Rabu, 23 Desember 2009

Adzan Hari Jum’at

حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ : كَانَ النِّدَاءُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَوَّلُهُ إِذَا جَلَسَ الْإِمَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا فَلَمَّا كَانَ عُثْمَانُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَكَثُرَ النَّاسُ زَادَ النِّدَاءَ الثَّالِثَ عَلَى الزَّوْرَاءِ (رواه البخاري : 861 – صحيح البخاري - بَاب الْأَذَانِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ – الجزء : 3 – صفحة : 440)

Adam bercerita kepada kami, ia berkata : Abnu Abi Dzi’bi bercerita kepada kami, dari As-Saib bin Yazid berkata : Adzan hari Jumat pada mulanya adalah ketika imam telah duduk di atas mimbar (yaitu satu kali). Hal itu terjadi pada masa Rasulullah saw, Abu Bakar dan Umar. Ketika masuk masa Utsman ra dan manusia bertambah banyak, ditambahkan adzan yang ketiga di atas Zaura (yaitu sebuah tempat yang terletak di pasar kota Madinah). (HR Bukhari : 861, Shahih Bukhari, Babul adzan yaumul jum’ah, juz 3, hal.440)

Adzan Satu Kali

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ الْمَاجِشُونُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ : أَنَّ الَّذِي زَادَ التَّأْذِينَ الثَّالِثَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حِينَ كَثُرَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ وَلَمْ يَكُنْ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُؤَذِّنٌ غَيْرَ وَاحِدٍ وَكَانَ التَّأْذِينُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ حِينَ يَجْلِسُ الْإِمَامُ يَعْنِي عَلَى الْمِنْبَرِ.(رواه البخاري : 862– صحيح البخاري - بَاب الْمُؤَذِّنِ الْوَاحِدِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ – الجزء : 3 – صفحة : 442)

Abu Nu’aim bercerita kepada kami, ia berkata : Abduazizi bin Abi Salamah Al-Majisyun bercerita kepada kami, dari Az-Zuhri, dari Saib bin Yazid : Sesungguhnya yang menambah adzan yang ketiga pada hari jum’at adalah Utsman bin Affan ra ketika penduduk Madinah telah banyak. Tidak ada di bagi Nabi saw muazzdin selain satu orang dan adzan dikumandangkan pada hari kum’at ketika imam duduk di atas mimbar. (HR Bukhari : 862, Shahih Bukhari, bab Al-Muadzdzin yaumul jum’ah, juz 3, hal. 442)

Menjawab Suara Adzan

أَخْبَرَنَا مُجَاهِدُ بْنُ مُوسَى وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ الْحَسَنِ الْمِقْسَمِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا حَجَّاجٌ قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ يَحْيَى أَنَّ عِيسَى بْنَ عُمَرَ أَخْبَرَهُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ قَالَ : إِنِّي عِنْدَ مُعَاوِيَةَ إِذْ أَذَّنَ مُؤَذِّنُهُ فَقَالَ مُعَاوِيَةُ كَمَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ حَتَّى إِذَا قَالَ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَلَمَّا قَالَ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ وَقَالَ بَعْدَ ذَلِكَ مَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ ثُمَّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مِثْلَ ذَلِكَ (رواه النسائي : 670 – سنن النسائي - باب الْقَوْل إِذَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ – الجزء : 3 – صفحة : 67)

Mujahid bin Musa dan Ibrahim bin Al-Hasan Al-Miqsami mengabarkan kepada kami, mereka berdua berkata : Hajjaj bercerita kepada kami, ia berkata : Ibnu Juraij berkata : Amar bin Yahya mengabarkan kepadaku, bahwa ‘Isa bin Umar mengabarkan kepadanya (Ibnu Juraij), dari Abdullah bin‘Alqamah bin Waqqash, dari ‘Alqamah bin Waqqash ia berkata : Sesungguhnya aku berada disamping Mu’awiyah ketika juru adzannya mengumandangkan suara adzan. Mu’awiyah mengucapkan seperti yang diucapkan juru adzan. Hingga ketika juru adzan mengumandangkan kalimat “HAYYA ‘ALASHSHALAH” (Marilah menegakkan salat), ia mengucapkan kalimat “LAA HAWLA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH” (Tiada daya dan tiada pula kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Ketika juru adzan mengumandangkan kalimat “HAYYA ‘ALALFALAAH” (Marilah meraih kemenangan), ia mengucapkan “LAA HAWLA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH” (Tiada daya dan tiada pula kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Dan setelah itu ia mengucapkan seperti yang diucapkan oleh juru adzan, kemudian ia berkata : Aku telah mendengar Rasulullah saw, mengucapkan seperti itu. (HR.An-Nasa’i : 670, Sunan An-Nasai, Bab Alqaul idzaa qaalal-Muadzdzinu Hayya ‘alashshalah dan Hayya ‘Alalfalah, juz 3, hal. 67)

Adzan Pada Awal Waktu

Adzan dilaksanakan pada awal waktu, tanpa dimajukan atau diundurkan, kecuali adzan waktu fajar, maka boleh dimajukan apabila dapat dibedakan antara adzan pertama dan adzan kedua. [1] Hadis Nabi :

حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إِنَّ بِلاَلاً يُؤَذِّنُ بِلَيْلٍ فَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى تَسْمَعُوا أَذَانَ ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ. (رواه مسلم : 1828 – صحيح مسلم - بَاب بَيَانِ أَنَّ الدُّخُولَ فِي الصَّوْمِ يَحْصُلُ بِطُلُوعِ الْفَجْرِ – الجزء : 5 – صفحة : 379)

Harmalah bin Yahya bercerita kepadaku, Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami, Yunus ,memngabarkan kepadaku, dari Syihab, dari Salim bin Abdillah, dari Abdullah bin Umar ra ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : Bahwasanya Bilal beradzan di malam hari (sebelum masuk waktu subuh). Karena itu makanlah dan minumlah sehingga kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Mak-tum (adzan telah masuk waktu subuh). (HR.Muslim : 1828, Shahih Muslim, Bab Bayaanid-Dukhul Fishshaum Yahshulu Bithu’uu’il-Fajr, juz 5, hal.379)

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ عَنْ يَحْيَى عَنْ التَّيْمِيِّ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَال قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ مِنْ سَحُورِهِ فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ أَوْ قَالَ يُنَادِي لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ (رواه البخاري : - صحيح البخاري - 6706 - بَاب مَا جَاءَ فِي إِجَازَةِ خَبَرِ الْوَاحِدِ الصَّدُوقِ فِي الْأَذَانِ _ الجزء : 22 – صفحة : 208)

Musaddad bercerita kepada kami, dari Yahya, dari At-Taimy, dari Abi Usman, dari Ibnu Mas’ud ra ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Janganlah adzan Bilal menghalangi kamu makan sahur. Karena ia mengumadangkan adzan (sebelum masuk Shubuh) untuk memberi peringatan kepada orang yang shalat malam agar kembali (ke masjid) dan untuk membangunkan orang yang masih tidur. (HR.Bukhari : 6706, shahih Bukhari, Bab Maa jaa-a fii ijaazati khabaril wahidish shaduq fil- aadzan, juz 22, hal.208)

Dari hadis di atas dapat dipahami, bahwa adzan dua kali, yaitu adzan sebelum masuk waktu subuh dan adzan sesudah masuk waktu subuh adalah boleh. Demikianlah pendapat imam Malik, Al-Auzai, Abu Yusuf, Asy-Syafi dan Ahmad.[2] Untuk itu, sunat bagi satu masjid menyediakan dua orang muadzin, yaitu satu orang untuk adzan sebelum fajar dan satu orang lagi untuk adzan fajar (salat subuh).[3]

Menjawab Suara Iqamat (qamat)

Orang yang mendengarkan iqamat (qamat) sunat mengucapkan seperti apa yang diucapkan orang yang iqamat, kecuali ketika diucapkan : قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ (QAD QAAMATISH SHALAH), yang artinya : Salat telah siap ditegakkan”, maka hendaklah diucapkan : أَقَامَهَا اللهُ وَأَدَامَهَا (AQAAMAHALLAHU WA ADAAMAHAA), yang artinya :Semoga Allah memberikan kemampuan menegakkannya secara terus menerus. Hadis Nabi :

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ الْعَتَكِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ ثَابِتٍ حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الشَّامِ عَنْ شَهْرِ بْنِ حَوْشَبٍ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَوْ عَنْ بَعْضِ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَنَّ بِلَالًا أَخَذَ فِي الْإِقَامَةِ فَلَمَّا أَنْ قَالَ قَدْ قَامَتِ الصَّلَاةُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقَامَهَا اللهُ وَأَدَامَهَا (رواه ابو داود : 444- سنن ابو داود –بَاب مَا يَقُولُ إِذَا سَمِعَ الْإِقَامَةَ – الجزء : 2 - صفحة : 125)

Sulaiman bin Daud Al-‘Ataki bercerita kepada kami, Muhammad bin Tsabit bercerita kepada kami, seseorang dari penduduk Syam bercerita kepadaku, dari Syahar bin Hausyab, dari Abi Umamah, atau dari sebahagian dari sahabat Nabi saw, : Bahwa sesungguhnya Bilal telah melakukan iqamat, setelah ia mengucapkan kalimat “QAD QAAMATISHSHALAH” (Salat telah siap ditegakkan), Nabi saw menjawab dengan kalimat “AQAAMAHALLAAHU WA ADAAMAHAA” (Semoga Allah memberikan kemampuan menegakkannya secara terus menerus). (HR. Abu Daud : 444, Sunan Abu Daud, Bab Maa Yaquulu idzaa sami’a Al-Iqamah, juz 2, hal. 125)

Siapa Yang Adzan, Dia Pula Yang Iqamat

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ وَيَعْلَى بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زِيَادِ بْنِ أَنْعُمٍ الْأَفْرِيقِيِّ عَنْ زِيَادِ بْنِ نُعَيْمٍ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ زِيَادِ بْنِ الْحَارِثِ الصُّدَائِيِّ قَالَ : أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُؤَذِّنَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ فَأَذَّنْتُ فَأَرَادَ بِلَالٌ أَنْ يُقِيمَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَخَا صُدَاءٍ قَدْ أَذَّنَ وَمَنْ أَذَّنَ فَهُوَ يُقِيمُ. (رواه الترمذي : 183– سنن الترمذي -بَاب مَا جَاءَ أَنَّ مَنْ أَذَّنَ فَهُوَ يُقِيمُ - الجزء : 1- صفحة : 333)

Hannad bercerita kepada kami, ‘Abdah dan Ya’la bin Ubaid bercerita kepada kami, dari Abdurrahman bin Ziyad bin An’um Al-Afriqiy bercerita kepada kami, dari Ziyad bin Nu’aim Al-Hadhramy, dari Ziyad bin Al-Harits Ash-Shudaiy, ia berkata : Rasulullah saw menyuruhku adzan pada salat fajar, maka akupun adzan, lalu Bilal hendak iqamat, maka Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya saudara Shuda’ (Ziyad bin Al-Harits) telah adzan, dan barangsiapa yang adzan, maka dia pulalah yang iqamat. (HR.Tirmidzi : 183, Sunan Tirmidzi, Bab maa jaa-a anna man adzdzana fahuwa yuqiimu, juz 1, hal.333)

Larangan Keluar Mesjid Sesudah Adzan

Terdapat larangan keluar dari masjid setelah adzan, kecuali ada uzur secara syara’ atau niat hendak kembali . Hadis Nabi :

حَدَّثَنَا هَاشِمٌ حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ وَشَرِيكٌ عَنْ أَشْعَثَ بْنِ أَبِي الشَّعْثَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : خَرَجَ رَجُلٌ مِنْ الْمَسْجِدِ بَعْدَمَا أَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ فَقَالَ أَمَّا هَذَا فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (رواه احمد : 10512 –مسند احمد - باب مسند ابي هريرة – الجزء : 22 – صفحة : 56)

Hasyim bercerita kepada kami, Al-Mas’udy dan Syarik bercerita kepada kami, dari Asy’ats bin Abi Asy-Sya’tsa’, dari ayahnya, dari Abu Hurairah ia berkata : Seorang laki-laki keluar dari masjid setelah muadzin mengumandangkan adzan. Abu Hurairah berkata : Adapun orang ini sungguh telah mendurhakai Abu Al-Qasim, yaitu Nabi Muhammad saw. (HR.Ahmad : 10512, Musnad Ahmad, Bab Musnad Abu Hurairah, juz 22, hal.56)

حَدَّثَنَا هَاشِمٌ حَدَّثَنَا شَرِيكٌ عَنِ الْمَسْعُودِيِّ قَالَ أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا كُنْتُمْ فِي الْمَسْجِدِ فَنُودِيَ بِالصَّلَاةِ فَلَا يَخْرُجْ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُصَلِّيَ. (رواه احمد : 10512 –مسند احمد - باب مسند ابي هريرة – الجزء : 22 – صفحة : 56)

Hasyim bercerita kepada kami, Syarik bercerita kepada kami, dari Al-Mas’udy, ia berkata : Rasulullah saw memerintahkan kami : Jika kamu berada dalam masjid, kemudian adzan dikumandangkan, maka janganlah kamu keluar hingga salat lebih dahulul. (HR.Ahmad : 10512, Musnad Ahmad, Bab Musnad Abu Hurairah, juz 22, hal.56)



[1]. Fiqh As-Sunnah, Asy-Syekh Sayyid Sabiq, Bab 1, juz 1, Dar Al-Kitab Al-Araby, Berut Lebanon, hal.118

[2]. Syarah Ibnu Baththal, bab 2, juz 3, hal. 316

[3]. Raudhatuth-Thalibin wa Umdatul-Muftin Bab far’un, juz 1, hal. 75.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar