Sabtu, 23 Mei 2015

AL-QUR'AN SURAT AL-BAQARAH AYAT 23 -24


AL-BAQARAH AYAT 23
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَى عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS.Al-Baqarah : 23)
Dalam ayat ini Allah swt menantang orang-orang musyrik, munafik dan orang-orang kafir yang meragukan kebenaran Al-Qur’an dengan menyatakan : “Jika kamu sekalian masih ragu ragu tentang kebenaran Al-Qur’an dan menyatakan Al-Qur’an itu buatan Muhammad, maka cobalah membuat sebuah kitab yang serupa dengan Al-Qur'an, walaupun hanya satu surat saja.  Kalau benar Muhammad yang membuatnya, tentu kamu sanggup pula membuatnya karena kamu pasti sanggup melakukan segala perbuatan yang sanggup dibuat oleh manusia. Ajak pulalah penolong-penolong kamu, berhala-berhala yang kamu sembah, pembesar-pembesarmu, bersama-sama dengan kamu membuatnya karena kamu mengakui kekuasaan dan kebesaran berhala-berhala dan pembesar-pembesarmu itu[1]. Dalam ayat lain, Allah menegaskan tantangannya :
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al-Quran itu", Katakanlah : "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar".(QS.Huud: 13)
Pada permulaan surat Al-Baqarah ayat 2,  Allah telah menyatakan bahwa kitab suci Al-Qur’an itu tidak ada lagi keraguan padanya. Ia adalah wahyu yang benar-benar datang dari Allah. Ia adalah mu’jizat yang di dalamnya terdapat petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.[2] Al-Qur’an sebagai wahyu dan mu’jizat bagi Nabi Muhammad saw, tidak akan dapat ditiru oleh siapapun, meskipun manusia  itu mengerahkan semua ahli sastera.
Walaupun sejak zaman dahulu, baik  di Mekkah maupun  Madinah, hingga  dewasa ini, bangsa Arab mempunyai pujangga-pujangga besar, ahli-ahil sastera yang ulung, yang mampu merangkai kata-kata indah, namun mereka tidak sanggup mengadakan tandingan terhadap  kemu’jizatan Al- Qur’an itu.
Tetapi dalam kenyataan, masih ada manusia yang memiliki keraguan terhadap kebenaran Al-Qur’an, bahkan mereka menyatakan bahwa Al-Qur’an itu hanyalah karangan Nabi Muhammad saw. Padahal beliau tidak terkenal sebagai seorang yang sanggup menyusun rangkaian kata yang begitu tinggi mutunya atas kehendaknya sendiri, dan tidak pula terkenal sebagai seorang penyair yang sanggup menyusun rangkaian kata sastra. Beliau adalah Nabi yang Ummi yang tidak bisa menulis.[3]  Firman Allah :
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ.....
(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka….. (QS.Al-A’raaf : 157)
Lalu datanglah “Tantangan” (TAHADDI) dari Allah terhadap orang-orang yang meragukan kebenaran Al-Qur’an, agar mereka membuat sebuah karya, walau hanya satu surat yang sebanding dengan surat yang ada dalam kitab suci Al-Qur’an yang di bawa oleh Nabi yang Ummi, yaitu Nabi Muhammad saw. Dan Allah menyatakan, kalau mereka itu tidak sanggup untuk membuat satu surat yang sebanding dengan Al-Qur’an, Allah mempersilahkan  mereka memanggil para penolong dan para ahli untuk membuktikan kebenaran mereka, bahwa mereka mampu menandingi Al-Qur’an. Mereka boleh mencoba, mungkin para ahli itu bisa. Akan tetapi Allah menegaskan dalam ayat berikutnya, bahwa mereka tidak akan sanggup membuatnya. 
            AL-BAQARAH AYAT 24
فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا وَلَنْ تَفْعَلُوا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ
Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (QS.Al-Baqarah : 24)
Ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk Allah tidak akan sanggup membuat tandingan terhadap satu ayat-pun dari ayat-ayat Al-Qur’an. Karena itu, hendaklah manusia memelihara dirinya dari api neraka dengan cara mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur’an.
Kalau sudah nyata tidak sanggup menandingi Al-Qur’an, dan memang selamanya tidak akan pernah sanggup, baik rangkaian kata ataupun makna yang terkandung di dalamnya, maka lebih baik tunduk dan patuh, dan menerima dengan tulus dan ikhlas. Jangan dilanjutkan sikap keraguan terhadap kebenaran Al-Qur’an itu.  Karena meneruskan keraguan terhadap perkara yang sudah nyata kebenarannya, akibatnya hanyalah penderitaan, tentu nerakalah ujungnya yang terakhir. Neraka yang apinya dinyalakan dengan manusia dan batu, lalu manusia itu dihukum dimasukkan ke dalamnya bercampur dengan batu-batu itu yang oleh Allah disediakan bagi orang-orang suka menentang kebenaran.
Dalam ayat lain, Allah telah menyatakan, bahwa mereka tidak akan sanggup  membuat sebuah ayat, apalagi sebuah surat yang sebanding dengan  Al-Qur’an. Dan Allah memastikan itu, walaupun bergotong-royong seluruh makhluk sekalipun, pasti tidak akan dapat membuatnya. Firman Allah : 
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا  (الإسراء : 88)
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (QS.Al-Isra’ : 88)
Tantangan (Tahaddi) yang datang dari Allah dalam ayat di atas,  tetap berlaku terus, namun sampai saat ini belum ada yang mampu membuat satu surat-pun semisal surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an tersebut. Hal ini sebagai bukti kebenaran dari firman-Nya : “dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya)”. Dan sekaligus penegasan akan  kelemahan manusia untuk membuat satu surat saja semisal surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an Al-Karim.
Banyak di antara pemimpin-peminpin dan ahli sastera Arab yang mencoba dan meniru Al-Qur’an, bahkan kadang-kadang ada yang mendakwakan dirinya sebagai Nabi, seperti Musailamah Al-Kadzdzab, Thulaihah,  Habalah bin Ka’ab dan lain-lain. Akan tetapi mereka semuanya menemui kegagalan, bahkan mendapat cemooh dan hinaan dari masyarakat. Sebagai contoh di bawah ini kata-kata Musailamah Al-Kadzdzab yang dianggapnya dapat menandingi sebagian ayat-ayat Al-Qur’an.
يَا ضِفْدَعُ بِنْتَ ضِفْدَعَيْنِ، نَقِّيْ مَا تَنِقِّيْنَ، أَعْلاَكِ فِى الْمَاءِ وَاَسْفَلَكِ فِى الطِّيْنِ.
Hai katak (kodok) anak dari dua katak, berkuaklah sesukamu, bahagian atas engkau di air dan bahagian bawah engkau di tanah.
Seorang sasterawan Arab yang masyhur, yaitu Al-Jahiz telah memberikan penilaiannya atas gubahan Musailamah ini dalam bukunya yang bernama Al-Hayawan sebagai berikut : “Saya tidak mengerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak (kodok) dan sebagainya itu. Alangkah kotornya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Al-Quir’an itu yang turun kepadanya sebagai wahyu.”
Dan untuk dapat merasakan betapa hebatnya kemu’jizatan Al-Qur’an, sehingga mereka tidak sanggup menandinginya dan bahkan bungkam seribu bahasa menghadapi tantangan itu, sebaiknya kita mengerti bahasa Arab (bahasa Al-Qur’an) secara lebih mendalam, sehingga  dapat membaca, mentadabburi Al-Qur’an dan sekaligus dapat merasakan kemu’jizatannya, baik dari aspek bahasa maupun makna  kandungannya.   


[1]. Baca Tafsir Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 373 - 376
[2]. Baca Tafsir Ar-Razi,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 284
[3].  Baca Tafsir  Ibnu Abi Hatim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 6, hal. 217
 حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، أَنْبَأَ الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ، ثنا يَزِيدُ، عَنْ سَعِيدٍ، عَنْ قَتَادَةَ، قَوْلُهُ: " الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأُمِّيَّ " : هُوَ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أُمِّيًّا لا يَكْتُبُ