Rabu, 13 Januari 2016

SURAT AL-BAQARAH AYAT 30



Al-Baqarah Ayat 30
Dua ayat berturut-turut telah berlalu, yaitu ayat 28 dan 29, yang menyadarkan kita sebagai hamba Allah. Pertama, bagaimana kita akan kufur kepada Allah, padahal dari mati kita dihidupkan oleh-Nya. Kemudian Dia matikan kembali, setelah itu akan dihidupkan-Nya kembali untuk mempertanggung jawabkan amal yang telah dikerjakan pada kehidupan yang pertama di dunia yang fana ini. Kedua, bagaimana kita akan kufur kepada-Nya, padahal seluruh isi bumi telah disediakan untuk kita.  Untuk menerima kedatangan kita di muka bumi ini, terlebih dahulu telah Allah siapkan persediaan untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Kemudian datanglah ayat tentang berita khalifah (penguasa) di muka bumi :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata : "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman : "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Pada ayat ini Allah mengabarkan karunia-Nya kepada anak Adam (manusia) sebelum mereka diciptakan, yaitu berupa penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka dihadapan makhluk yang tinggi (para malaikat), dengan firman-Nya :
Awal ayat 30 : وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً  - Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."  Maksudnya adalah wahai Muhammad, ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, dan ceritakan pula hal itu kepada kaummu, bahwa sesungguhnya Allah hendak menjadikan seorang khalifah (penguasa) di muka bumi, yaitu suatu kaum yang akan menggantikan kaum lainnya, abad demi abad, dan generasi demi generasi. Khalifah yang dimaksudkan dalam ayat ini bukanlah hanya Nabi Adam saja,[1] sebagaimana pengartian dalam ayat 165 surat Al-An’am :
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ إِنَّ رَبَّكَ سَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan Dia lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah (penguasa-penguasa) di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Khalifah dalam ayat 30 surat Al-Baqarah ini, menurut Ibnu Jarir, arti firman Allah  : Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi dari-Ku yang menjadi pengganti-ku dalam memutuskan perkara secara adil diantara semua makhluk-Ku. Khalifat tersebut adalah Adam dan orang-orang yang menempati posisinya dalam ketaatan kepada Allah dan pengambilan keputusan secara adil di tengah-tengah umat manusia. Adapun orang-orang yang suka mengadakan pengrusakan dan pertumpahan darah tidaklah termasuk khalifah-khalifah Allah di muka bumi ini.
Adapun tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi secara umum banyak kita jumpai dalam Al-Qur’an, antara lain :
Untuk Memakmurkan Bumi  
(QS.Huud : 61)
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ (هود :61)
Dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."
Untuk Amar Ma’ruf Nahi Munkar
(QS.Al-Hajj : 41)
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ. (الحج :41)
(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.
Setelah  nampak dengan jelas di awal  ayat, bahwa Allah telah berfirman kepada malaikat dengan menyatakan maksud hendak mengangkat khalifah di muka bumi ini, maka kemudian malaikat merespon dengan  kalimat pertanyaan ingin mengetahui hikmahnya, seperti pertengahan ayat berikut :
Tengah ayat 30 : قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ - Mereka berkata : "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"   
Pertengahan ayat ini dilontarkan malaikat setelah Allah menyatakan maksud-Nya, yaitu akan mengangkat khalifah di muka bumi, maka malaikat-pun memohon penjelasan, bukan dimaksudkan untuk menentang dan memperotes Allah, dan juga bukan karena dengki atau iri kepada manusia, tetapi merupakan kalimat pertanyaan meminta informasi dan pengetahuan tentang hikmah yang terkandung dalam penciptaan khalifah ini. Para malaikat mengatakan : Wahai Tuhan kami, apakah hikmah yang terkandung dalam penciptaan mereka, padahal diantara mereka ada orang-orang yang suka membuat kerusakan di muka bumi dan pertumpahan darah? Jikalau yang dimaksudkan agar Engkau disembah, maka kami selalu bertasbih, memuji dan menyucikan Engkau, yakni kami selalu beribadah kepada-Mu.[2]
Menurut imam Ath-Thabary, pertanyaan malaikat : “"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,” sebenarnya malaikat tidak mempunyai pengetahuan yang dapat mengetahui hal-hal gaib, namun mereka hanya sekedar menduga-duga, tidak berdasarkan ilmu yang penuh keyakinan[3].
  Malaikat sebagai makhluk, tentu saja pengetahuannya tidak seluas pengetahuan Allah, namun malaikat bersama Iblis pernah di utus oleh Allah untuk menumpas kejahatan yang dilakukan golongan Jin sebagai makhluk yang pertama kali menjadi penghuni bumi dan membuat kerusakan serta pertumpahan darah di dalamnya,  sebagiamana dikisahkan oleh Ibnu Jarir, yang berasal dari Ibnu Abbas, ia berkata : Sesungguhnya yang pertama kali menghuni bumi adalah makhluk Jin, lalu mereka membuat kerusakan, mengadakan pertumpahan darah dan bunuh membunuh satu sama lainnya. Ibnu Abbas meneruskan perkataannya, setelah itu Allah mengutus Iblis untuk menumpas mereka. Akhirnya Iblis bersama para malaikat berhasil menumpas mereka, dan kengejar hingga ke pulau-pulau yang ada diberbagai laut dan bahkan sampai ke puncak-puncak gunung. Setelah itu baru Allah  menciptakan Adam dan menempatkannya di bumi. Untuk itulah Allah  berfirman : "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." [4]
Dari peristiwa yang dialami, malaikat-malaikat rupanya ada sedikit pengetahuan, bahwasanya yang akan diangkat menjadi khalifah itu adalah satu jenis makhluk yang apabila  telah ramai, seperti kisah golongan Jin di atas,  akan berebut kepentingan. Akhirnya  satu orang dengan orang lainnya atau satu golongan dengan golongan lainnya saling berebut kepentingan, maka kemudian muncullah pertentangan, dan dengan demikian timbullah kerusakan bahkan akan timbul juga pertumpahan darah. Itulah sebabnya, malaikat bertanya untuk mendapatkan penjelasan dari Allah. Para Malaikat tidak  mungkin menentang atau memprotes Allah, karena  mereka dinyatakan Allah  sebagai makhluk yang tidak pernah membangkang perintah-Nya  dan bahkan senantiasa taat melaksanakan apa pun yang diperintahkan-Nya, sebagaiman dalam Al-Qur’an ayat 6 surat At-Tahrim :
 ......عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Lalu Allah menjawab : "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Akhir ayat 30 : قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ  Tuhan berfirman : "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."- Allah bermaksud menyadarkan para malaikat-Nya bahwa sesungguhnya Dia mengetahui kemaslahatan dan hikmah sesuatu yang tidak mereka ketahui. Termasuk dalam penciptaan seorang khalifah, tentu ada suatu hikmah yang boleh jadi tidak mereka ketahui. Kalimat pertanyaan para Malaikat dijawab oleh Allah, bahwa semua itu sudah diperhitungkan secara matang atas dasar Kemahatahuan-Nya yang melampaui pengetahuan semua makhluk-Nya, termasuk para malaikat. Semua yang akan Allah  lakukan atas makhluk-Nya sudah dirancang dengan penuh detil yang tidak ada cacatnya.  Jawaban Allah terhadap pertanyaan malaikat, tidaklah terdapat bantahan, hanya saja Allah menjelaskan bahwasanya pendapat dan ilmu mereka (para malaikat) tidaklah seluas dan sejauh pengetahuan Allah. Allah-pun tidak memungkiri bahwa kerusakan-pun akan timbul dan darah-pun akan tertumpah. Dalam jawaban Allah yang demikian, malaikat-pun menerimalah dengan penuh khusyu dan taat.


[1]. Bac tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 216  
[2]. Bac tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 216
[3]. Bac tafsir Ath-Thabary,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 458 dan 462
[4]. Bac tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 218