Apabila seorang anak lahir, rasa gembira dan bahagia terlihat di raut wajah ayah dan bunda. Demikian pula para kerabat dan sahabat, dengan langkah yang lapang dan hati yang tulus berbondong-bondong ikut bergembira datang berkunjung ke rumah bersalin. Itulah awal jalinan “kasih sayang” __ salah satu arti shilaturrahim __ dengan seorang anak manusia, bayi yang baru lahir dari seorang ibu dalam keadaan suci dan bersih dari noda dan dosa.
Sejalan perputaran waktu, detik demi detik, anak terus tumbuh berkembang. Sementara segala kebutuhan hidupnya dipenuhi oleh ayah dan bunda. Namun tidak dapat diingkari, kegagahan dan keperkasaan ayah bunda terus melemah dan berkurang dimakan usia. Sang anak mulai masuk usia dewasa yang layak untuk mandiri. Kebutuhan hidupnya sedikit demi sedikit sudah dipenuhi dengan hasil usahanya. Bidang usahanya semakin berkembang dan kebutuhan hidupnyapun semakin tinggi membubung. Keinginan terus memanjang dan langkahnya-pun bertambah jauh ke negeri orang.
Amanah dan tanggung jawab satu demi satu sudah membebani pundaknya yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan dapat dipertanggung jawabkan di hadapan Allah Yang Maha Kasih. Ujian demi ujian berat mulai bermunculan, mungkin berupa nikmat, anugerah Allah yang melimpah dan menyenangkan, sehingga dapat mengantarkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan mungkin berupa musibah atau bencana yang secara jasmaniah tidak menyenangkan. Dengan kondisi seperti itu, masih mampukah menjaga atau memelihara “shilaturrahim”?.
Shilaturrahim adalah kata majemuk yang terdiri dari dua kata bahasa Arab, yaitu Shilatun dan Rahimun [صِلَةٌ – رَحِمٌ] . Kata shilatun berasal dari kata “Washala” yang berarti menghimpun, menghubungkan dan menyambung. Dengan demikian, yang dimaksud dengan “shilatun” adalah menghimpun sesuatu yang berserakan dan menyambung kembali yang telah putus. Pengertian ini sejalan dengan sabda Nabi :
عن مجاهد قال سمعت عبد الله بن عمرو رضى الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ان الرحم معلقة بالعرش وليس الواصل بالمكافى ولكن الواصل الذى إذا انقطعت رحمه وصلها.(رواه البيهقي – سنن الكبرى للبيهقي – الجزء : 7- صفحة :27)
Dari Mujahid ia berkata : Saya telah mendengar Abdullah bin ‘Amer ra berkata : Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya persaudaraan itu tergantung di atas ‘Arsy. Bukanlah disebut menyambung (persaudaraan) orang yang membalas kunjungan (pemberian), tetapi yang disebut menyambung (persaudaraan) adalah menyambung yang telah putus.(HR. Baihaqi, Sunan Al-Kubra Al-Baihaqi, juz 7, hal.27)
Arti lain dari kata “Shilatun” adalah berkunjung dan pemberian yang tulus. Arti ini sangat relevan dengan anjuran Rasulullah saw :
عن أيوب بن ميسرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : عُد مَن لا يَعُودك واَهْدِ لِمَن لا يَهدِي لك.(رواه البيهقي – شعب الإيمان للبيهقي – فصل في التجاوز والعفو وترك المكافأة- الجزء : 17- صفحة :115)
Dari Ayuub bin Maisarah, bahwasanya Nabi saw bersabda : Jenguklah (kunjungilah) orang yang tidak pernah menjengukmu, dan berikanlah hadiah kepada orang yang belum pernah memberikan hadiah kepadamu.(HR. Baihaqi, Syu’abul Iman Lil-Baihaqi, Fashl Fittajaawuz wal-Afwi wa tarkil-Mukaafa-ah, juz 17, hal. 115)
Sedangkan kata “Rahimun” pada mulanya berarti “kasih sayang”, lalu berkembang, sehingga berarti pula “kandungan” . Arti ini senada dengan firman Allah :
هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dialah yang membentuk kamu dalam rahim (kandungan) sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS.Ali ‘Imran [3] : 6)
Hal ini dapat dipahami, karena anak yang dikandung selalu mendapatkan kasih sayang. Dari arti di atas lalu berkembang lagi, sehingga kata rahim juga berarti “keluarga atau kaum kerabat”. Arti ini seirama dengan arti firman Allah :
لَنْ تَنْفَعَكُمْ أَرْحَامُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَفْصِلُ بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Karib kerabat (arhaam, bentuk jamak dari kata rahim) dan anak-anakmu sekali-sekali tiada bermanfaat bagimu pada hari kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS.Almumtahanh [60] : 3)
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa shilaturrahim adalah menghimpun dan menyambung kembali yang telah putus dengan cara berkunjung yang diwujudkan dengan adanya pemberian (hadiah) yang tulus, sebagai bukti adanya kasih sayang, sehingga tercipta hubungan kekeluargaan yang lebih akrab.
Memelihara shilaturrahim dengan kerabat dan sahabat, berarti memelihara hubungan harmonis dengan Allah Yang Maha Rahman dan Rahim. Hal ini seirama dengan hadis Qudsi :
عَن عبد الرحمن قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول قال الله عزوجل : انا الله وانا الرحمن خلقت الرحم وشققت لها من اسمى فمن وصلها وصلته ومن قطعها بتته.(رواه البيهقي – سنن الكبرى للبيهقي – الجزء : 7- صفحة :26)
Dari Abdurrahman, ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda : Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman : Aku adalah Allah, dan Aku adalah Maha Pengasih, Aku yang menciptakan persaudaraan (Rahm) dan Aku pula yang membentuk namanya dari nama-Ku. Barangsiapa yang menyambungnya, maka akan Aku sambungkan dia, dan barangsiapa yang memutuskannya, maka akan Aku putuskan dia.(HR. Baihaqi, Sunan Al-Kubra Al-Baihaqi, juz 7, hal.27)
حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ أَبِي قَابُوسَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ الرَّحِمُ شُجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعَهُ اللَّهُ.(رواه الترمذي : 1847 -بَاب مَا جَاءَ فِي رَحْمَةِ النَّاسِ – الجزء : 7 – صفحة : 161)
Ibnu Abi Umar bercerita kepada kami, Sufyan bercerita kepada kami, dari ‘Amer bin Dinar, dari Abi Qabus, dari Abdullah bin ‘Amer ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Orang-orang yang penyayang itu akan mendapatkan kasih sayang dari Yang Maha Kasih Sayang. Berikanlah kasih sayang kepada penghuni bumi, maka yang di langit akan mencurahkan kasih sayang kepadamu. Kasih sayang (Al-Rahim) diambil dari sifat Allah Yang Maha Kasih (Al-Rahman). Barangsiapa yang menyambung kasih sayang (shilaturrahim), maka Allah akan menyambung hubungan kasih sayang dengannya. Dan barangsiapa yang memutus hubungan kasih sayang (qathi’aturrahim), maka Allah akan memutuskan hubungan kasih sayang dengannya. (HR.Tirmidzi : 1847, Bab Maa Jaa-a fii Rahmatinnas, Juz : 7,hal.161)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي يَعْقُوبَ الْكِرْمَانِيُّ حَدَّثَنَا حَسَّانُ حَدَّثَنَا يُونُسُ قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ الزُّهْرِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.(رواه البخاري : 1925 – صحيح البخاري - بَاب مَنْ أَحَبَّ الْبَسْطَ فِي الرِّزْقِ – الجزء : 7- صفحة : 227)
Muhammad bin Abi Ya’qub Al-Kirmani bercerita kepada kami, Hassan bercerita kepada kami, Yunus bercerita kepada kami, Muhammad, yaitu Azzuhri berkata diterima dari Anas bin Malik ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang ingin dimudahkan rizkinya dan dikenang sejarah hidupnya, maka sambunglah persaudaraan (shilaturrahim).(HR. Bukhari : 1925, Shahih Bukhari Bab Man Ahabbal Batha Firrizqi, juz : 7, hal. 227)
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ - أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. (QS.Muhamma