Minggu, 06 Desember 2009

AL-QUR’AN DITURUNKAN DENGAN TUJUH HURUF

Para ulama berbeda pendapat mengenai maksud kalimat : “Al-Quran Diturunkan Dengan Tujuh Huruf”, yaitu :

1. Al-Quran itu diturunkan dalam tujuh bahasa dari tujuh bangsa selain bangsa Arab. Pendapat ini karena adanya kalimat-kalimat yang bukan dari bahasa Arab dalam Al-Quran seperti ‘Sirat’ (Roma), ‘Istabraqen’ (Yunani), ‘Sijjil’(Parsi), ‘Haunaan’(Suryani).

2. Al-Quran itu diturunkan dengan tujuh jenis qiraat (bacaan).

3. Al-Quran itu diturunkan dengan tujuh huruf, yaitu tujuh bahasa kabilah Arab yang masyhur di waktu itu.

Para ulama berbeda pendapat pula mengenai haikikat makna tujuh huruf, yaitu :

1. Larangan (1), perintah (2), halal (3), haram (4), peringatan (5), perbandingan (6)dan hujah (7)

2. Balasan baik (1) dan buruk (2), halal (3), haram (4), peringatan (5), perbandingan (6)dan hujah (7).

3. 7 bahasa yaitu Quraisy (1), Yaman (2), Jarham (3), Hairizam (4) , Qurdaah (5), Al-Tamim (6)dan Ther (7).

4. 7 Qiraat sahabat yaitu Abu Bakar (1), ‘Umar (1), ‘Usman (3), ‘Ali (4), Ibn Mas’ud (5),Ibn ‘Abbas (6) dan Ubay bin Ka’ab (7).

5. DZahir(1), batin (2), fardu (3), sunat (4) ,khusus (5), umum (6),dan perbandingan(7)..

6. Depan (1), akhir (2), faraid (3), hudud (4), peringatan (5), mutasyabihah (6) dan perbandingan (7).

7. Perintah (1), larangan (2), akad (jual beli) (3,4), ilmu ghaib (5), zahir (6) dan batin (7).

8. Hamzah (1), imalah (2), baris atas (3), baris bawah (4), tebal (5), panjang (6) dan pendek (7).

9. Perintah (1), larangan (2), berita gembira (3), peringatan (4), khabar (5), perbandingan (6) dan peringatan (7)

Dari sekian banyak perbedaan pendapat tentang tujuh huruf, pendapat yang paling masyhur, yaitu perbedaan yang berkisar pada tujuh wajah :

1. Perbedaan pada bentuk isim , antara mufrad, tasniah, jamak muzakkar atau mu’annats. Contoh : لأمَانَاتِهِمْ dalam surat Al-Mu’minun dibaca mufrad dalam qiraat lainnya لأمَانتِهِمْ.

2. Perbedaan bentuk fi’il madhi, mudhari’ atau amar. Contoh: فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَاٍ (Saba’ : 19) Sebaagian qiraat membaca lafaz ‘rabbana’ dengan rabbuna, dan dalam kedudukan yang lain lafaz ‘ba’idu’ dengan ‘ba’ada’.

3. Perbedaan dalam bentuk ‘irab. Contoh, lafadz إِذَا تَبَايَعْتُمْ وَلا يُضَارَّ كَاتِبٌ (Al-Baqarah: 282) dibaca dengan disukunkan huruf ‘ra’ sedangkan yang lain membaca dengan fathah.

4. Mendahulukan (taqdim) dan mengakhirkan (ta’khir). atau lebih dikenal dg taqdim ta’khir… Contoh : وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَق (Surah Qaf: 19) dibaca dengan didahulukan ‘al-haq’ dan diakhirkan ‘al-maut’, وَجَاءَتْ سَكْرَةُالْحَق بِالْمَوْتِ . Tapi Qiraat ini dianggap lemah.

5. Perbedaan dalam menambah dan mengurangi. Contoh ayat 3 Surah Al-Lail, وَمَا خَلَقَ الذَّكَرَ وَالأنْثَى . Ada qiraat yang membuang lafaz ‘ma kholaqo’

6. Perbedaan ibdal (pergantian huruf). Contoh, kalimah ‘nunsyizuha’ نُنْشِزُهَا dalam ayat 259 Surah Al-Baqarah dibaca dengan ‘nunsyiruha نُنْشِرُهَا’ (‘zai’ diibdalkan dengan huruf ‘ra’)

7. Perbedaan lahjah seperti dalam masalah imalah, tarqiq, tafkhim, izhar, idgham dan sebagainya. Perkataan “wadduha” dibaca dengan fathah dan ada yang membaca dengan imalah , yaitu dengan bunyi antara fathah dan kasrah “wadduhe”

Demikianlah mengenai perbedaan pendapat dikalangan para ulama qira’at. Wallahu a’lam.

KEPUSTAKAAN

1. Al-Syafi’i, Jalaluddin Al-Syuyuthi, Al-Itqan fi Ulumi Al-Qur’an, Dar Al-Fikr, tanpa tahun.

2. Abdu Al-Fattah Al-Qadhi, Al-Burhan fi Al-Tajwid Al-Qur’an, Kairo, 1375 H/19656 M.,-

3. Alwi Murtadha Muhammad Bashari Mabadi’ Ilmi Al-Tajwid, Ma’had Al-Dirasah Al-Qur’aniah, Malang, cet. Ke-13, 1411H / 1990M.

4. Abu Muhammad Qasim bin Fairah bin Abi Al-Qasim Khalaf bin Ahmad Ar-Ra’ini Asy-syathiby, Sirajul Qari, Mathba’ah At-Taufiq Al-Adabiyah, Mesir, tanpa tahun,-

5. Sa’id, H.A. Hannan, Taisiru Al-Musykilati Fi Qiraati Al-Ayati, Jakarta, 1982,-

6. Sirajuddin. SA. Drs. Ilmu Al-Tajwid (Kaifiyatu Qiraati Al-Qur’anu Al-Karim), Ikhwan, Jakarta, 1994,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar