Muhammad bin Salamah Al-Muradi bercerita kepada kami, Abdullah bin Wahab bercerita kepada kami, dari Haywah dan Sa’id bin Abi Ayyub dan selain dari keduanya, dari Ka’ab bin ‘Alqamah, dari Abdurrahman bin Jubair, dari Abdullah bin Amer bin Ash, bahwasanya ia mendengar Nabi saw bersabda : Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan muadzin, kemudian bershalawatlah untukku, karena barangsiapa yang bershalawat untukku niscaya Allah akan memberikan rahmat untuknya sepuluh kali. Kemudian mintalah kepada Allah al-wasilah buatku, karena al-wasilah ini merupakan sebuah tempat di surga, di mana tidak pantas tempat tersebut dimiliki kecuali untuk seseorang dari hamba Allah, dan aku berharap, akulah orangnya. Barangsiapa yang memintakan al-wasilah untukku maka ia pasti beroleh syafaat. (HR. Muslim: 577, Shahih Muslim, bab Istihbab Al-Qaul mitsli qaul Al-muadzdzin, juz 2, hal.327)



[1]. Subulusaalam, bab Alqaul kama yaqulul muadzdzin, juz 1, hal. 431

Tidak ada komentar:

Posting Komentar