Selasa, 21 Februari 2012

IMAN KEPADA TAKDIR

Iman kepada takdir adalah salah satu dari rukun iman. Dan untuk memahaminya, ayo kita renungkan kisah berikut ini : Sauatu ketika Umar bin Khathab pergi ke Syam, ketika ia sampai di daerah Sargha, dia bertemu Abu 'Ubaidah bersama sahabat-sahabatnya, mereka mengabarkan bahwa NEGERI SYAM SEDANG TERSERANG WABAH. Lalu Umar bermusyawarah dengan para sahabat muhajirin dan anshar, dan terjadi beda pendapat. Sebagian berpendapat, AGAR UMAR TETAP BERANGKAN KE SYAM; dan yang lain berpendapat, AGAR UMAR MENGURUNGKAN NIATNYA UNTUK PERGI KE SYAM. Umar berkata : Sesungguhnya aku akan berangkat pulang di pagi hari. Mendengar rencana Umar, Abu Ubaidah bin Jarrah bertanya : "APAKAH ENGKAU AKAN LARI DARI TAKDIR ALLAH?" Umar menjawab : YA, KAMI LARI DARI TAKDIR ALLAH MENUJU TAKDIR ALLAH YANG LAIN. Seterusnya umar berujar : Bagaimana pendapatmu, jika kamu memiliki unta kemudian tiba di suatu lembah yang mempunyai dua daerah, yang satu subur dan yang lainnya kering, tahukah kamu JIKA KAMU MEMBAWANYA KE TEMPAT YANG SUBUR, NISCAYA KAMU TELAH MEMBAWANYA DENGAN TAKDIR ALLAH. APABILA KAMU MEMBAWANYA KE TEMPAT YANG KERING, MAKA KAMU MEMBAWANYA DENGAN TAKDIR ALLAH JUGA. Lalu Umar memuji Allah kemudian pergi.

Saudaraku, ayo kita renungkan makna hadits berikut ini semoga dapat menambah mantapnya iman kita.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عَبْدِ الْحَمِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زَيْدِ بْنِ الْخَطَّابِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الحَارِثِ بْنِ نَوْفَلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ خَرَجَ إِلَى الشَّأْمِ حَتَّى إِذَا كَانَ بِسَرْغَ لَقِيَهُ أُمَرَاءُ الْأَجْنَادِ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ وَأَصْحَابُهُ فَأَخْبَرُوهُ أَنَّ الْوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِأَرْضِ الشَّأْمِ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَقَالَ عُمَرُ ادْعُ لِي الْمُهَاجِرِينَ الْأَوَّلِينَ فَدَعَاهُمْ فَاسْتَشَارَهُمْ وَأَخْبَرَهُمْ أَنَّ الْوَبَاءَ قَدْ وَقَعَ بِالشَّأْمِ فَاخْتَلَفُوا فَقَالَ بَعْضُهُمْ قَدْ خَرَجْتَ لِأَمْرٍ وَلَا نَرَى أَنْ تَرْجِعَ عَنْهُ وَقَالَ بَعْضُهُمْ مَعَكَ بَقِيَّةُ النَّاسِ وَأَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا نَرَى أَنْ تُقْدِمَهُمْ عَلَى هَذَا الْوَبَاءِ فَقَالَ ارْتَفِعُوا عَنِّي ثُمَّ قَالَ ادْعُوا لِي الْأَنْصَارَ فَدَعَوْتُهُمْ فَاسْتَشَارَهُمْ فَسَلَكُوا سَبِيلَ الْمُهَاجِرِينَ وَاخْتَلَفُوا كَاخْتِلَافِهِمْ فَقَالَ ارْتَفِعُوا عَنِّي ثُمَّ قَالَ ادْعُ لِي مَنْ كَانَ هَا هُنَا مِنْ مَشْيَخَةِ قُرَيْشٍ مِنْ مُهَاجِرَةِ الْفَتْحِ فَدَعَوْتُهُمْ فَلَمْ يَخْتَلِفْ مِنْهُمْ عَلَيْهِ رَجُلَانِ فَقَالُوا نَرَى أَنْ تَرْجِعَ بِالنَّاسِ وَلَا تُقْدِمَهُمْ عَلَى هَذَا الْوَبَاءِ فَنَادَى عُمَرُ فِي النَّاسِ إِنِّي مُصَبِّحٌ عَلَى ظَهْرٍ فَأَصْبِحُوا عَلَيْهِ قَالَ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ أَفِرَارًا مِنْ قَدَرِ اللَّهِ فَقَالَ عُمَرُ لَوْ غَيْرُكَ قَالَهَا يَا أَبَا عُبَيْدَةَ نَعَمْ نَفِرُّ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ إِلَى قَدَرِ اللَّهِ أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ لَكَ إِبِلٌ هَبَطَتْ وَادِيًا لَهُ عُدْوَتَانِ إِحْدَاهُمَا خَصِبَةٌ وَالْأُخْرَى جَدْبَةٌ أَلَيْسَ إِنْ رَعَيْتَ الْخَصْبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ اللَّهِ وَإِنْ رَعَيْتَ الْجَدْبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ اللَّهِ قَالَ فَجَاءَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ وَكَانَ مُتَغَيِّبًا فِي بَعْضِ حَاجَتِهِ فَقَالَ إِنَّ عِنْدِي فِي هَذَا عِلْمًا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ قَالَ فَحَمِدَ اللَّهَ عُمَرُ ثُمَّ انْصَرَفَ. (رواه البخاري : 5288- صحيح البخاري - المكتبة الشاملة--بَاب مَا يُذْكَرُ فِي الطَّاعُونِ -الجزء : 18- صفحة : 3)

Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yusuf] telah mengabarkan kepada kami [Malik] dari [Ibnu Syihab] dari [Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Al Khatthab] dari [Abdullah bin Abdullah bin Al Harits bin Naufal] dari [Abdullah bin Abbas] bahwa Umar bin Khatthab pernah bepergian menuju Syam, ketika ia sampai di daerah Sargha, dia bertemu dengan panglima pasukan yaitu Abu 'Ubaidah bersama sahabat-sahabatnya, mereka mengabarkan bahwa negeri Syam sedang terserang wabah. Ibnu Abbas berkata :"Lalu Umar bin Khattab berkata; 'Panggilkan untukku orang-orang muhajirin yang pertama kali (hijrah), ' kemudian mereka dipanggil, lalu dia bermusyawarah dengan mereka dan memberitahukan bahwa negeri Syam sedang terserang wabah, merekapun berselisih pendapat. Sebagian dari mereka berkata; 'Engkau telah keluar untuk suatu keperluan, kami berpendapat bahwa engkau tidak perlu menarik diri.' Sebagian lain berkata; 'Engkau bersama sebagian manusia dan beberapa sahabat Rasulullah saw. Kami berpendapat agar engkau tidak menghadapkan mereka dengan wabah ini, ' Umar berkata : 'Keluarlah kalian, ' dia berkata; 'Panggilkan untukku orang-orang Anshar'. Lalu mereka pun dipanggil, setelah itu dia bermusyawarah dengan mereka, sedangkan mereka sama seperti halnya orang-orang Muhajirin dan berbeda pendapat seperti halnya mereka berbeda pendapat. Umar berkata; 'keluarlah kalian, ' dia berkata; 'Panggilkan untukku siapa saja di sini yang dulu menjadi tokoh Quraisy dan telah berhijrah ketika Fathul Makkah.' Mereka pun dipanggil dan tidak ada yang berselisih dari mereka kecuali dua orang. Mereka berkata; 'Kami berpendapat agar engkau kembali membawa orang-orang dan tidak menghadapkan mereka kepada wabah ini.' Umar menyeru kepada manusia; 'Sesungguhnya aku akan bangun pagi di atas pelana (maksudnya hendak berangkat pulang di pagi hari), bangunlah kalian pagi hari, ' Abu Ubaidah bin Jarrah bertanya : "APAKAH ENGKAU AKAN LARI DARI TAKDIR ALLAH?" maka Umar menjawab : "Kalau saja yang berkata bukan kamu, wahai Abu 'Ubaidah! YA, KAMI LARI DARI TAKDIR ALLAH MENUJU TAKDIR ALLAH YANG LAIN. Bagaimana pendapatmu, jika kamu memiliki unta kemudian tiba di suatu lembah yang mempunyai dua daerah, yang satu subur dan yang lainnya kering, tahukah kamu jika kamu membawanya ke tempat yang subur, niscaya kamu telah membawanya dengan takdir Allah. Apabila kamu membawanya ke tempat yang kering, maka kamu membawanya dengan takdir Allah juga.' Ibnu Abbas berkata; "Kemudian datanglah [Abdurrahman bin 'Auf], dia tidak ikut hadir (dalam musyawarah) karena ada keperluan. Dia berkata; "Saya memiliki kabar tentang ini dari Rasulullah saw beliau bersabda: "Jika kalian mendengar suatu negeri terjangkit wabah, maka janganlah kalian menuju ke sana, namun jika dia menjangkiti suatu negeri dan kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dan lari darinya." Ibnu 'Abbas berkata; "Lalu Umar memuji Allah kemudian pergi." (HR.Bukhari : 5288, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Maa Yudzkaru Fith-Thaa'un, Juz : 18, hal. 3)

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا سِنَانٍ عَنْ وَهْبِ بْنِ خَالِدٍ الْحِمْصِيِّ عَنْ ابْنِ الدَّيْلَمِيِّ قَالَ وَقَعَ فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنْ هَذَا الْقَدَرِ خَشِيتُ أَنْ يُفْسِدَ عَلَيَّ دِينِي وَأَمْرِي فَأَتَيْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ فَقُلْتُ أَبَا الْمُنْذِرِ إِنَّهُ قَدْ وَقَعَ فِي نَفْسِي شَيْءٌ مِنْ هَذَا الْقَدَرِ فَخَشِيتُ عَلَى دِينِي وَأَمْرِي فَحَدِّثْنِي مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ لَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يَنْفَعَنِي بِهِ فَقَالَ لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ وَلَوْ رَحِمَهُمْ لَكَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَلَوْ كَانَ لَكَ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا أَوْ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ تُنْفِقُهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا قُبِلَ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ فَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ وَأَنَّكَ إِنْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا دَخَلْتَ النَّارَ وَلَا عَلَيْكَ أَنْ تَأْتِيَ أَخِي عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ فَتَسْأَلَهُ فَأَتَيْتُ عَبْدَ اللَّهِ فَسَأَلْتُهُ فَذَكَرَ مِثْلَ مَا قَالَ أُبَيٌّ وَقَالَ لِي وَلَا عَلَيْكَ أَنْ تَأْتِيَ حُذَيْفَةَ فَأَتَيْتُ حُذَيْفَةَ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ مِثْلَ مَا قَالَا وَقَالَ ائْتِ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَاسْأَلْهُ فَأَتَيْتُ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّ اللَّهَ عَذَّبَ أَهْلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهْلَ أَرْضِهِ لَعَذَّبَهُمْ وَهُوَ غَيْرُ ظَالِمٍ لَهُمْ وَلَوْ رَحِمَهُمْ لَكَانَتْ رَحْمَتُهُ خَيْرًا لَهُمْ مِنْ أَعْمَالِهِمْ وَلَوْ كَانَ لَكَ مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا أَوْ مِثْلُ جَبَلِ أُحُدٍ ذَهَبًا تُنْفِقُهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا قَبِلَهُ مِنْكَ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ كُلِّهِ فَتَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ وَمَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ وَأَنَّكَ إِنْ مُتَّ عَلَى غَيْرِ هَذَا دَخَلْتَ النَّارَ. (رواه ابن ماجه : 74- سنن ابن ماجه- المكتبة الشاملة-بَاب فِي الْقَدَرِ-الجزء : 1- صفحة : 85)

Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Muhammad] berkata, telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Sulaiman] ia berkata; aku mendengar [Abu Sinan] dari [Wahb bin Khalid Al Himshi] dari [Ibnu Ad Dailami] ia berkata; "Ada sesuatu yang mengganjal dalam jiwaku seputar takdir. Aku khawatir akan merusak agama dan urusanku, maka aku mendatangi [Ubai bin Ka'ab]. Aku bertanya kepadanya : "Wahai Abul Mundzir, ada sesuatu yang mengganjal dalam jiwaku seputar perkara takdir, aku khawatir akan merusak agama dan urusanku. Maka beritakan kepadaku sesuatu yang berkaitan dengannya, semoga Allah memberikan manfaat dengannya." Dia berkata : "Sekiranya Allah mengadzab penghuni langit dan bumi, niscaya Dia akan mengadzabnya, dan Dia tidak zhalim kepada mereka. Sekiranya Dia memberi rahmat, niscaya rahmat-Nya lebih baik dari amalan mereka. JIKALAU KAMU MEMILIKI EMAS SEPERTI GUNUNG UHUD LALU ENGKAU INFAQKAN DI JALAN ALLAH, MAKA ITU TIDAK AKAN DITERIMA HINGGA ENGKAU BERIMAN KEPADA TAKDIR. Ketahuilah, sesungguhnya yang menjadi bagianmu tidak akan lepas darimu, dan sesuatu yang bukan milikmu maka tidak akan menjadi bagianmu. Sekiranya engkau meninggal dalam kondisi selain ini maka kamu akan masuk neraka. Tidak ada salahnya jika engkau datang kepada saudaraku, Abdullah bin Mas'ud, lalu engkau tanyakan kepadanya." Maka aku mendatangi [Abdullah] seraya menanyakan hal itu kepadanya, dan ia pun menyebutkan sebagaimana yang dikatakan oleh Ubai. Lalu ia berkata kepadaku, "Tidak ada salahnya jika engkau datang kepada Hudzaifah." Maka aku mendatangi [Hudzaifah] seraya menanyakan hal itu kepadanya. Lalu ia menjawab sebagaimana yang dikatakan oleh mereka berdua." Hudzaifah berkata; "Datanglah kepada Zaid bin Tsabit dan tanyakan kepadanya." Maka akupun mendatangi [Zaid bin Tsabit] dan bertanya kepadanya, lalu ia menjawab, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: " Sekiranya Allah mengadzab penghuni langit dan bumi, niscaya Dia akan mengadzabnya, dan Dia tidak zhalim kepada mereka. Sekiranya Dia memberi rahmat, niscaya rahmat-Nya lebih baik dari amalan mereka. JIKALAU KAMU MEMILIKI EMAS SEPERTI GUNUNG UHUD LALU ENGKAU INFAQKAN DI JALAN ALLAH, MAKA ITU TIDAK AKAN DITERIMA HINGGA ENGKAU BERIMAN KEPADA TAKDIR. Ketahuilah, sesungguhnya yang menjadi bagianmu tidak akan lepas darimu, dan sesuatu yang bukan milikmu maka tidak akan menjadi bagianmu. Sekiranya engkau meninggal dalam kondisi selain ini maka kamu akan masuk neraka. (HR.Ibnu Majah : 74, Sunan Ibnu Majah, Al-pMaktabah Asy-Syamilah, Bab Qadar, Juz : 1, hal. 85)

Semoga bermanfaat untuk meningkatkan iman atas rahmat dan hidayah Allah. Aamiin -

Minggu, 19 Februari 2012

BERMIMPI YANG TIDAK DISUKAI

Rasulullah saw berpesan kepada yang bermimpi sesuatu yang tidak disukai, hendaklah ia bangun, lalu shalat dan berdoa memohon perlindungan kepada Allah swt.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي عُبَيْدِ اللَّهِ السَّلِيمِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرُّؤْيَا ثَلَاثٌ فَرُؤْيَا حَقٌّ وَرُؤْيَا يُحَدِّثُ بِهَا الرَّجُلُ نَفْسَهُ وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنْ الشَّيْطَانِ - فَمَنْ رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ وَكَانَ يَقُولُ يُعْجِبُنِي الْقَيْدُ وَأَكْرَهُ الْغُلَّ الْقَيْدُ ثَبَاتٌ فِي الدِّينِ وَكَانَ يَقُولُ مَنْ رَآنِي فَإِنِّي أَنَا هُوَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَتَمَثَّلَ بِي وَكَانَ يَقُولُ لَا تُقَصُّ الرُّؤْيَا إِلَّا عَلَى عَالِمٍ أَوْ نَاصِحٍ. (رواه الترمذي :2206– سنن الترمذي – المكتبة الشاملة -بَاب فِي تَأْوِيلِ الرُّؤْيَا - الجزء : 8 – صفحة : 243)

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Mimpi itu ada tiga, yaitu : (1) mimpi yang benar, (2) mimpi yang dibisikkan oleh jiwa seseorang, (3) mimpi dari kesedihan yang dibuat oleh setan. Barangsiapa yang bermimpi sesuatu yang tidak disukai, hendaklah ia bangun, lalu shalat. Beliau bersabda : Ada yang mena’jubkan aku, yaitu mimpi diikat dengan tali, namun aku tidak suka bermimpi kedua tanganku terikat di tengkukku. Bermimpi terikat dengan tali itu, maknanya adalah teguh dalam agama. Beliau bersabda : Barangsiap bermimpi melihat aku, berarti betul-betul melihatku, karena setan tidak dapat menyerupai aku. Beliau bersabda : Janganlah menceritakan mimpi kecuali kepada orang alim atau penasehat. (HR. Tirmidzi : 2206, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Fii ta’wiulir rau’ya, juz : 8, hal. 243)

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الرُّؤْيَا مِنْ اللَّهِ وَالْحُلْمُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفُثْ عَنْ يَسَارِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا فَإِنَّهَا لَا تَضُرُّهُ. (رواه الترمذي : 2203 – سنن الترمذي – المكتبة الشاملة - بَاب إِذَا رَأَى فِي الْمَنَامِ مَا يَكْرَهُ مَا يَصْنَعُ- الجزء : 8 – صفحة : 237)

Dari Abi Qatadah, dari Rasulullah saw, bahwa beliau bersabda : Mimpi baik itu dari Allah dan mimpi buruk itu dari setan. Apabila salah seorang dari kalian bermimpi sesuatu yang tidak disukai, hendaklah meludah ke kiri tiga kali, dan berdoa mohon perlindungan kepada Allah dari keburukannya, maka ia tidak akan membahayakannya. (HR.Tirmidzi : 2203, Sunan Tirmidz, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab idzaa Ra-aa filmanami maa yakrahu maa yashna’u, juz : 8, hal.237) - Wasslm

Sabtu, 18 Februari 2012

TIGA PESAN MALAIKAT JIBRIL KEPADA NABI SAW

Suatu ketika malaikat Jibril datang kepada Nabi saw, dan berpesan, Wahai Muhammad : (1) Hiduplah sesuka hatimu, tetapi ingatlah, bahwa sesunguhnya engkau akan mati, (2) Cintailah apa saja yang engkau kehendaki , tatapi ingatlah bahwa sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengan apa yang engkau cintai itu, (3) Berbuatlah apa saja yang engkau kehendaki, tetapi ingatlah, bahwa sesungguhnya engaku pasti akan mendapatkan balasan dari amal perbuatanmu itu.

Saudaraku, renungkan secara lebih mendalam tiga pesan malaikt Jibril tersebut dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih, sehingga dapat membuahkan mantapkan iman, giatkan beramal shalih dan tumbuh suburnya akhlak karimah.

حدثنا عبد الله بن أحمد بن حنبل قال : حدثني محمد بن حميد الرازي قال : نا زافر بن سليمان ، عن محمد بن عيينة ، عن أبي حازم ، عن سهل بن سعد قال : جاء جبريل إلى النبي صلى الله عليه وسلم ، فقال : يا محمد، عش ما شئت فإنك ميت، واعمل ما شئت فإنك مجزي به، وأحبب من شئت فإنك مفارقه - واعلم أن شرف المؤمن قيام الليل، وعزه استغناؤه عن الناس. (رواه الطبراني : 4429 – المعجم الأوسط للطبراني – المكتبة الشاملة – باب من اسمه عبد الله – الجزء : 9 – صفحة : 483)

Dari Sahl bin Sa’id, ia berkata : Jibril datang kepada Nabi saw, lalu berkata : “Wahai Muhammad, hiduplah sesuka hatimu, maka sesunguhnya engkau akan mati, dan cintailah apa saja yang engkau kehendaki, maka sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya, dan berbuatlah apa saja yang engkau kehendaki, maka sesungguhnya engkau pasti akan mendapat balasan dari amal itu, dan ketahuilah sesungguhnya kemuliaan seorang mukmin terletak pada shalat malamnya (qiyaamullail) dan kehormatannya bergantung pada ketidakbutuhannya kepada manusia”. (HR.Thabrani : 4429, Al-Mu’jam Al-Awsath Lith-Thabrany, bab manismuhu Abdullah, juz : 9, hal. 483)

Semoga kita senantiasa mendapatkan hidayah dari Allah swt. Aamiin

BERJUANG DAN BERKORBAN UNTUK MERAIH RIDHA ALLAH

QS. AL-BAQARAH : 207

Saudaraku, mencari ridla Allah perlu perjuangan dan pengorbanan. Suatu ketika salah seorang sahabat Nabi bernama SHUHAIB berangkat pergi hijrah ke Madinah menyusul Rasulullah saw; lalu dia dikejar oleh sepasukan kaum Quraisy untuk dihalangi berhijrah. Melihat pasukan Quraisy mengejarnya, dia turun dari kendaraannya dengan panah yang telah siap di tangannya, seraya berucap : Wahai kaum Quraisy, kalian semua tahu, akulah pemanah ulung. Demi Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku selagi panah dan pedang ada di tanganku. Sekarang pilihlah satu diantara dua : KALIAN MATI TERBUNUH atau MEMILIKI HARTAKU YANG ADA DI MAKKAH, DENGAN MEMBIARKAN AKU PERGI HIJRAH KE MADINAH. Ternyata mereka memilih harta dan membiarkan Shuhaib pergi hijrah ke Madinah. Sesampainya di hadapan Nabi saw ia ceritakan apa yang telah terjadi. Nabi saw–pun bersabda : Telah beruntung perdaganganmu itu. Engkau telah beruntung wahai Abu Yahya. Berkaitan dengan peristiw tersebut, maka turunlah QS.Al-Baqarah ayat : 207.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Baqarah : 207)

أخرج الحرث بن أبي وأسامة في مسنده وابن أبي حاتم عن سعيد بن المسيب قال أقبل صهيب مهاجرا إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأتبعه نفر من قريش فنزل عن راحلته وانتشل ما في كنانته ثم قال يا معشر قريش لقد علمتم أني من أرماكم رجلا وأيم الله لا تصلون الي حتى أرمي كل سهم معي في كنانتي ثم أضرب بسيفي ما بقي في يدي منه شئ ثم افعلوا ما شئتم وإن شئتم دللتكم على مالي بمكة وخليتم سبيلي قالوا نعم فلما قدم على النبي صلى الله عليه وسلم المدينة قال ربح البيع أبا يحيى ربح أبي يحي ونزلت ومن الناس من يشري نفسه ابتغاء مرضاة الله والله رؤوف بالعباد.(لباب النزول – جلال الدين السيوطي – المكتبة الشاملة – الجزء : 1- صفحة : 29-30)

Telah meriwayatkan [Al-Harts bin Abi Usamah] dalam musnadnya dan [Ibnu Abi Hatim] yang bersumber dari [Sa’id bin Al-Musayyab], ia berkata : Shuhaib yang hijrah mengikuti Nabi saw dikejar oleh sepasukan kaum Quraisy. Maka ia turun dari kendaraannya dengan siap panah di tangannya, seraya berucap : Wahai kaum Quraisy, kalian semua tahu, akulah pemanah ulung. Demi Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku selagi panah dan pedang ada di tanganku. Sekarang piulihlah satu diantara dua : Kalian mati terbunuh atau memiliki hartaku yang ada di Makkah, dengan membiarkan aku pergi hijrah ke Madinah. Mereka memilih harta dan membiarkan Shuhaib pergi. Sesampainya di hadapan Nabi saw ia ceritakan apa yang telah terjadi. Nabi saw –pun bersabda : UNTUNG PERGADANGANMU ITU. Engkau telah beruntung hai Abu Yahya. Maka turunlah QS. Al-Baqarah ayat : 207. (Lubabun Nuzul oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 29-30) –

Semoga kita senantiasa mendapatkan pertolongan Allah untuk terus berjuang dan berkorban dalam usaha maraih ridha-Nya. Aamiin

Jumat, 17 Februari 2012

HAMBA KEKASIH ALLAH

Saudaraku, apabila seorang hamba telah mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan yang telah diwajibkan-Nya, dan istiqamah dengan amalan sunnah, hingga Allah mencintainya, maka Allah menyatakan : AKU-lah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk berbuat, dan kakinya yang ia jadikan untuk berjalan. Dan jika ia meminta kepada-KU pasti KU beri, dan jika ia minta perlindungan kepada-KU, pasti KU lindungi.

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ كَرَامَةَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ حَدَّثَنِي شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ. (رواه البخاري : 6021 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب التواضع – الجزء : 20 – صف5حة : 158)

Telah bercerita kepadaku [Syarik bin Abdillah bin Abi Namir]dari [‘Atha] dari [Abu Hurairah], ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah berfirman : Siapa yang memusuhi kekasih-KU, maka AKU umumkan perang kepadanya; dan hamba-KU tidak bisa mendekatkan diri kepada-KU dengan sesuatu yang lebih AKU cintai daripada yang telah AKU wajibkan; dan jika hamba-KU terus menerus mendekatkan diri kepada-KU dengan amalan sunnah, hingga AKU mencintai dia; dan jika AKU telah mencintainya, maka AKU-lah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang ia jadikan untuk berjalan. Dan jika ia meminta kepada-KU, pasti AKU beri, dan jika ia minta perlindungan kepada-KU, pasti AKU lindungi. Dan AKU tidak ragu untuk melakukan sesuatu yang AKU menjadi pelakunya sendiri, sebagaimana keragu-raguanku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang ia tidak suka dengan kematian itu, dan AKU sendiri tidak suka ia merasakan kepedihan sakitnya. (HR.Bukhari : 6021, Shahih Bukhari, Al-Maktbah Asy-Syuamilah, bab Tawadlu’, juz : 20, hal.158)

Semoga kita senantiasa menjadi hamba Allah yang ikhlas menjalankan aturan Allah, baik yang wajib maupun yang sunnah. Aamiin

SEIMBANG ANTARA KIKIR DAN DERMAWAN

Saudaraku, Rasulullah saw adalah seorang yang dermawan. Suatu ketika beliau mendapatkan kiriman pakaian yang cukup banyak, dan pakaian itu habis dibagi-bagikan, sampai-sampai ada yang tidak kebagian. Pernah beliau membuka gamisnya dan diberikan kepada seseorang yang memintanya, sehingga di rumahnya, beliau tidak lagi menganakan gamis. Beliau pernah berucap kepada ‘Aisyah, bahwa beliau akan selalu menginfaqkan segala sesuatu yang ada padanya. Lalu ‘Aisyah berkata : Kalau begitu terus menerus, tentu tidak akan ada sisanya sedikitpun. Berkenaaan dengan peristiwa tersebut Allah menurunkan ayat sebagai petunjuk agar “JANGAN TERLALU KIKIR, DAN JANGAN PULA TERLALU PEMURAH” :

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS. Al-Isra : 29)

أخرج سعيد بن منصور عن سيار أبي الحكم قال أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم بر وكان معطيا كريما فقسمه بين الناس فأتاه قوم فوجدوه قد فرغ منه فأنزل الله ولا تجعل يدك مغلولة إلى عنقك ولا تبسطها الآية.(لباب النزول – جلال الدين السيوطي – المكتبة الشاملة – الجزء : 1- صفحة : 122)

Sa’id bin Manshur telah meriwayatkan, dari Sayyar Abil hakam, ia berkata : Pernah datang kiriman kepada Rasulullah saw berupa pakaian katun, dan karena beliau seorang yang dermawan, maka pakaian itu dibagi-bagikan kepada orang-orang. Kemudian datanglah serombongan orang (yang meminta-minta bagian), namun mereka mendapati kenyataan pakaian itu telah habis. Berkaitan dengan peristiwa tersebut, Allah menurunkan ayat 29 surat Al-Isra. (Lubabun Nuzul oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 122)

وأخرج ابن مردويه وغيره عن ابن مسعود قال جاء غلام إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال إن أمي تسألك كذا وكذا قال ما عندنا شئ اليوم قال فتقول لك اكسني قميصك فخلع قميصه فدفعه إليه فجلس في البيت حاسرا فأنزل الله : ولا تجعل يدك مغلولة إلى عنقك ولا تبسطها كل البسط فتقعد ملوما محسورا.(لباب النزول – جلال الدين السيوطي – المكتبة الشاملة – الجزء : 1- صفحة : 122-123)

Ibnu Mardawaeh dan lainnya telah meriwayatkan, dari Ibnu Mas’ud, ia berkata : Ada seorang anak datang kepada Nabi saw, seraya berkata : Sesungguhnya ibuku meminta ini dan itu kepadamu. Beliau menjawab : “KAMI TIDAK PUNYA APA-APA HARI INI”. Anak itu berkata : Ibuku berkata (meminta), agar tuan memberikan pakaian tuan kepadaku. LALU BELIAU MEMBUKA BAJU GAMISNYA DAN DISERAHKAN KEPADA ANAK ITU. DAN BELIAU TINGGAL DI RUMAH TANPA MEMAKAI BAJU GAMIS. Berkaitan dengan peristiwa tersebut, Allah menurunkan ayat 29 surat Al-Isra. (Lubabun Nuzul oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 122-123)

وأخرج أيضا عن أبي أمامة ان النبي صلى الله عليه وسلم قال لعائشة أنفق ما على ظهر كفي قالت إذن لا يبقى شئ فأنزل الله ولا تجعل يدك مغلولة إلى عنقك الآية.(لباب النزول – جلال الدين السيوطي – المكتبة الشاملة – الجزء : 1- صفحة : 123)

Dan diriwayatkan pula dari Abu Umamah, bahwa Nabi saw bersabda kepada ‘Aisyah : Aku akan menginfaqkan apa-apa yang ada padaku. ‘Aisyah berkata : Kalau begitu, tidak akan ada sisanya sedikitpun. Berkaitan dengan peristiwa tersebut, Allah menurunkan ayat 29 surat Al-Isra. (Lubabun Nuzul oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 123)

SIFAT MANUSIA JUGA DIMILIKI OLEH RASUL

Orang yang tidak suka kepada Rasulullah saw, seringkali melontarkan kata-kata ejekan dan hinaan, satu diantaranya adalah seperti kalimat : Bagaimana mungkin seorang Rasul seperti Muhammad memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Kalimat di atas diucapkan oleh orang-orang musyrik terhadap Rasulullah saw, sebagai ejekan dan hinaan, sehingga beliau merasa sedih. Kemudian Allah menurunkan ayat 20 surat Al-Furqan yang artinya : “Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha melihat”. (QS. Al-Furqan : 20)

وأخرج الواحدي من طريق جويبر عن الضحاك عن ابن عباس قال لما عير المشركون رسول الله صلى الله عليه وسلم بالفاقه وقالوا ما لهذا الرسول يأكل الطعام ويمشي في الأسواق حزن رسول الله صلى الله عليه وسلم فنزلت : وما أرسلنا قبلك من المرسلين إلا أنهم ليأكلون الطعام ويمشون في الأسواق الآية. (لباب النقول – جلال الدين السيوطي – المكتبة الشاملة – الجزء : 1- صفحة : 148)

Dan Al-Wahidi meriwayatkan dari jalan Juwaibir dar Adl-Dlahhak dari Ibnu Abbas, ia berkata : Setelah orang-orang musyrik mencela Rasulullah saw karena miskinnya, dan mereka mengatakan : Bagaimana mungkin seorang Rasul memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Rasulullah merasa sedih (mendengar ejekan orang-orang musyrik itu), lalu turunlah Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 20 yang menegaskan bahwa semua Rasul berbuat seperti itu. (Lubabun Nuzul oleh Imam jalaluddin As-Suyuthi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 148)

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الْأَسْوَاقِ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا (20)

Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha melihat. (QS. Al-Furqan : 20)

AL-QURAN DITURUNKAN BERANGSUR-ANGSUR

Saudaraku, suatu ketika orang-orang musyrik berkata : Jika Muhammad itu benar-benar seorang Nabi sebagaimana pengakuannya, tentu Allah tidak akan menyiksanya dengan menurunkan Al-Quran seayat dua ayat. Mengapa Allah tidak menurunkan Al-Quran sekaligus saja. Pertanyaan tersebut dijawab oleh Allah dengan menurunkan Al-Quran surat Al-Furqan ayat 32 yang artinya :

Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS.Al-Furqan : 32)

Al-Quran itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati Nabi Muhammad saw menjadi kuat dan mantap.

وأخرج ابن أبي حاتم والحاكم وصححه والضياء في المختارة عن ابن عباس قال قال المشركون إن كان محمد كما يزعم نبيا فلم يعذبه ربه ألا ينزل عليه القرآن جملة واحدة فينزل عليه الآية والآيتين فأنزل الله وقال الذين كفروا لولا نزل عليه القرآن جملة وأحدة.(لباب النزول – جلال الدين السيوطي – المكتبة الشاملة – الجزء : 1- صفحة : 148)

Telah meriwayatkan Ibnu Abi Hatim dan Al-Hakim dan Adl-Dliya dalam kitab Al-Mukhtarah, dari Ibnu Abbas, ia berkata : Orang-orang musyrik berkata : Jika Muhammad itu sebagaimana pengakuannya bahwa ia seorang Nabi, tentu Tuhannya tidak akan menyiksanya. Mengapa Allah tidak menurunkan Al-Quran sekaligus saja. Maka justeru Allah (menyiksanya) dengan cara menurunkan Al-Quran seayat dua ayat. Berkenaan dengan peristiwa tersebut, maka Allah menurunkan Al-Quran surat Al-Furqan ayat 32. (Lubabun Nuzul oleh Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 148)

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآَنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا (32)

Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). (QS.Al-Furqan : 32)

MENGHORMATI ORANG TUA DAN GURU

Kedua orang tua dan guru masing-masing mempunyai kedudukan yang terhormat, sehingga Rasulullah saw bersabda :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ أَنْبَأَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ أُعَلِّمُكُمْ إِذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَأَمَرَ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ وَنَهَى عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ وَنَهَى أَنْ يَسْتَطِيبَ الرَّجُلُ بِيَمِينِهِ. (رواه ابن ماجه : 309 - سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة -بَاب الِاسْتِنْجَاءِ بِالْحِجَارَةِ وَالنَّهْيِ عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ – الجزء : 1 - صفحة : 374)

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : KEDUDUKANKU BAGI KALIAN SEPERTI SEORANG AYAH BAGI ANAKNYA, AKU AKAN MENGAJARI KALIAN, jika kalian ingin buang hajat, maka janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya. Beliau memerintahkan agar beristinja’ dengan tiga buah batu dan melarang menggunakan kotoran hewan dan tulang. Dan beliau juga melarang seseorang cebok dengan tangan kanannya. (HR.Ibnu Majah : 309, sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy=Syamilah, bab istinja bilhajar wannahyu ‘anir rauts warrammati juz : 1, hal. 374)

Dalam memahami hadits di atas, Imam Al-Ghzali memberikan komentar dalam kitab Al-Ihya Ulumuddin sebagai berikut :

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " إنما أنا لكم مثل الوالد لولده " بأن يقصد إنقاذهم من نار الآخرة وهو أهم من إنقاذ الوالدين ولدهما من نار الدنيا: ولذلك صار حق المعلم أعظم من حق الوالدين فإن الوالد سبب الوجود الحاضر والحياة الفانية والمعلم سبب الحياة الباقية. (الإحياء علوم الدين)

Rasulullah saw bersabda : “KEDUDUKANKU BAGI KALIAN SEPERTI SEORANG AYAH BAGI ANAKNYA”. Maksudnya : Beliau saw sebagai guru adalah menyelamatkan manusia dari penderitaan jangka panjang yang abadi nanti di akhirat. Dan ia lebih penting dari pada tugas kedua orang tua yang menyelamatkan anaknya dari penderitaan di dunia belaka. Oleh karena itu, hak seorang guru lebih besar daripada hak kedua orang tua, karena orang tua sebagai sebab hadirnya seorang anak dalam kehidupan yang fana di dunia ini, sementara guru menjadi sebab untuk meraih kebahagian dalam kehidupan jangka panjang yang abadi di akhirat nanti. (Al-Ihya Ulumuddin(

Memahami komentar imam Al-Ghazali di atas, pantaslah bila kita menghormati guru, dan salah satu cara menghormatinya adalah “MENGAMALKAN ILMUNYA”.

Namun demikian, suatu ketika orang tua dapat berperan ganda, yaitu sebagai orang tua dan juga sekaligus sebagai guru. Begitu seorang anak lahir, orang tua yang pertama kali mengumandangkan kalimat tauhid dan takbir di telinga kanan dan kiri sang anak. Begitu mau makan/minum orang tua pula yang pertama kali mengajari berdoa, sehingga pantaslah apabila sangat banyak dalil Al-Qur’an maupun hadits yang memerintahkan untuk berbakti serta taat kepada kedua orang tua, antara lain sebagai berikut :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23)

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan HENDAKLAH KAMU BERBUAT BAIK PADA IBU BAPAKMU DENGAN SEBAIK-BAIKNYA. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850]. (QS.Al-Isra’ : 23)

[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Dalam ayat tersebut, bagitu pentingnya berbakti kepada kedua orang tua, maka perintah berbakti kepadanya, langsung diabadikan dalam urutan sesudah perintah beribadah kepada Allah.

Begitu tingginya kedudukan orang tua, maka Rasulullah saw menegaskan, bahwa anak akan dapat rido Allah bila dapat rido dari kedua orang tuanya, dan akan dapat murka Allah, bila ia dapat murka dari kedua orang tuanya.

أخبرنا أبو عبد الله الحافظ ، نا أبو بكر بن بالويه ، نا بشر بن موسى الأسدي ، نا القاسم بن سليم الصواف ، قال : شهدت الواسطيين أبا بسطام شعبة بن الحجاج ، وأبا معاوية هشيم بن بشير يحدثان ، عن يعلى بن عطاء ، عن أبيه عن عبد الله بن عمرو قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : رضا الله من رضا الوالدين ، وسخط الله من سخط الوالدين. (رواه البيهقي : 7583 – شعب الإيمان للبيهقي –المكتبة الشاملة - باب الخامس والخمسون من شعب الإيمان – الجزء : 16 – صفحة : 337)

Dari Abdullah bin Amr, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : RIDO ALLAH TERGANTUNG DARI RIDO KEDUA ORANG TUA, DAN MURKA ALLAH TERGANTUNG DARI MURKA KEDUA ORANG TUA. (HR. Baihaqi : 7583, Syu’abul iman Lil-Baihaqi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-Khamis wal-Khaksun min Syu’abnil iman, juz : 16, hal.337)

Anak wajib berbakti kepada kedua orang tua, sewaktu orang tua masih hidup ataupun sudah wafat. Sewaktu orang tua masih hidup, berbakti kepadanya, antara lain dengan sikap dan tutur kata yang menyejukkan, santun dan terhormat. Ketika mereka telah wafat, cara berbakti kepadanya, antara lain sebagai berikut :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ أَسِيدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ عُبَيْدٍ مَوْلَى بَنِي سَاعِدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَبَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِيفَاءٌ بِعُهُودِهِمَا مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا. (رواه ابن ماجه : 3654 – سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة - بَاب صِلْ مَنْ كَانَ أَبُوكَ يَصِلُ – الجزء : 11- صفحة : 56 )

Dari Abi Usaid Malik bin Rabi’ah, ia berkata : Ketika kami berada di samping Rasulullah saw, tiba-tiba seorang laki-laki dari Bani Salamah datang kepada beliau dan bertanya : Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal? Beliaqu menjawab : Ya, masih ada, yaitu : (1) berdoa untuk keduanya, (2) memintya ampun untuk keduanya, (3) melaksanakan janji-janji keduanya setelah keduanya meninggal, (4) memuliakan teman-teman keduanya (5) dan menyambung shilaturrahim yang tidak tersambung sebelumnya kecuali karena keduanya. –(HR.Ibnu Majah : 3654, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah AsySyamilah, bab shil man kaana abuuka yashilu, juz : 11, hal. 56)

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (24)

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(QS.Al-Isra’ : 24)

Semoga kita menjadi anak yang shalih/shalihah, berbakti dan taat kepada kedua orang tua serta menghormati guru. Aamiin

Senin, 06 Februari 2012

MENGAPA HATI MATI

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian pertama).

Assww. Saudaraku, suatu ketika, Ibrahim bin Adham melewati sebuah pasar di kota Basrah, lalu orang-orang mengerumuninya dan bertanya, Wahai Abu Ishaq (nama panggilan untuk Ibrahim bin Adham), Allah berfirman di dalam kitab suci-Nya,

ادعوني أستجب لكم

Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkan doamu”. (Q.S. Ghaafir: 60)

Sementara kami selalu berdoa semenjak lama, tetapi tidak kunjung dikabulkan. Mendengar keluhan tersebut, Ibrahim berkata. Wahai warga Basrah, “HATI KALIAN SUDAH MATI” :

Saudaraku, hati yang mati adalah hati yang tidak memiliki saluran atau jaringan yang dapat bersambung dengan Allah, sehingga permohonan tidak terdengar oleh-Nya dan doa-pun tidak dikabulkan pula oleh-Nya.

فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ.

Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi YANG BUTA, IALAH HATI yang di dalam dada. (QS. Al-Hajj : 46)

Ada sepuluh faktor yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”. Bagian Pertama :

عرفتم الله و لم تؤدوا حقه

  1. Kalian mengenal Allah, tetapi tidak mau menunaikan hak-Nya.

Saudaraku, boleh jadi kita kenal Allah sebagai sang Maha pencipta yang berhak untuk disembah, Maha kuasa atas segala sesuatu, Maha kaya dan bahkan mungkin kita kenal bahwa Allah memiliki sifat-sifat kemahasempurnaan yang melampaui segala sesuatu, namun kita abaikan hak-hak Allah untuk disembah, tidak ada ketaatan untuk menjalankan kehendak-Nya dan tidak ada kepatuhan untuk meninggalkan larangan-Nya, sehingga “HATI MENJADI MATI”; dan karenanya, lalu “DOA TIDAK DIKABULKAN”.

Saudaraku, ayo kita hidupkan hati kita dengan menjaga hak-hak Allah melalui ketaatan, ketundukan serta sikap rendah hati untuk menjalankan perintah Allah, meninggalkan larangan-Nya serta menjauhkan diri dari menyekutukan-Nya dengan sesuatu apaupun. Renungkan firman Allah dan sabda Nabi berikut :

احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ.

Jagalah (hak-hak) Allah niscaya DIA akan menjagamu, jagalah (hak-hak) Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. (HR.Ahmad : 2537, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab bidayah Musnad Abdullah bin Abbas, juz : 6, hal. 69)

- penuhilah janjimu kepada-KU (yaitu Janji untuk menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun), niscaya AKU penuhi janji-KU kepadamu…..(QS.Al-Baqarah : 40)

- Maka ingatlah kamu kepada-KU, niscaya AKU ingat (pula) kepadamu (dengan melimpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu). (QS.Al-Baqarah : 152)

- JIKA KAMU MENOLONG (AGAMA) ALLAH, NISCAYA DIA AKAN MENOLONGMU dan meneguhkan kedudukanmu. (QS.Muhammad : 7)

semoga kita menjadi hamba yang mengenal Allah, dan terus berjuang menunaikan hak-Nya. Aamiin - Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Kedua)

Assww. Saudaraku, bagian yang kedua yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

قرأتم كتاب الله و لم تعملوا به

Kalian membaca kitabullah, tetapi tidak mau mengamalkannya.

Membaca Al-Qur’an dengan tertil dan ikhlas karena Allah adalah ibadah. Dan nilai ibadahnya akan lebih tinggi ketika Al-Qur’an dibaca dan diserati dengan merenungkan maknanya ayat demi ayat, memahami dan menangkap pesan-pesannya, lalu diperjuangkan dengan sungguh-sungguh untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu ketika Rasulullah saw meminta Abdullah bin Mas’ud membacakan Al-Qur’an untuk dirinya. Lalu Abdullah bin Mas’ud berkata : Aku diminta membacakan Al-Qur’an untukmu wahai Rasulullah, padahal ia diturunkan kepadamu. Beliau bersabda : Sesungguhnya aku suka mendengarnya dari orang lain. [1] Dalam riwayat yang lain, Rasulullah saw meminta Abdullah bin Mas’ud membacakan Al-Qur’an, lalu dia membaca surat An-Nisa, namun setelah samapai pada ayat 41,

فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاءِ شَهِيدًا

Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (Seorang Nabi menjadi saksi atas perbuatan tiap-tiap umatnya, Apakah perbuatan itu sesuai dengan perintah dan larangan Allah atau tidak). (QS.An-Nisa : 41)

Mendengar ayat tersebut, Rasullallah saw, lalu bersabda : Cukuplah sampai disitu, dan ternyata beliau menangis. Tentu hal ini terjadi karena beliau telah betul-betul memahami maknanya dan telah menagkap pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. [2]

Namun apabila Al-Qur’an itu hanya dibaca, dan ISINYA TIDAK MAU DIAMALKAN, maka itulah yang menyebabkan “HATI MENJADI BUTA”, sehingga jaringan atau saluran dengan Allah menjadi terputus dan dampaknya adalah “DOANYA TIDAK DIKABULKAN”.

Rasulullah saw pernah menegaskan, bahwa umatnya akan masuk surga, kecuali “YANG TIDAK MAU”. Bukti tidak mau masuk surga adalah sikap tidak mentaati aturan Allah dan Rasul-Nya. Atau dengan kata lain “ENGGAN MENGAMALKAN KANDUNGAN AL-QUR’AN”.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ حَدَّثَنَا فُلَيْحٌ حَدَّثَنَا هِلَالُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى. (رواه البخاري : 6737- صحيح البخاري- المكتبة الشاملة -بَاب الِاقْتِدَاءِ بِسُنَنِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - الجزء : 22 – صفحة : 248)

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda : Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan (tidak mau). Para sahabat bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan (tidak mau) (masuk surga)? Beliau menjawab : Siapa yang taat kepadaku, dia masuk surga, dan siapa yang membangkang (durhaka) kepadaku dia berarti enggan (tidak mau masuk surga). (HR.Bukhari : 6737, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab iqtida’ bisunani Rasulillah, juz : 22, hal. 248)

Semoga kita menjadi hamba Allah yang cinta baca Al-Qur’an serta berjuang untuk memahami dan mengalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aamiin - Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Kedua)

Assww. Saudaraku, bagian yang kedua yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ketiga)

Assww. Saudaraku, bagian yang ketiga yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

اِدَّعَيْتُمْ حب رسول الله صلى الله عليه وسلم وتركتم سنته

  1. Kalian mengaku cinta kepada Rasulullah saw, tetapi kalian meninggalkan sunnahnya.

Ketika kita menyataka cinta kepada Rasulullah saw, maka seharusnya meneladani akhlak beliau yang bersumber kepada Al-Qur’an.

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ زُرَارَةَ عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ أَخْبِرِينِي عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ.(رواه احمد : 24139 – مسند احمد - المكتبة الشاملة – الجزء : 51 – صفحة : 296)

Dar Sa’id bin Hisyam, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah, aku katakan : Tolong kabarkan kepadaku tentang akhlak Rasulullah saw, ‘Aisyah menjawab : AKHLAK RASULULLAH SAW, ADALAH AL-QURAN. (HR. Ahmad : 24139, Musanad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 51, hal. 296)

Allah menyataka kepada Rasullau saw :

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ (4)

Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (QS.Al-Qalam : 4)

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ (32)

31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

32. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS.Ali ‘Imran : 31-32)

Saudaraku, ayo kita hidupkan hati kita dengan menjalankan suna-sunah Rasul. Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 4)

Assww. Saudaraku, bagian yang keempat yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

ادعيتم عداوة الشيطان ووافقتموه

Kalian mengaku bermusuhan dengan setan, tetapi kalian akur dengannya.

Saudaraku, Setan berasal dari bahasa Arab “SYATHANA” yang artinya adalah “JAUH DARI KEBENARAN”. Oleh karenanya, hamba yang akur dengan kebatilan, berakrab-akrab dengan perbuatan dosa dan maksiat, itulah hakikat keabraban dengan setan, sehingga “HATINYA MENJADI MATI” dan akibatnya “DOANYA TIDAK DIKABULKAN OLEH ALLAH”.

Saudaraku, ayo kita renungkan dialog antara Nabi Ibrahim dengan sang ayah yang diabadikan dalam Al-Quran :

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا * إِذْ قَالَ لأبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لا يَسْمَعُ وَلا يُبْصِرُ وَلا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا * يَا أَبَتِ إِنِّي قَدْ جَاءَنِي مِنَ الْعِلْمِ مَا لَمْ يَأْتِكَ فَاتَّبِعْنِي أَهْدِكَ صِرَاطًا سَوِيًّا * يَا أَبَتِ لا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا * يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِنَ الرَّحْمَنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيًّا * قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لأرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا * قَالَ سَلامٌ عَلَيْكَ سَأَسْتَغْفِرُ لَكَ رَبِّي إِنَّهُ كَانَ بِي حَفِيًّا * وَأَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَأَدْعُو رَبِّي عَسَى أَلا أَكُونَ بِدُعَاءِ رَبِّي شَقِيًّا [مريم: 41 -48]

41. Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan (membenarkan semua hal yang ghaib yang datang dari Allah) lagi seorang Nabi.

42. ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "WAHAI BAPAKKU, MENGAPA KAMU MENYEMBAH SESUATU YANG TIDAK MENDENGAR, TIDAK MELIHAT DAN TIDAK DAPAT MENOLONG KAMU SEDIKITPUN?

43. Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

44. Wahai bapakku, JANGANLAH KAMU MENYEMBAH SYAITAN. Sesungguhnya SYAITAN ITU DURHAKA kepada Tuhan yang Maha Pemurah.

45. Wahai bapakku, Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu AKAN DITIMPA AZAB DARI TUHAN yang Maha pemurah, maka KAMU MENJADI KAWAN BAGI SYAITAN".

46. berkata bapaknya: "Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, Hai Ibrahim? jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama".

47. berkata Ibrahim: "Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.

48. DAN AKU AKAN MENJAUHKAN DIRI DARIMU DAN DARI APA YANG KAMU SERU SELAIN ALLAH, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku".

Semoga kita dijauhkan oleh Allah dari godaan setan yang terkutuk. Aamiin - Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 5)

Assww. Saudaraku, bagian yang kelima yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

قلتم نحب الجنة و لم تعملوا لها

Kalian mengatakan cinta kepada surga, tetapi tidak mau beramal menuju ke sana.

Saudaraku, ketika perintah Allah tidak kita taati, dan larangan-Nya tidak kita jauhi, maka itulah sebenarnya penyebab “HATI MENJADI MATI”, dan akibatnya adalah doa tidak diijabah oleh Allah. Rasulullah saw, pernah memberikan petunjuk kepada kita tentang amalan calon penghuni surga, yang pada garis besarnya terdapat dalam hadis berikut ini :

حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ حَدَّثَنَا عَفَّانُ بْنُ مُسْلِمٍ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدِ بْنِ حَيَّانَ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَالَ تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ وَتُؤَدِّي الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا أَزِيدُ عَلَى هَذَا فَلَمَّا وَلَّى قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا. (رواه البخاري : 1310- صحيح البخاري- المكتبة الشاملة –بَاب وُجُوبِ الزَّكَاةِ وَقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ – الجزء : 5 – صفحة :203)

Dari Abu Hurairah ra, Ada seorang Arab Badui menemui Nabi saw, lalu bertkata : Tunjukkan kepadaku suatu amalan yang apabila aku kerjakan akan memasukkan aku ke dalam surga. Beliau bersabda : KAMU MENYEMBAH ALLAH DENGAN TIDAK MENYEKUTUKAN-NYA DENGAN SESUATU APAPUN, KAMU MENEGAKKAN SHALAT YANG DIWAJIBKAN, KAMU TUNAIKAN ZAKAT YANG WAJIB, KAMU BERPUASA DI BULAN RAMADHAN. Kemudian orang Arab badui itu berkata : Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku tidak akan menambah dari perintah-perintah ini. Ketika hendak pergi Nabi saw bersabda : Siapa yang berkeinginan melihat laki-laki penghuni surga, maka hendaklah dia melihat orang ini. (HR.Bukhari : 1310, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab wujubizzakati, juz : 5, hal. 203)

Saudaraku, ayo kita hidupkan hati yang sudah mati dengan memantapkan aqidah tauhid, menanamkan iman sampai menyelinap ke dalam dada, menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan syirik, menjalankan ibadah dengan ikhlas karena Allah, lalu menumbuh suburkan akhlak yang mulia. Ketika itu terjadi, maka janji Allah pasti kita raih, yaitu “SURGA” yang penuh dengan kedamaian. Semoga kita termasuk hamba Allah yang dipanggil oleh Allah dalam firman-Nya :

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)

27. Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, 30. masuklah ke dalam syurga-Ku. (QS. Al-Fajr. : 27-30) - Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 6)

Assww. Saudaraku, bagian yang keenam yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

قلتم نخاف النار وَرَهَـنْـتم أنفسكم بها

Kalian mengatakan takut kepada neraka, tetapi kalian malah menggadaikan diri kalian kepadanya.

Saudaraku, semua hamba yang berakal sehat, tentu tidak ada yang berkeinginan menjadi hamba yang menderita dalam azab api neraka. Akan tetapi tidak sedikit yang secara sengaja menjeruskan dirinya ke dalam neraka dengan kebiasaan “MELAKUKAN LARANGAN ALLAH”, sehingga “HATINYA MANJDI MATI” dan akibatnya donya tidak dikabulkan Allah.

Saudaraku, ayo kita hidupkan hati kita dengan cara menjauhi larangan Allah dan berdoa kepada-Nya agar kita dapat meninggalkan amalan-amalan calon penghuni neraka.

Saudaraku, ayo kita berdoa, semoga tutur kata kita, sikap dan amal perbuatan kita sejalan dengan makna doa berikut ini :

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan PELIHARALAH KAMI DARI SIKSA NERAKA. Aamiin - Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 7)

Assww. Saudaraku, bagian yang ketujuh yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

قلتم أن الموت حقٌّ و لم تستعدوا له

Kalian mengatakan bahwa kematian itu benar adanya, tetapi kalian tidak mau mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Saudaraku, Menghadapi kematian, ayo kita mempersiapkan diri dengan memantapkan iman memperbanyak amal shalih yang berkualitas tinggi dan menyempurnakan akhlak karimah, sehingga “HATI KITA MENJADI HIDUP”, dan doa kita diijabah oleh Allah.

Saudaraku, ketika maut telah menjemput kita, maka tempt yang akan kita huni hanya ada dua kemungkinan, yaitu NERAKA yang penuh dengan penderitaan dan kesengsaraan yang disediakan bagi pelaku dosa dan maksiat, atau SURGA yang penuh dengan kenikmatan, kedamaian dan kebahagiaan yang disediakan bagi orang yan bertakwa.

اللهم انا نسألك رضاك والجنة برحمتك يا ارحم الراحمين –آمــين
YA ALLAH, KAMI MEMOHON RIDHAMU DAN SURGA, DENGAN RAHMATMU WAHAI DZAT YANG MAHA PEMBERI RAHMAT. Aamiin – Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 8)

Assww. Saudaraku, bagian yang kedelapan yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

اشتغلتم بعيوب إخوأنكم ونبذتم عيوبكم

Kalian sibuk mencari aib saudara kalian, tetapi mengabaikan aib kalian sendiri.

Saudaraku, Allah swt, memerintahkan kita agar selalu mengadakan koreksi diri, bukan mengamati atau mencari-cari dosa-dosa dan kesalahan orang lain. Firman Allah :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr : 18)

وقوله: { وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ } أي: حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا، وانظروا ماذا ادخرتم لأنفسكم من الأعمال الصالحة ليوم معادكم (تفسير ابن كثير)

Makna firman Allah : “dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”, maksudnya adalah “hisablah dirimu, koreksilah dirimu sebelum kalian dikoreksi oleh Allah, dan renungkan, perhatikan dengan sungguh-sungguh amal shalih apa yang telah kalian tabung/simpan untuk bekal sampai ke tempat kemabli kalian (akhirat). (Tafsir Ibnu Katsir)

Saudaraku, ayo kita adakan muhasabah (koreksi diri) secara muadawamah (terus menerus) jangan suka mencari-cari aib atau dosa orang lain, agar “HATI KITA MENJADI HIDUP”, dan doa kita diijabah oleh Allah.

اللهم نور قلو بنا بنور القرآن وزين اخلاقنا بالقرآن وادخلنا الجنة بالقرآن ونجنا من النار بالقرآن برحمتك ياارحم الراحمين – آمــين

Ya Allah, sinarilah hati kami dengan nur cahaya Al-Qran, hiasilah akhlak kami dengan nilai-nilai kandungan Al-Quran, masukkanlah kami ke dalam surgamu karena menjalankan kehendakMU yang terdapat di dalam Al-Quran dan selamatkan kami dari azab api neraka karena menjauhi laranganMU yang terdapat di dalam Al-Quran, dengan rahmat-MU Yang Maha Pemberi rahmat. Aaminn. Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 9)

Assww. Saudaraku, bagian yang kesembilan yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

أكلتم نعمة ربكم و لم تشكروها

Kalian memakan karunia Tuhan kalian, tetapi kalian tidak mensyukurinya.

Saudaraku, Oksigen tiap detik kita hirup, Ikan di laut tiap hari kita tangkap, dan setiap saat hasil bumi kita nikmati, tetapi Allah yang memberikan nikmat itu kita abaikan, ketaatan kepada-Nya sebagai wujud syukur tidak pernah kita tampilkan, sehingga HATI MENJADI MATI. Padahal sesaat-pun dalam hidup ini nikmat Allah tidak pernah berhenti, sejak kita mulai tidur sampai tidur kembali. Bahkan tidur itu sendiri merupakan nikmat Allah. Dari sekian banyak nikmat itu, yang tidak sanggup kita menghitungnya, ALLAH CUMA MINTA MENSYUKURI NIKMAT ITU. Baik syukur dalam bentuk ucapan, lebih-lebih syukur dalam bentuk perbuatan. Allah berjanji :

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ. (إبراهيم: 7)

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)

Ketika kita bersyukur, maka hasilnya akan kembali kepada diri kita sendiri. Renungkan firman Allah berikut ini :

قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (40)

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab : "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (QS. An-Naml : 40)

Saudaraku, ayo kita hidupkan hati kita dengan MENSYUKURI NIKMAT ALLAH, dalam bentuk ketaatan menjalankan kehendak-Nya, sehingga doa kita dikabulkan oleh-Nya.

اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Ya Allah, tolonglah kami agar senantiasa dapat mengingatMu, dan bersyukur kepadaMu serta (semakin) bagus dalam beribadah kepadaMu. Aamiin – Wasslm

MENGAPA HATI ITU MATI? (Bagian Ke - 10)

Assww. Saudaraku, bagian yang kesepuluh yang menyebabkan “HATI MENJADI MATI”, Ibrahim bin Adham berkata kepada warga Basrah :

دفنتم موتاكم و لم تعتبروا بهم.

Kalian mengubur orang mati, tetapi tidak mau mengambil pelajaran darinya.

Saudaraku, Rasulullah saw mengingatkan kita agar selalu ingat akan kematian, karena semua manusia pasti akan menemui ajalnya dan nanti akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah dalam mengarungi kehidupan di muka bumi ini. Beliau berpesan :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِي الْمَوْتَ

Banyak-banyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. (HR.Tirmidzi)

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Apabila manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga, yaitu sedekah jariyah, ilomu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakannya. (HR.Muslim)

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

Mayyit itu diikuti oleh tiga hal, yang dua kembali dan yang satu terus mengikutinya, ia diikuti oleh keluarga, hanrta dan amalnya, maka kemabalilah keluarga dan hartanya, dan amalnya tetap terus mengikutinya. (HR.Bukhari)

Saudaraku, ayo kita ambil pelajaran dari peristiwa kematian, agar hati terus hidup, dan doa kita diijabah oleh Allah. Wasslm



[1] - حَدَّثَنَا قَيْسُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبِيدَةَ السَّلْمَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ أَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي. (رواه البخاري : 4668 – صحيح البخاري- المكتبة الشاملة - بَاب الْبُكَاءِ عِنْدَ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ – الجزء : 15 – صفحة :482 )

[2] - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبِيدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اقْرَأْ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ آقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ نَعَمْ فَقَرَأْتُ سُورَةَ النِّسَاءِ حَتَّى أَتَيْتُ إِلَى هَذِهِ الْآيَةِ : فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا [النساء: 41] قَالَ حَسْبُكَ الْآنَ فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ (رواه البخاري : 4662 - صحيح البخاري- المكتبة الشاملة -بَاب قَوْلِ الْمُقْرِئِ لِلْقَارِئِ حَسْبُكَ- الجزء : 15 – صفحة : 474 )