Rabu, 18 November 2015

SURAT AL-BAQARAH AYAT 28



Al-Baqarah Ayat 28
Allah menampilkan firman-Nya ayat 28 surat Al-Baqarah ini adalah  untuk menunjukkan keberadaan dan kekuasan-Nya, bahwa Dia-lah sang Maha Pencipta yang mengatur hamba-hamba-Nya.[1] Allah beriman :
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Awal ayat 28 :  كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ Mengapa kamu kafir kepada Allah”. Artinya, mengapa kamu mengingkari keberadaan-Nya atau menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Pada awal ayat ini terdapat sebuah pertanyaan yang mengandung makna keheranan dan celaan serta pengingkaran dari Allah, yaitu bagaimana bisa terjadi kekufuran kepada Allah yang telah menciptakan kita dari tidak ada, lalu Dia memberikan nikmat dengan berbagai macam nikmat, kemudian Dia mematikan kita ketika ajal telah tiba,  lalu Dia memberikan balasan dalam kubur atas amal kita sewaktu hidup, kemudian Dia membangkitkan kembali di hari ba’ats  (hari kebangkitan) dan berdiri di padang mahsyar, kemudian kita akan kembali kepada-Nya dengan mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat. Maksudnya,  tidak pantas kita kafir kepada Allah, yang pantas adalah beriman, bertakwa, bersyukur, takut akan adzab-Nya, dan mengharap ganjaran pahala dari-Nya. [2] 
Tengah ayat 28 : وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ  “padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu”. Maksudnya, dulu kamu tidak ada, lalu Allah mengeluarkan kamu ke dalam wujud (menjadi ada). Cobalah kita merenung sejenak, kita dari “tidak ada”,  lalu menjadi “ada” karena diciptakan atau diadakan oleh Allah. Kita tidak tahu, dimanakah kita  dahulunya tersebar;  di dedaunan, di biji-bijian atau di air mengalir?. Sebagai ciptaan Allah, tidak ada bedanya dengan pepohonan, rerumputan, serangga yang kemudian dihidupkan-Nya. Terbentuklah air mani dalam Shulbi seorang ayah, lalu masuk ke rahim seorang ibu, kemudian menjadi segumpal darah, dan darah itu berasal dari makanan; hormon, kalori dan vitamin. Kemudian dalam rahim seorang ibu dikandung sekian bulan, lalu diberi akal. Kemudian mengembara di permukaan bumi berusaha mencukupkan keperluan-keperluan hidupnya. Tidakkah pantas kalau kita beriman dan bersyukur kepada-Nya?
 Pada potongan ayat ini Allah memberikan informasi bahwa sesungguhnya ada kematian yang pertama, yaitu sewaktu kita masih belum ada atau sebelum kita diciptakan, dan ada pula kehidupan yang pertama, yaitu setelah kita ada atau setelah kita diciptakan. Kemudian pada potongan ayat berikutnya, Allah memberikan informasi lanjutan, bahwa sesungguhnya ada kematian yang kedua,  dan ada pula kehidupan yang kedua.   
Tengah ayat 28 : ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali”. Kemudian kita dimatikan kembali untuk yang kedua, nyawa dicabut, dipisahkan dari badan kita. Badan dikembalikan kepada asalnya. Datang dari tanah dipulangkan ke tanah.  Kemudian dihidupkan kembali untuk yang kedua pula,  Sebab nyawa (roh) yang berpisah dari badan tadi tidaklah kembali ke tanah, tetapi pulang ke tempat yang hanya diketahui oleh Allah buat menungggu datangnya hari kiamat. Itulah hidup yang kedua kali;  yaitu hidup yang lebih tinggi dan lebih mulia, sehingga bagi yang beriman tidak ditemukan lagi kesengsaraan dan penderitaan seperti di jaman hidup yang pertama di dunia.
Pada potongan ayat ini Allah memberikan informasi kembali kepada kita, bahwa sesungguhnya ada kematian yang kedua, yaitu ketika kita dimasukkan ke dalam kubur, dan ada pula kehidupan yang kedua, yaitu setelah dibangkitkan kembali nanti di hari ba’ats.
Membaca ayat di atas menjadi sangat jelas, bahwa kematian adalah dua kali dan kehidupan  adalah dua kali pula. Hal ini senada dengan firman Allah berikut ini :
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ
Mereka menjawab : "Ya Tuhan Kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka Adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" (QS. Ghafir : 11)
Menurut Adh-Dhahhak yang bersumber dari Ibnu Abbas tentang firman Allah surat Ghafir (Al-Mu’min) ayat 11 ini : Dulu, sebelum Allah menciptakan kalian, kalian adalah tanah, ini adalah kematian. Kemudian Allah menghidupkan kalian, sehingga terciptalah kalian, ini adalah kehidupan. Kemudian Allah mematikan kalian, hingga kalian kembali ke dalam kubur, ini adalah kematian yang kedua. Selanjutnya Allah membangkitkan (menghidupkan) kalian kembali di hari ba’ats, ini adalah kehidupan yang kedua. Demikianlah dua kematian dan dua kehidupan yang dimaksud oleh ayat 28  surat Al-Baqarah ini.  Firman Allah yang semakna adalah ayat 26 surat Al-Jatsiyah :
قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لا رَيْبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Allah-lah yang menghidupkan kalian kemudian mematikan kalian, setelah itu mengumpulkan kalian pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Al-Jatsiyah : 26)
Akhir ayat 28 : ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. Artinya setelah kita dihidupkan kembali, kita  dipanggil kembali kehadirat Allah untuk diperhitungkan, dicocokkan bunyi catatan malaikat dengan perbuatan kita semasa hidup kita, lalu diputuskan ke tempat mana kita akan dimasukkan, kepada golongan orang-orang yang berbahagia dalam surga atau kepada golongan orang-orang yang celaka dalam neraka. Semua orang yang beramal, berbuat atau bekerja di dunia ini akan mendapatkan balasan dari Allah nanti di hari kiamat sesuai dengan amalnya.  Dan keadilan akan berlaku serta kezaliman tidak akan ada. Sedang  kasih sayang IIahi telah kita rasakan sejak dari alam fana ini. Kalau kita mendapat celaka, tidak lain hanyalah karena kesalahan kita sendiri. Begitulah Allah telah membuat rangkaian hidup yang kita tempuh, maka bagaimana kita bisa kufur terhadap-Nya. Bagaimana juga kita hendak berbuat sesuka hati dalam kehidupan yang pertama ini? Padahal kita tidak akan dapat membebaskan diri dari garis yang telah ditentukan-Nya itu. Padahal Dia tidak pernah menyia-nyiakan kita dalam hidup ini; diutus para Rasul, diturunkan wahyu, dipaparkan petunjuk agama yang akan menjadi pegangan kita.  Adakah patut,  bimbingan dan kasih sayang Allah yang sedemikian rupa kita ingkari dan kufur kepada-Nya?  Ayo tafakkur, pergunakan akal sehat kita; adakah patut perbuatan kufur itu terjadi?



[1]. Baca Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 213 - 214
[2]. Baca Tafsir As-Sa’di, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 48

Selasa, 03 November 2015

MENENTUKAN PILIHAN CALON PASANGAN



MENENTUKAN PILIHAN CALON PASANGAN
Memilih calon pasangan suami isteri seharusnya mengikuti tuntunan ajaran agama Islam sebagai agama yang kita anut, semuanya telah jelas di dalam kitab suci Al-Qur’an dan hadits Nabi saw. Namun bagi yang tidak tahu atau belum memahami ajaran Islam, tentu tidak mudah mengambil sikap untuk menentukan atau memilih calon pasangan, karena harus menentukan sendiri kriteria tertentu sebagai syarat.
Dalam memilih calon pasangan hidup, para pencari calon pada umumnya menempuh caranya sendiri-sendiri, padahal dalam ajaran agama Islam telah jelas  gambarannya bagaimana keriteria ajaran Islam dalam mencari jodoh.  Ada beberapa hal yang sangat penting dibicarakan, antara lain (1) konsep wanita shalihah dan laki-laki shalih, (2) konsep kafa’ah (setara, seimbang atau cocok) dan manfaatnya dalam hubungan  suami-istri. Jika konsep ini dapat diketahui, dihayati dan dilaksanakan, maka usaha pembinaan keluarga mudah menemukan jalan yang lurus, yaitu keluarga yang penuh dengan kedamaian, ketenangan dan cinta kasih dalam naungan rido Allah, atau keluarga yang Sakinah, mawaddah wa rahmah. 
Wanita Shalihah
Wanita yang shalihah dalam Islam diposisikan sebagai perhiasan yang sebaik-baiknya, sebagaimana yang ditegaskan dalam sabda Nabi saw yang diriwayatkan oleh imam Muslim dari Abdullah bin ‘Amr berikut ini : 
 حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ أَخْبَرَنِي شُرَحْبِيلُ بْنُ شَرِيكٍ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيَّ يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ. (رواه مسلم : 2668– صحيح مسلم– المكتبة الشاملة – باب خَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ  - الجز ء :7- صفحة :  397)
Telah menceritakan kepadaku [Muhammad bin Abdullah bin Numair Al Hamdani], telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Yazid], telah menceritakan kepada kami [Haiwah], telah mengabarkan kepadaku [Syurahbil bin Syarik], bahwa dia pernah mendengar [Abu Abdurrahman Al-Hubuli] telah bercerita dari [Abdullah bin 'Amru], bahwasannya Rasulullah saw,  bersabda : "Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah." (HR. Muslim : 2668,  Shahih Muslim,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Khairu Mataa’iddun-yaa,   juz : 7, hal. 397)
 Rasulullah saw telah memberikan petunjuk kepada kita, bahwa wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu (1) karena kecantikannya, (2)  karena  hartanya, (3) karena nasabnya dan (4) karena agamanya. Agar pasangan suami-isteri itu hidup bahagia, maka beliau saw berpesan agar kita memilih calon pasangan itu karena agamanya, sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dari Abu Hurair ra berikut ini :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. (رواه البخاري : 4700 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب الإكفاء فى الدين - الجز ء : 16- صفحة : 33)
Telah menceritakan kepada kami [Musaddad], telah menceritakan kepada kami [Yahya], dari [Ubaidullah], ia berkata; telah menceritakan kepadaku [Sa'id bin Abu Sa'id], dari [bapaknya], dari [Abu Hurairah] ra, dari Nabi saw,  beliau bersabda : "Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (HR. Bukhari : 4700, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-Ikfa’ fiddiin,  juz : 16, hal. 33)
Urutan dalam matan hadits yang diriwayatkan oleh Bukahri dari Abu Hurairah di atas adalah : ”harta, nasab, cantik, dan agama”  adalah salah satu cara Nabi saw berbicara sesuai keadaan dan naluri lawan bicaranya yaitu pemuda, sehingga harta menjadi urutan pertama. Padahal  urutan yang dimaksud sebenarnya adalah  “agama pada posisi yang pertama, jadi  dibalik. Kita perhatikan dalam matan hadits lain yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Jabir berikut ini :    
 حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ مُوسَى أَخْبَرَنَا إِسْحَقُ بْنُ يُوسُفَ الْأَزْرَقُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ جَابِرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ الْمَرْأَةَ تُنْكَحُ عَلَى دِينِهَا وَمَالِهَا وَجَمَالِهَا فَعَلَيْكَ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. (رواه ا لترمذي : 1006 – سنن الترمذي– المكتبة الشاملة – باب ما جاء  أن المرأة تنكح على ثلاث خصال-   - الجز ء :  4- صفحة :  363)
Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Muhammad bin Musa], telah mengabarkan kepada kami [Ishaq bin Yusuf Al Azraq], telah mengabarkan kepada kami [Abdul Malik bin Abu Sulaiman], dari ['Atha`], dari [Jabir] bahwa Nabi saw,  bersabda : "Sesungguhnya seorang wanita itu dinikahi karena agamanya, hartanya dan kecantikannya. Tetapi, utamakanlah agamanya, niscaya kamu akan beruntung." (HR. Tirmidzi : 1006, Sunan Tirmidzi,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Annal Mar’a tunkahu ‘alaa tslaatsi Khishaalin,  juz : 4, hal. 363)
 Bahkan Rasulullah saw melarang laki-laki memilih wanita hanya karena kecantikan atau kekayaannya semata, bukan karena agamanya, sebagaimana hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ الْمُحَارِبيُّ وَجَعْفَرُ بْنُ عَوْنٍ عَنْ الْإِفْرِيقِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ يُرْدِيَهُنَّ وَلَا تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ. (رواه  ابن ماجه :  1849 – سنن ا بن ماجه– المكتبة الشاملة – باب تزويج ذوات الدين- الجز ء : 5- صفحة :  456)
Telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib], telah menceritakan kepada kami ['Abdurrahman Al-Muharibi] dan [Ja'far bin Aun], dari [Al-Ifriqi], dari [Abdullah bin Yazid], dari [Abdullah bin Amru] ia berkata, "Rasulullah saw  bersabda : "Janganlah kalian menikahi wanita karena kecantikannya, bisa jadi kecantikannya itu merusak mereka. Janganlah menikahi mereka karena harta-harta mereka, bisa jadi harta-harta mereka itu membuat mereka sesat. Akan tetapi nikahilah mereka berdasarkan agamanya. Seorang budak wanita berkulit hitam yang telinganya sobek tetapi memiliki agama adalah lebih utama." (HR. Ibnu Majah : 1849, Sunan Ibnu Majah,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab  Tazwiju Dzaatiddiin,  juz : 5, hal. 456)
Agama yang dimaksud bukan hanya ilmu agama (knowledge), tetapi Dzaatuddin”, memiliki kesadaran agama. Memilih calon pasangan dengan menempatkan agama pada peringkat tertinggi karena hal-hal berikut :
1.     Meyakini bahwa perjodohan yang dialami adalah pilihan Allah yang terbaik, sehingga akan berusaha menjaganya, menyelesaikan semua masalah melalui ajaran agama, dan dapat menerima kenyataan hidup dalam rumah tangga dan konsekwensinya dengan tawakkal kepada-Nya.
2.     Pasangan yang taat beragama, akan taat kepada pasangannya, selama tidak digiring kepada perbuatan maksiat atau melanggar aturan Allah.
3.     Wanita shalihah akan selalu menjaga diri dan harta suaminya, dengan menahan diri dari sesuatu yang tidak atau kurang bermanfaat bagi keluarganya. Dan akan selalu berusaha memberikan cinta kasih atau kasih sayang (mawaddah) kepada suami dengan rasa  syukur.
Ketaatan beragama bagi  wanita shalihah adalah gambaran ladang yang subur karena memiliki kandungan sifat-sifat terpuji yang lengkap untuk ditanami, karena dijaga dan dipelihara oleh Allah. Renungkan firman Allah :
.....فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ....
....wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri dalam kesendirian ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).....(QS. An-Nisaa’ : 34)
Bagi laki-laki yang posisinya sebagai petani pembawa bibit, harus mampu memilih ladang subur, mengolah, memelihara dan menjaganya dengan baik, sehingga membuahkan hasil yang baik pula, yaitu keturunan yang shalih dan shalihah. Rahasia perumpamaan ladang bagi wanita antara lain bahwa ladang lebih menentukan unggulnya  bibit yang akan dilahirkan (keturunan yang berkualitas). Betapapun unggulnya benih, jika lahannya  gersang, maka disamping  akan banyak memakan biaya dan tenaga, juga tidak mampu menjamin  keunggulan bibit yang akan dilahirkan.
Posisi Laki-laki (suami) bagaikan seorang  petani dan wanita (isteri) bagaikan ladang digambarkan oleh Allah  dalam  ayat  berikut :
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ وَقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ مُلَاقُوهُ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (البقرة :223)
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. (QS.Al-Baqarah : 223)
Laki-Laki Shalih
Pada dasarnya dalam menentukan calon pasangan bagi wanita adalah sama dengan menentukan calon pasangan bagi pria, yaitu agama menduduki peringkat tertinggi, baru kemudian yang lainnya, seperti harta, kecantikan,  keturunan, kedudukan, ketampanan dan lain sebagainya.
Laki-laki pilihan untuk calon pasangan adalah laki-laki yang memiliki sifat kepemipinan yang penuh dengan kemandirian dan tanggung jawab (Qawwam) yang didukung  oleh kelebihan yang diberikan oleh Allah kepadanya serta memiliki harta untuk nafakah yang akan dibelanjakan buat keluarganya. Dan dengan kelebihan itu akan  membuat istrinya taat kepadanya. Hal ini berdasarkan firman Allah berikut ini :
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ.....(النساء 34)
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.....(QS.An-Nisa’ : 34)
Laki-laki juga dituntut lurus dalam menjaga agamanya, agar hanya cenderung kepada isterinya, bukan menuruti syahwatny (keinginannya) kepada wanita lain. Renungkan firman Allah Ar-Ruum ayat 21 :
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (الروم :21)
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar-Ruum : 21)
Dengan demikian menjadi sangat jelas, bahwa kriteria laki-laki yang baik adalah adanya kesadaran beragama, memiliki sifat kepemimpinan yang bertanggung jawab yang ditunjang oleh  kelebihan pribadi dan kemampuan finansial untuk memberikan nafkah serta mampu memilih ladang dan mengolahnya dengan sebaik-baiknya.