Sabtu, 26 Desember 2009

KECANDUAN MENDENGAR AYAT-AYAT AL-QUR’AN

Ada sebuah kisah menarik yang terjadi pada zaman Rasulullah saw. yang perlu dijadikan bahan renungan buat kita : Suatu ketika terdapat tiga orang tokoh Quraisy yang terlena mendengar bacaan Al-Qur’an. Mereka adalah Sakhr bin harb yang dikenal dengan panggilan Abu Sufyan, Amr bin Hisyam yang dikenal dengan panggilan Abu Jahal, dan Al-Akhnas bin Syariq. Pada suatu malam, seusai berfoya-foya di kelab-kelab malam di luar kota Makkah, ketika hendak pulang pada dini hari, terlintas keinginan dalam benak mereka masing-masing untuk mengetahui yang dilakukan Muhammad. di rumahnya. Secara kebetulan, tanpa sepengetahuan yang lain, masing-masing mendatangi rumah Muhammad saw. dan secara kebetulan pula masing-masing menempati sudut rumah yang berbeda, tanpa sepengetahuan yang lain pula. Lalu masing-masing duduk mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang ditartilkan oleh Muhammad saw. dalam salat tahajjud. Mereka tertarik mengikuti alunan suara ayat-ayat Al-Qur’an yang disimak pada keheningan malam. Mereka terlena dan terpesona hingga tak sadarkan diri sampai Muhammad saw. selesai salat tahajjud menjelang subuh. Waktu itulah mereka bangun dari duduknya hendak pulang. Tiba-tiba mereka berpapasan muka yang satu dengan yang lain. Dan terkejutlah mereka, serta saling bertanya : Apakaah gerangan yang kalian lakukan di situ? Dari jawaban mereka, ternyata sama-sama ingin mengetahui yang dikerjakan Muhammad saw. Setelah itu, mereka menyadari bahwa perbuatannya sangat berbahaya apabila ditiru orang lain, terutama kalangan remaja. Apabila ada orang yang meniru perbuatannya, tentu langsung akan mempercayai Muhammad. Karena itu, mereka bersama-sama bersumpah untuk tidak mengulangi lagi. Selanjutnya mereka berpisah dan langsug pulang menuju rumah masing-masing. 

Keesokan malamnya, mereka mengalami seperti kecanduan. Ketika hendak pulang dari pelesir mereka, rasa ketagihan tak dapat dibendung. Walaupun sudah bersumpah tidak akan melakukannya lagi. Apa boleh buat, desakan rasa ketagihan mereka ikuti juga dengan sembunyi-sembunyi. Dan terjadilah kembali seperti yang dilakukan malam sebelumnya. Mereka terlena dihanyutkan oleh rasa nikmat mengikuti alunan suara ayat-ayat yang sedang ditartilkan oleh Muhammad. Salat tahajjud muhammad saw. sudah usai. Mereka hendak pulang, dan sekali lagi mereka bepapasan kembali diperjalanan. Sehingga terjadi saling menyalahkan karena masih mengulangi perbuatan yang sudah disepakati untuk tidak dilakukan. Kemudian mereka memperbaharui sumpahnya untuk tidak mengulangi lagi. Namu, keesokan malamnya mereka masih mengulangi lagi karena terdorong oleh rasa rindu yang mendalam. Setelah selesai seperti malam sebelumnya, akhirnya mereka berpapasan kembali dan terjadi saling menyesalkan. Pada kali ini mereka rupanya lebih menekankan janji dengan sumpah yang seberat-beratnya. Setelah itu, mereka saling menanyakan pendapatnya tentang apa yang didengar dikeheningan malam itu. Semua mereka berpendapat, bahwa apa yang kumandangkan Muhammad melalui alunan suara ayat-ayat Al-Qur’an itu tidak ada yang tidak baik, semuanya sungguh sangat menarik dan menggiurkan.[i]
Kalau orang yang tidak beriman saja bisa kecanduan mendengar alunan suara ayat-ayat Al-Qur’an, semestinya orang yang mengaku telah beriman akan lebih merasakan adanya kecanduan itu. Kemudian kita bertanya, sudahkah kita merasakan adanya kerinduan yang mampu mendorong kita untuk sesering mungkin membaca atau mendengar suara ayat-ayat Al-Qur’an?



[i]. DR.Musthafa Mahmud, Muhammad saw. Sebuah upaya untuk memahami sejarah Rasulullah, Hadiah Syaikh Bakar Abbas Khomais, Alih bahasa oleh K.M.S.Agustjik, 1981, hal. 92-93

Tidak ada komentar:

Posting Komentar