Kamis, 19 Mei 2016

SURAT AL-BAQARAH AYAT 35





Al-Baqarah  Ayat 35
Setelah Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam, dan para Malaikat diperintahkan bersujud dengan sujud penghormatan kepadanya, lalu semuanya sujud (hormat) kecuali Iblis, barulah Adam bersama istrinya disuruh tinggal di dalam sebuah taman (surga) di mana saja yang mereka sukai, memakan makanan yang ada di surga sepuas-puasnya dengan hati yang senang. Allah menegaskan firman-Nya surat Al-Baqarah ayat 35 berikut ini :
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan Kami berfirman : Hai Adam! Tinggallah  kamu dan isterimu di surga ini, dan makanlah kalian berdua daripadanya (makanan-makanan yang ada di surga) dengan senang sesuka-suka kalian berdua, dan janganlah kalian berdua mendekati pohon ini, yang menyebabkan kalian berdua termasuk orang-orang yang zalim.
Awal ayat 35 : وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ  “Dan Kami berfirman : Hai Adam! Tinggallah  kamu dan isterimu di surga ini”.  Pada  awal ayat ini   Allah berfirman dengan menyeru Adam dan istrinya untuk tinggal di surga. Artinya, dalam ayat ini Allah mengabarkan kemuliaan yang dikaruniakan-Nya kepada Adam, dan  Dia memperkenankan Adam untuk tinggal di surga setelah Dia memerintahkan para malaikat untuk memberikan sujud penghormatan kepada Adam.[1] Dengan kata lain, Adam diperkenankan tinggal di surga setelah lepas dari ujian tentang nama-nama yang diajarkan Allah, dan lulus dari ujian  melebihi Malaikat, setelah para Malaikat diperintahkan sujud kepadanya,  barulah Adam bersama istrinya disuruh berdiam atau tinggal di dalam taman surga itu.  Ujian yang diberikan kepada semua makhluk, diberikan pula kepada Adam sebagaimana juga diberikan kepada makhluk sebelum Adam.[2] Semua hamba Allah akan diuji dan ujian yang paling berat diberikan kepada para Nabi. Hadits  Nabi :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَاصِمِ بْنِ بَهْدَلَةَ عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً قَالَ الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ. (رواه الترمذي : 2322– سنن الترمذي – المكتبة الشاملة – باب ما جاء فى الصبر على البلاء– الجزء : 8صفحة :  417)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, dari 'Ashim bin Bahdalah, dari Mush'ab bin Sa'ad, dari ayahnya, ia berkata : Aku berkata: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya? Beliau menjawab: "Para Nabi, kemudian yang sepertinya, kemudian yang sepertinya, sungguh seseorang itu diuji berdasarkan agamanya, bila agamanya kuat, ujiannya pun berat, sebaliknya bila agamanya lemah, ia diuji berdasarkan agamanya, ujian tidak akan berhenti menimpa seorang hamba hingga ia berjalan dimuka bumi dengan tidak mempunyai kesalahan." (HR. Tirmidzi : 2322, Sunan  Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab   Maa jaa-a fish-shabri ‘alal balaa,  juz : 8, hal. 417)
Suatu ketika Rasulullah saw ditanya tentang Adam, apakah ia seorang Nabi? Rasulullah saw  menjawab, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Dzar, ia berkata :  Aku bertanya : “Bagaimanakah menurutmu tentang Adam, apakah ia seorang Nabi? Rasulullah saw menjawab, “Ya, dia seorang Nabi dan juga seorang Rasul, Allah berbicara dengannya secara terang-terangan, dan Allah berfirman : “Tinggallah  kamu dan isterimu di surga ini”.
 Konteks ayat ini juga menunjukkan bahwa Siti Hawa diciptakan sebelum Adam memasuki Surga, hal ini telah dijelaskan oleh Muhammad Ibnu Ishaq dalam keterangannya : Ketika Allah telah selesai dari urusan mencaci iblis, lalu Allah kembali kepada Adam yang telah Dia ajari semua nama-nama itu. Setelah itu ditimpakan rasa kantuk kepada Adam, kemudian Allah mengambil salah satu tulang rusuk sebelah kiri Adam dan menambal tempatnya dengan daging. Lalu Allah menjadikan tulang rusuknya itu istrinya, yaitu Siti Hawa, berupa seorang wanita yang sempurna agar Adam merasa tenang hidup dengannya. Ketika Adam terbangun, ia melihat Siti Hawa telah berada di sampingnya. Setelah Allah menikahkannya dan menjadikan rasa tenang dan tentram dalam diri Adam, maka Allah berfirman secara langsung kepadanya dengan ayat 35 surat Al-Baqarah ini. [3]
Kemudian meneganai surga yang ditempati oleh Adam masih diperselisihkan, apakah berada di langit atau di bumi? Mayoritas ulama berpendapat bahwa surga itu berada di langit. Al-Qurthubi menuturkan bahwa kaum Mu’tazilah dan Qadariyah, berpendapat bahwa surga itu berada di bumi.[4]
Tengah ayat 35 وَكُلا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا  “dan makanlah kalian berdua daripadanya (makanan-makanan yang ada di surga) dengan senang sesuka-suka kalian berdua”. Artinya, Adam dan Hawa disuruh tinggal  di dalam taman surga yang indah berseri itu. Mereka keduanya diberi kebebasan, makan dan minum, memetik buah-buahan yang banyak, lezat ranum, yang hanya tinggal memetik. Artinya, mereka bebas merdeka.[5]
Akhir  ayat 35  وَلا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ  “dan janganlah kalian berdua mendekati pohon ini, yang menyebabkan kalian berdua termasuk orang-orang yang zalim”.  Di dalam akhir ayat ini kita bertemu dengan pelajaran tentang filsafat merdeka. Kemerdekaan ialah kebebasan membatasi diri. Semua bebas dimakan, kecuali buah daripada pohon yang terlarang : "Janganlah kalian  berdua mendekati pohon ini". Karena kalau sudah mendekat ke sana, niscaya buah daripada pohon yang terlarang itu akan termakan juga. Kalau buah sudah termakan, niscaya kerugian yang akan dialami. Orang yang tidak sanggup memelihara kemerdekaannya, niscaya akan kehilangan kemerdekaan itu sendiri. Dan jika kemerdekaan telah hilang, kerugianlah yang akan ditemui dan pelakunya oleh Allah dimasukkan dalam golongan orang-orang yang zalim.
Mengenai pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al-Quran dan Hadist tidak menerangkannya. Ada yang menamakan dengan pohon khuldi (pohon kekekalan), tapi itu adalah nama yang diberikan syaitan sebagaimana tersebut dalam surat Thaha ayat 120 :
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى
Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
 Pohon itu dinamakan شَجَرَةِ الْخُلْدِ Syajaratulkhuldi (pohon kekekalan), karena menurut syaitan, orang yang memakan buahnya akan kekal, tidak akan mati, pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan, sebab Al-Quran dan Hadist tidak menerangkannya. Para ulama berbeda pendapat mengenai pohon ini, ada yang mengatakan bahwa pohon yang dimaksud adalah “pohon anggur”. Pendapat yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah “pohon gandum”, ada juga yang mengatakan “pohon kurma” dan ada yang mengatakan “pohon tin”. Larangan mendekati pohon pada ayat ini  merupakan cobaan dan ujian dari Allah bagi Adam. [6]




[1]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 233
[2].  Baca tafsir Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 516

[3].  Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 233 - 234
[4].  Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 233
[5].  Baca tafsir  Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 515 - 516
[6]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 234