Kamis, 12 Agustus 2010
RENUNGAN RAMADHAN (4) (PERTOBATAN)
Assww. Saudaraku, ajaran puasa dimaksudkan untuk mencapai tingkat ketakwaan, menghendaki adanya sikap ikhlas dan jujur serta melarang berbuat dusta. Dusta meggiring manusia kepada perbuatan dosa, dan dosa menggiring kepada azab api neraka. Dan ternyata dalam perjalanan hidup, manusia sering melakukan dosa. Itulah sebabnya Allah memerintahkan agar bersegera memohon ampunan. Renungkan firman Allah :
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS.Ali ‘Imran [3] : 133)
Puasa yang merupakan proses pertobatan adalah karena manusia itu sendiri adalah pelaku dosa. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ.(رواه ابن ماجه : 4241- سنن ابن ماجه - بَاب ذِكْرِ التَّوْبَةِ- الجزء : 12-صفحة: 302 )
Dari Qatadah, diterima dari Anas, ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Semua anak cucu Adam adalah pembuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertobat. (HR.Ibnu Majah :4241, Sunan Ibnu Majah, Bab Dzikrit Taubah, juz : 12, hal.302)
Salah satu bukti bahwa puasa nerupakan proses pertobatan adalah adanya perintah bagi orang yang berpuasa agar meniggalkan perbuatan dan tutur kata yang mengandung kepalsuan atau dusta. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.(رواه البخاري : 5597– صحيح البخاري-بَاب قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ- الجزء : 18- صفحة : 495)
Dari Abu Hurairah ra, diterima dari Nabi saw, beliau bersabda : Barangsiapa yang tidak dapat meninggalkan perkataan dusta (palsu) dan bertindak bodoh (ngawur), maka Allah tidak butuh (tidak akan menerima amal itu), yaitu puasa yang hanya meninggalkan makan dan minumnya. (HR.Bukhari : 5597, Shahih Bukhari, Bab Qaulullaahi Taalaa Wajtanibuu Qaulazzuur, juz 18, hal.495)
Meniggalkan perbuatan dan tutur kata yang mengandung kepalsuan merupakan perjuangan memerangi kehendak hawa nafsu (nafsu ammarah) yang selalu menggiring manusia ke jalan yang sesat. Melalui ibadah puasa di bulan ramadhan ini, rohani kita ditempa dengan memperbanyak ibadah (baik ibadah yang langsung dengan Allah, maupun ibadah sosial), dan diperintah meninggalkan larangan-laranga Allah agar lebih peka menerima kebenaran. Itulah sebenarnya pejuangan (jihad) yang amat besar, sebagaimana sabda Nabi yang sangat populer : “Kita baru saja pulang dari jihad kecil (perang Badar) dan akan masuk ke jihad besar, yaitu memerangi hawa nafsu”.
Dalam pertobatan itu mesti ada gerak langkah yang antara lain adalah adanya kesadaran bahwa dirinya termasuk hamba pelaku kesalahan; menyadari bahwa dirinya tidak mampu menghapuskan dosa kecuali menyerahkan kepada Allah; berprasangka baik terhadap Allah bahwa Dia Maha Pengampun; memiliki hati yang ikhlas; jera atau kapok sehingga tidak berani lagi melakukan perbuatan dosa; memperbanyak istighfar; dan mengganti perbuatan buruk dengan perbuatan baik.
Hamba yang dengan sadar memproses dirinya untuk mendapatkan ampunan, maka ia termasuk orang yang bertobat, dan orang yang bertobat dicatat sebagai orang yang bersih tanpa dosa. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ. .(رواه ابن ماجه : 4240- سنن ابن ماجه- بَاب ذِكْرِ التَّوْبَةِ- الجزء : 12-صفحة: 301)
Dari ‘Ubaidillah bin Abdillah, dari ayahnya, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Orang yang bertobat posisinya sama seperti orang yang tidak ada dosa. (HR.Ibnu Majah :4240, Sunan Ibnu Majah, Bab Dzikrit Taubah, juz : 12, hal.301)
Maha benar Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penerima tobat. Semoga kita senantiasa mendapatkan rahmah, maghfirah dan ‘Itqun Minan-Naar. Wasslm
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar