Cara Nabi Musa dan Harun menghadapi Firaun :
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (44)
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.`(QS. Thaahaa :44)
Pada ayat ini Allah menganjurkan kepada Musa dan Harun a.s. bagaimana
cara menghadapi Firaun, yaitu dengan kata-kata yang halus dan ucapan
yang lemah lembut. Seseorang yang
dihadapi dengan cara demikian, akan berkesan di hatinya dan akan
cenderung menyambut baik dan menerima dakwah dan ajakan yang diserukan
kepadanya. Cara yang bijaksana yang seperti ini telah diajarkan pula
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw. oleh Allah SWT,
sebagaimana firman-Nya:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik". (Q.S An Nahl:
125)
Sebaliknya kalau seseorang itu dihadapi dengan kekerasan dan
dengan membentak, jangankan akan takluk dan tunduk, tetapi tentu dia
akan menentang dan menjauhkan diri sebagaimana dijelaskan di dalam
firman Allah SWT:
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
"Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu". (Q.S Ali Imran: 159)
Selain petunjuk Allah SWT. kepada Musa dan saudaranya, supaya mereka
bersikap lunak menghadapi Firaun, juga diajarkan kata-kata yang akan
disampaikan Musa kepada Firaun, sebagaimana dikisahkan Allah SWT. di
dalam Firman-Nya:
فَقُلْ هَلْ لَكَ إِلَى أَنْ تَزَكَّى - وَأَهْدِيَكَ إِلَى رَبِّكَ فَتَخْشَى
Dan katakanlah (kepada Firaun), "Adakah keinginan bagimu untuk
membersihkan diri (dari kesesatan). Dan kamu akan kupimpin ke jalan
Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?". (Q.S An Naziat: 18-19)
Dengan cara dan kata-kata yang demikian itu diharapkan agar Firaun
menyadari kesesatannya dan takut kepada azab yang akan ditimpakan
kepadanya apabila dia tetap saja membangkang.
Sabtu, 27 Juli 2013
Kamis, 18 Juli 2013
PANDAI BERSYUKUR
Bismillaahirrahmaanirrahiim. Saudaraku, ibadah puasa merupakan sarana latihan mensyukuri karunia
Allah dengan mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu, banyak dzikir,
baca Al-Qur'an, dan amalan ibadah lainnya seperti kepedulaian
terhadapkaum dhua'afa'. Melaksanakan amalan-amalan yang baik seperti
tersebut dapat terwujud semata-mata hanya karena rahmat Allah jua. Dan
bagi hamba yang bersyukur pasti akan mendapatkan keuntungan yang amat
besar yang akan kembali kepada dirinya sendiri, yaitu berupa
kebahagian jangka panjang yang abadi. Ayo sejenak kita renungkan cara
Rasulullah bersyukur:
Suatu ketika Ibnu Umar meminta kepada 'Aisyahagar berkisah sesuatu yang sangat mengagumkan dari sikap Rasulullah. Mendengar permintaan itu, Aisyah menangis, lalu berkata : Semua sikap beliau itu mengagumkan. pada suatu malam beliau mendatangi-ku tepat pada malam yang menjadi giliranku.Beliau masuk dalam selimutku, hingga kulitnya menempel dengan kulitku, lalu beliau bertanya kepadaku : Wahai Aisyah, apakah malam ini engkau berkenanmemberikan izin kepadaku untuk beribadah kepada Tuhanku?. Aku (Aisyah)menjawab : Ya Rasulullah, sebenarnya aku sangat senangberada di dekatmu, namun aku juga sangat senang akan keinginanmu untuk beribadah. Oleh sebab itu, aku memberikan izin kepadamu ya Rasulullah. Mendengar jawaban sangisteri tersayang, beliau sepontan bangun menuju tempat air wudu' dirumahnya dengan sikap hemat tanpa banyak menuangkan air. Kemudian beliau mengerjakan salat sampai menangis hingga cucuran air matanya membasaahijenggotnya. Beliau bersujud dengan tangis terus berlanjut hingga air matanyamembasahi tanah. Setelah selesai salat beliau berbaring dengan tangis yangbelum dapat juga berakhir. Lalu sahabat Bilal mendatanginya serayamengumandangkan suara adzan shalat subuh. Selanjutnya dia berkata : Waktu shalattelah tiba wahai Rasulullah, Sementara beliau masih dalam keadaan terusmenangis, lalu Bilal berkata : Engkau menangis wahai Rasulullah, padahal Allahtelah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Beliau bersabda : Wahai Bilal, tidakkah seharusnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?[i]
Tangis syukur Rasulullah yang memilukan ituberlangsung dikala beliau beraudensi dengan sang Mahapencipta, yang diawalidengan sikap mulia dan agung berupaakhlak karimah kepada sang isteri, serta sikap hemat __ tidakmenghambur-hamburkan air ketika wudu' __ merupakan bimbingan kepada kita tentang carabersyukur. Syukur nikmat harus dibuktikandengan meningkatkan ketaatan dan kepatuhan __ salah satu artiibadah __ kepada Allah swt. baik ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah (ibadah mahdhah)maupun ibadah sosial (ghairu mahdhah) yang pasti akanmemberikan manfaat, tidak hanya bagidirinya, tetapi juga buat orang lain.
Bersyukur merupakan perwujudan keyakinan kepada Allah, bahwa kesuksesan yang diperolehnya bukan karena usahanya, tetapi karena adanya pertolongan Allah.Itulah sebabnya, mengapa kita wajib bersyukur apabila mendapatkan kesuksesan. Dengan syukur, kita akan dapat bersikap rendah hati, tidak terjerumus dalam sikap sombong dan tidak akan jatuh tenggelam dalam sikap riya (ingindisanjung dan dipuji). Hal itu terjadi akibat dari adanya keimanan yang mendalam bahwa semua yang kita raih adalah anugerah Allah sebagai amanah yang harus dipertanggung jawabkan.
Begitu banyak dan luasnya karunia Allah, sehingga seandainya kita mau mencoba menghitungnya, pastilah kita tidak akan pernah sanggup. Renungkan friman Allah :
وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّالْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamumemohon kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamumenghinggakannya. (QS.Ibrahim [14] : 34)
Sebagai hamba yang menyadari adanya nikmatkarunia Allah yang sangat besar yang sengaja dibuat oleh-Nya untuk memenuhihajat kebutuhan manusia, seharusnya selalu dihadapi dengan sikap syukur yang diwujudkan dalam bentuk ibadah __ patuhdan tunduk kepada-Nya __ dalam mengarungi kehidupan di alam fanaini. Dan beribadah kepada-Nyaseharusnya dilaksanakan atas dasar kesadaran untuk bersyukur kepada Allah,dengan niat ikhlas semata-mata untuk meraih ridha-Nya.
Dalam perjalanan hidup tidak sedikit yangbelum menyadari, bahwa hidup itu sendiriadalah rahmat Allah yang harus disyukuri dengan cara memantapkan ibadah. Tidakmenjalankan ibadah, berarti telah kufurnikmat __ mengingkari nikmat __ yang diancamdengan azab yang sangat pedih. Renungkan friman Allah :
وَإِذْتَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّعَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan ingatlah ketika Tuhanmu mempermaklumkan :Sesungguhnya jka kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, danjika kamu mengingkari nikmat-Ku maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS.Ibrahim[14] : 7)
Dari sisi lain, ayat tersebut dapat dipahami bahwa bersyukur itu akan dapat melahirkan sikapproduktif sebagai pancaran dari sikap optimistis, bahwa Allah Yang Mahakaya dengan rahmat-Nyaakan selalu memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang berharap kepada-Nya dengan keyakinan yang mantap. Dan sebaliknya, sikap enggan bersyukur atau kufur nikmat, justruakan menjadikan dirinya pesimistis, tidak percaya diri, dan tidak produktif atau kita katakan counterproductive. Sikap enggan bersyukur karena dalam benaknya ada asumsi bahwa Allahtidak mampu menjamin hidupnya. Padahal, dirinya diciptakan oleh Allah dari tiada menjadi ada, dari mati menjadihidup. Dengan demikian, tentu menjaminhidupnya bagi Allah merupakan pekerjaanringan dan sangat lebih mudah.
Rasulullah saw melakukan sujud syukur ketikamendapatkan kesenangan atau berita gembira sebagai salah satu bentuk syukurkepada Allah. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ أَبِي بَكْرَةَ بَكَّارِبْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ أَخْبَرَنِي أَبِي عَبْدُ الْعَزِيزِ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُسُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ.(رواه ابو داود : 2393 – سنن ابو داود- بَاب فِي سُجُودِ الشُّكْرِ- الجزء : 7 – صفحة : 425)
Dari Abu Bakrah, yaitu Bakkar bin Abdul Aziz,Abi Abdul Aziz bercerita kepadaku, diterima dari bnakrah yang berseumber dariNabi saw : Bahwasanya apabila beliau mendapatkan kesenangan atau berita gembira, beliau menyungkurbersujud sebagai bukti rasa syukur kepada Allah. (HR. Abu Daud : 2393, SunanAbu Daud, Bab Fii Sujuudisysyukri, juz : 7, hal. 425)
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍعَنْ أَبِيهِ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَمِنْ مَكَّةَ نُرِيدُ الْمَدِينَةَ فَلَمَّا كُنَّا قَرِيبًا مِنْ عَزْوَرَا نَزَلَثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَدَعَا اللَّهَ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا فَمَكَثَ طَوِيلًاثُمَّ قَامَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ فَدَعَا اللَّهَ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا فَمَكَثَطَوِيلًا ثُمَّ قَامَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا - قَالَ إِنِّيسَأَلْتُ رَبِّي وَشَفَعْتُ لِأُمَّتِي فَأَعْطَانِي ثُلُثَ أُمَّتِي فَخَرَرْتُ سَاجِدًاشُكْرًا لِرَبِّي ثُمَّ رَفَعْتُ رَأْسِي فَسَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي فَأَعْطَانِيثُلُثَ أُمَّتِي فَخَرَرْتُ سَاجِدًا لِرَبِّي شُكْرًا ثُمَّ رَفَعْتُ رَأْسِي فَسَأَلْتُرَبِّي لِأُمَّتِي فَأَعْطَانِي الثُّلُثَ الْآخِرَ فَخَرَرْتُ سَاجِدًا لِرَبِّي(رواه ابو داود : 2394– سنن ابو داود- بَاب فِي سُجُودِ الشُّكْرِ- الجزء : 7 – صفحة : 426)
Dari 'Amir bin Sa'id dari ayahnya, ia berkata: kami keluar dari kota Makkah hendak ke kota Madinah; setalah kami dekat 'Azwarbeliau turun lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdo'a sesaat, kemudianmenyungkur bersujud dengan masa diam yang lama; kemudian berdiri dan mengangkatkedua tangannya seraya berdo'a sesaat, kemudian menyungkur bersujud dengan masadiam yang lama; kemudian mengangkat kedua tangannya lagi seraya berdo'a sesaat,lalu menyungkur bersujud. Beliau berdo'a : Aku memohon kepada Tuhan-Ku agardapat memberikan syafaat (pertongan)untuk umatku, ternyata Tuhanku memberikan kepada-ku untuk sepertiga umatku,lalu aku menyungkur bersujud sebagaibukti rasa syukur kepada Tuhanku. Kemudian aku mengangkat kepalaku dan memohonlagi kepada Tuhan-Ku agara dapatmemberikan syafaat (pertolongan) untukumatku, ternyata Tuhanku memberikan kepada-ku untuk sepertiga umatku, lalu aku menyungkur bersujud sebagai bukti rasasyukur kepada Tuhanku. Kemudian akumengangkat kepalaku dan memohon lagi kepada Tuhan-Ku agar dapat memberikan syafaat (pertolongan) untuk umatku, ternyata Tuhanku memberikankepada-ku untuk sepertiga umatku, lalu aku menyungkur bersujud sebagai bukti rasa syukur kepada Tuhanku. (HR.Abu Daud : 2394, Sunan Abu Daud, Bab Fii Sujuudisysyukri, juz : 7, hal. 426)
Renungkan firman Allah :
وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِاشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّاللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Dan sesungguhnyatelah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu : Bersyukurlah kepada Allah. Danbarangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untukdirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya AllahMaha Kaya lagi Maha Terpuji.(Q.,Luqman [31] : 12)
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآَمَنْتُمْوَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
"Allah tidak akan menurunkan azab kepadamu, jika kamubersyukur dan beriman". dan Allahadalah Maha Mensyukuri [ii]lagiMaha mengetahui. (QS.Annisa' [4]: 147)
اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِعِبَادَتِكَ.
Ya Allah! berilah pertolongan kepada kami untukselalu menyebut nama-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah yang baik kepada-Mu.
Maha benarAllah dengan segala firman-Nya. Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamaba Allahyang pandai bersyukur. Aamiin
Suatu ketika Ibnu Umar meminta kepada 'Aisyahagar berkisah sesuatu yang sangat mengagumkan dari sikap Rasulullah. Mendengar permintaan itu, Aisyah menangis, lalu berkata : Semua sikap beliau itu mengagumkan. pada suatu malam beliau mendatangi-ku tepat pada malam yang menjadi giliranku.Beliau masuk dalam selimutku, hingga kulitnya menempel dengan kulitku, lalu beliau bertanya kepadaku : Wahai Aisyah, apakah malam ini engkau berkenanmemberikan izin kepadaku untuk beribadah kepada Tuhanku?. Aku (Aisyah)menjawab : Ya Rasulullah, sebenarnya aku sangat senangberada di dekatmu, namun aku juga sangat senang akan keinginanmu untuk beribadah. Oleh sebab itu, aku memberikan izin kepadamu ya Rasulullah. Mendengar jawaban sangisteri tersayang, beliau sepontan bangun menuju tempat air wudu' dirumahnya dengan sikap hemat tanpa banyak menuangkan air. Kemudian beliau mengerjakan salat sampai menangis hingga cucuran air matanya membasaahijenggotnya. Beliau bersujud dengan tangis terus berlanjut hingga air matanyamembasahi tanah. Setelah selesai salat beliau berbaring dengan tangis yangbelum dapat juga berakhir. Lalu sahabat Bilal mendatanginya serayamengumandangkan suara adzan shalat subuh. Selanjutnya dia berkata : Waktu shalattelah tiba wahai Rasulullah, Sementara beliau masih dalam keadaan terusmenangis, lalu Bilal berkata : Engkau menangis wahai Rasulullah, padahal Allahtelah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Beliau bersabda : Wahai Bilal, tidakkah seharusnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?[i]
Tangis syukur Rasulullah yang memilukan ituberlangsung dikala beliau beraudensi dengan sang Mahapencipta, yang diawalidengan sikap mulia dan agung berupaakhlak karimah kepada sang isteri, serta sikap hemat __ tidakmenghambur-hamburkan air ketika wudu' __ merupakan bimbingan kepada kita tentang carabersyukur. Syukur nikmat harus dibuktikandengan meningkatkan ketaatan dan kepatuhan __ salah satu artiibadah __ kepada Allah swt. baik ibadah yang langsung berhubungan dengan Allah (ibadah mahdhah)maupun ibadah sosial (ghairu mahdhah) yang pasti akanmemberikan manfaat, tidak hanya bagidirinya, tetapi juga buat orang lain.
Bersyukur merupakan perwujudan keyakinan kepada Allah, bahwa kesuksesan yang diperolehnya bukan karena usahanya, tetapi karena adanya pertolongan Allah.Itulah sebabnya, mengapa kita wajib bersyukur apabila mendapatkan kesuksesan. Dengan syukur, kita akan dapat bersikap rendah hati, tidak terjerumus dalam sikap sombong dan tidak akan jatuh tenggelam dalam sikap riya (ingindisanjung dan dipuji). Hal itu terjadi akibat dari adanya keimanan yang mendalam bahwa semua yang kita raih adalah anugerah Allah sebagai amanah yang harus dipertanggung jawabkan.
Begitu banyak dan luasnya karunia Allah, sehingga seandainya kita mau mencoba menghitungnya, pastilah kita tidak akan pernah sanggup. Renungkan friman Allah :
وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّالْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamumemohon kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamumenghinggakannya. (QS.Ibrahim [14] : 34)
Sebagai hamba yang menyadari adanya nikmatkarunia Allah yang sangat besar yang sengaja dibuat oleh-Nya untuk memenuhihajat kebutuhan manusia, seharusnya selalu dihadapi dengan sikap syukur yang diwujudkan dalam bentuk ibadah __ patuhdan tunduk kepada-Nya __ dalam mengarungi kehidupan di alam fanaini. Dan beribadah kepada-Nyaseharusnya dilaksanakan atas dasar kesadaran untuk bersyukur kepada Allah,dengan niat ikhlas semata-mata untuk meraih ridha-Nya.
Dalam perjalanan hidup tidak sedikit yangbelum menyadari, bahwa hidup itu sendiriadalah rahmat Allah yang harus disyukuri dengan cara memantapkan ibadah. Tidakmenjalankan ibadah, berarti telah kufurnikmat __ mengingkari nikmat __ yang diancamdengan azab yang sangat pedih. Renungkan friman Allah :
وَإِذْتَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّعَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan ingatlah ketika Tuhanmu mempermaklumkan :Sesungguhnya jka kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, danjika kamu mengingkari nikmat-Ku maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS.Ibrahim[14] : 7)
Dari sisi lain, ayat tersebut dapat dipahami bahwa bersyukur itu akan dapat melahirkan sikapproduktif sebagai pancaran dari sikap optimistis, bahwa Allah Yang Mahakaya dengan rahmat-Nyaakan selalu memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang berharap kepada-Nya dengan keyakinan yang mantap. Dan sebaliknya, sikap enggan bersyukur atau kufur nikmat, justruakan menjadikan dirinya pesimistis, tidak percaya diri, dan tidak produktif atau kita katakan counterproductive. Sikap enggan bersyukur karena dalam benaknya ada asumsi bahwa Allahtidak mampu menjamin hidupnya. Padahal, dirinya diciptakan oleh Allah dari tiada menjadi ada, dari mati menjadihidup. Dengan demikian, tentu menjaminhidupnya bagi Allah merupakan pekerjaanringan dan sangat lebih mudah.
Rasulullah saw melakukan sujud syukur ketikamendapatkan kesenangan atau berita gembira sebagai salah satu bentuk syukurkepada Allah. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ أَبِي بَكْرَةَ بَكَّارِبْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ أَخْبَرَنِي أَبِي عَبْدُ الْعَزِيزِ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُسُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ.(رواه ابو داود : 2393 – سنن ابو داود- بَاب فِي سُجُودِ الشُّكْرِ- الجزء : 7 – صفحة : 425)
Dari Abu Bakrah, yaitu Bakkar bin Abdul Aziz,Abi Abdul Aziz bercerita kepadaku, diterima dari bnakrah yang berseumber dariNabi saw : Bahwasanya apabila beliau mendapatkan kesenangan atau berita gembira, beliau menyungkurbersujud sebagai bukti rasa syukur kepada Allah. (HR. Abu Daud : 2393, SunanAbu Daud, Bab Fii Sujuudisysyukri, juz : 7, hal. 425)
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍعَنْ أَبِيهِ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَمِنْ مَكَّةَ نُرِيدُ الْمَدِينَةَ فَلَمَّا كُنَّا قَرِيبًا مِنْ عَزْوَرَا نَزَلَثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَدَعَا اللَّهَ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا فَمَكَثَ طَوِيلًاثُمَّ قَامَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ فَدَعَا اللَّهَ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا فَمَكَثَطَوِيلًا ثُمَّ قَامَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا - قَالَ إِنِّيسَأَلْتُ رَبِّي وَشَفَعْتُ لِأُمَّتِي فَأَعْطَانِي ثُلُثَ أُمَّتِي فَخَرَرْتُ سَاجِدًاشُكْرًا لِرَبِّي ثُمَّ رَفَعْتُ رَأْسِي فَسَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي فَأَعْطَانِيثُلُثَ أُمَّتِي فَخَرَرْتُ سَاجِدًا لِرَبِّي شُكْرًا ثُمَّ رَفَعْتُ رَأْسِي فَسَأَلْتُرَبِّي لِأُمَّتِي فَأَعْطَانِي الثُّلُثَ الْآخِرَ فَخَرَرْتُ سَاجِدًا لِرَبِّي(رواه ابو داود : 2394– سنن ابو داود- بَاب فِي سُجُودِ الشُّكْرِ- الجزء : 7 – صفحة : 426)
Dari 'Amir bin Sa'id dari ayahnya, ia berkata: kami keluar dari kota Makkah hendak ke kota Madinah; setalah kami dekat 'Azwarbeliau turun lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdo'a sesaat, kemudianmenyungkur bersujud dengan masa diam yang lama; kemudian berdiri dan mengangkatkedua tangannya seraya berdo'a sesaat, kemudian menyungkur bersujud dengan masadiam yang lama; kemudian mengangkat kedua tangannya lagi seraya berdo'a sesaat,lalu menyungkur bersujud. Beliau berdo'a : Aku memohon kepada Tuhan-Ku agardapat memberikan syafaat (pertongan)untuk umatku, ternyata Tuhanku memberikan kepada-ku untuk sepertiga umatku,lalu aku menyungkur bersujud sebagaibukti rasa syukur kepada Tuhanku. Kemudian aku mengangkat kepalaku dan memohonlagi kepada Tuhan-Ku agara dapatmemberikan syafaat (pertolongan) untukumatku, ternyata Tuhanku memberikan kepada-ku untuk sepertiga umatku, lalu aku menyungkur bersujud sebagai bukti rasasyukur kepada Tuhanku. Kemudian akumengangkat kepalaku dan memohon lagi kepada Tuhan-Ku agar dapat memberikan syafaat (pertolongan) untuk umatku, ternyata Tuhanku memberikankepada-ku untuk sepertiga umatku, lalu aku menyungkur bersujud sebagai bukti rasa syukur kepada Tuhanku. (HR.Abu Daud : 2394, Sunan Abu Daud, Bab Fii Sujuudisysyukri, juz : 7, hal. 426)
Renungkan firman Allah :
وَلَقَدْ آَتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِاشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّاللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ
Dan sesungguhnyatelah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu : Bersyukurlah kepada Allah. Danbarangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untukdirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya AllahMaha Kaya lagi Maha Terpuji.(Q.,Luqman [31] : 12)
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآَمَنْتُمْوَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
"Allah tidak akan menurunkan azab kepadamu, jika kamubersyukur dan beriman". dan Allahadalah Maha Mensyukuri [ii]lagiMaha mengetahui. (QS.Annisa' [4]: 147)
اَللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِعِبَادَتِكَ.
Ya Allah! berilah pertolongan kepada kami untukselalu menyebut nama-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah yang baik kepada-Mu.
Maha benarAllah dengan segala firman-Nya. Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamaba Allahyang pandai bersyukur. Aamiin
خطبة الجمعة
خطبة الجمعة
الخطبة الاولى
الحمدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ الذِي بَلَّغَنَا شهرَ رمضانَ الكريمَ، شهرَ الجُودِ والإحسانِ، نَحمدُهُ سبحانَهُ علَى نِعَمِهِ، ونُثْنِي عليهِ بِمَا هوَ أهلُهُ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهْوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ، أعَانَنَا علَى الصيامِ وقَوَّانَا علَى القِيَامِ، ونَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، أجودُ الناسِ كفًّا، وأكثرُهُمْ رحمةً وعطفًا، فاللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ . أَمَّا بعدُ: فأُوصيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ تعالَى القائلِ فِي كتابِهِ: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) ويقولُ سبحانَهُ: (فَبَشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ) .
أيهَا الصائمونَ: لقَدْ أنْعَمَ اللهُ عزَّ وجلَّ علينَا بشهرِ رمضانَ، مَوْسمِ الخيرِ والإحسانِ، وشهرِ الفضائلِ والقرآنِ، يجتهدُ فيهِ أهلُ الهمَّةِ بفعْلِ الخيراتِ، ويَتسابقونَ إلَى اللهِ تعالَى بالطاعاتِ والقُرُباتِ، ومِنَ الفَلاحِ أَنْ يجتهدَ الصائمُ فِي اغتنامِ شهرِ رمضانَ بِمَا يرفَعُ منْزلتَهُ عندَ اللهِ، ويُراقِبَ اللهَ فِي صيامِهِ فيُمْسِكَ جوارِحَهُ عَنِ الزَّلَلِ، ويُحيِيَ ليلَهُ بالقيامِ طلبًا لِمَرضاةِ اللهِ ومغفرتِهِ، قالَ صلى الله عليه وآله وسلم :« مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» . وَيُسْتَحْسَنُ أَنْ يَقُومَ الْمُصَلِّي مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْتَهِيَ لِيُكْتَبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ؛ قَالَ صلى الله عليه وآله وسلم :« إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ» . كمَا يُستحَبُّ للصائمِ أنْ يُلازِمَ تلاوةَ القرآنِ الكريمِ بالليلِ والنهارِ، وأَنْ يجمَعَ أُسرَتَهُ علَى الطاعةِ فِي ذلكَ، فيُدارِسَهُمْ ويُعلِّمَهُمْ مَا يَنفعُهُمْ فِي الدنيَا والآخرةِ، والصائمُ يغتنِمُ هذهِ الأيامَ بكثرةِ الدعاءِ لاسِيَّمَا عندَ الإفطارِ مستحضرًا وعْدَ اللهِ لَهُ باستجابةِ الدعاءِ، فإنَّ للصائمِ دعوةً لاَ تُرَدُّ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم :«ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ: الصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ، وَالإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ». كمَا يُستحَبُّ الدعاءُ عندَ قيامِ الليلِ لاسِيَّمَا فِي الثُّلثِ الأخيرِ منْهُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم : «يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ، يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ؟». عبادَ اللهِ: إنَّنَا فِي شهرٍ كريمٍ، ذِي ثوابٍ عظيمٍ، يقدرُهُ مَنْ أبصَرَ الخيْرَ، واستمَعَ لنداءِ البَرِّ وهُوَ ينادِي: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ. فيستجِيبُ الْخَيِّرُونَ لداعِي الخيرِ، ولاَ يَتلذَّذُونَ بِمطعَمٍ، وهُمْ ينظرونَ فِي أرجاءِ الأرضِ إلَى أُناسٍ تتفطَّرُ أكبادُهُمْ مِنَ الْجوعِ، ولاَ يجدونَ مَا يستُرُهُمْ مِنَ الْحَرِّ أَوِ البَرْدِ فيساهِمُ فِي مساعدتِهِمْ ومَدِّ يَدِ العونِ لَهُمْ. وانطلاقًا مِنْ ذلكَ فقَدْ أمَرَ صاحِبُ السموِّ الشيخ محمد بن راشد آل مكتوم حفظَهُ اللهُ تعالَى بحملةٍ إنسانيةٍ لكسوةِ مليون طفلٍ فِي العالَمِ فِي هذَا الشهرِ الْمُباركِ ومِنْ هذهِ الدولةِ الْمُباركةِ، وهُوَ مسْعًى لاَ يُستغرَبُ مِنْ قيادَتِنَا ومِنْ شعبِنَا الذِي تربَّى علَى قِيَمِ الإسلامِ ومبادئِهِ الساميةِ، وهِيَ خطوةٌ كريمةٌ تدُلُّ علَى صِدْقِ الإيمانِ ونُبْلِ الْمَشاعرِ، وقَدْ أثْنَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم علَى مَنْ يُشارِكُ الناسَ أحوالَهُمْ وهُمُومَهُمْ، قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وآله وسلم :« أَيُّمَا مُسْلِمٍ كَسَا مُسْلِماً ثَوْباً عَلَى عُرْىٍ كَسَاهُ اللَّهُ مِنْ خُضْرِ الْجَنَّةِ، وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ أَطْعَمَ مُسْلِماً عَلَى جُوعٍ أَطْعَمَهُ اللَّهُ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ، وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ سَقَى مُسْلِماً عَلَى ظَمَإٍ سَقَاهُ اللَّهُ مِنَ الرَّحِيقِ الْمَخْتُومِ». وقَدْ خُصِّصَتْ هذهِ الحملةُ لِكسوةِ الأطفالِ الذينَ هُمْ مِنْ أشَدِّ الفئاتِ المجتمعيةِ حاجةً للرعايةِ والعنايةِ، فإنَّ العنايةَ بالأطفالِ لَهَا أهميةٌ كُبْرَى فِي تنشئَتِهِمْ تنشئةً سَويَّةً تعودُ عليهِمْ وعلَى أُسَرِهِمْ وأوطانِهِمْ بِكلِّ خيرٍ، وإنَّ إهمالَ الأطفالِ وعدمَ الاهتمامِ بِهِمْ يَنْتُجُ عنْهُ خَلَلٌ فِي سُلُوكِهِمْ فيضُرُّونَ أنفُسَهُمْ وأهلِيهِمْ وأوطانَهُمْ، ولهذَا كانَتْ رعايةُ الأطفالِ أمرًا مهمًّا لِكُلِّ مَنْ يَتَطلَّعُ إلَى المستقبلِ. فلنجتهِدْ ببذْلِ الخيْرِ والمساهمةِ فِي هذهِ الحملةِ تأسيًا برَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم الداعِي إلَى الخيرِ، فقَدْ دخلَ عليهِ صلى الله عليه وسلم قَوْمٌ مِنْ مُضَرَ، فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنَ الْفَاقَةِ، فَدَخَلَ ثُمَّ خَرَجَ فَأَمَرَ بِلاَلاً فَأَذَّنَ وَأَقَامَ، فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ، فَقَالَ : «( يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا وَالآيَةَ الَّتِى فِى الْحَشْرِ (اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ)، تَصَدَّقَ رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ، مِنْ دِرْهَمِهِ، مِنْ ثَوْبِهِ، مِنْ صَاعِ بُرِّهِ، مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ -حَتَّى قَالَ- وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ». فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا، بَلْ قَدْ عَجَزَتْ، ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم :« مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ». أيهَا المسلمونَ: إنَّ المؤمنَ يُنفِقُ فِي سبيلِ مرضاةِ ربِّهِ، كَثُرَ مَا عندَهُ أَوْ قَلَّ، فَرُبَّ درهمٍ واحدٍ يسبِقُ ألفَ درهمٍ، فعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : « سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفٍ». قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ؟ قَالَ:«رَجُلٌ لَهُ دِرْهَمَانِ فَأَخَذَ أَحَدَهُمَا فَتَصَدَّقَ بِهِ، وَرَجُلٌ لَهُ مَالٌ كَثِيرٌ فَأَخَذَ مِنْ عُرْضِ مَالِهِ مِائَةَ أَلْفٍ فَتَصَدَّقَ بِهَا». نسألُ اللهَ سبحانَهُ وتعالَى أَنْ يُوَفِّقَنَا جميعًا لطاعتِهِ وطاعةِ نبيِّنَا محمدٍ صلى الله عليه وآله وسلم وطاعةِ مَنْ أمرَنَا بطاعتِهِ, عملاً بقولِهِ : ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ) .بارَكَ اللهُ لِي ولكُمْ فِي القرآنِ العظيمِ، ونفعَنِي وإياكُمْ بِمَا فيهِ مِنَ الآياتِ والذِّكْرِ الحكيمِ، أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
الخُطْبَةُ الثَّانيةُ
الحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنَا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أمَّا بعدُ: فاتقُوا اللهَ عبادَ اللهِ حقَّ التقوَى وراقبُوهُ فِي السرِّ والنَّجْوَى، فالتقْوَى ثَمرةٌ مِنْ ثِمارِ الصيامِ، ومقصدٌ مِنْ مقاصدِ رمضانَ فِي سُلوكِ الصائمِ، لأنَّ التقوَى دليلُ القبولِ عندَ اللهِ تعالَى، قالَ جلَّ وعلاَ : (إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ) فاطرُقُوا أبوابَ الخيرِ لعلكُمْ تُرحمونَ، وأحسنوا فإنَّ اللهَ يُحِبُّ المحسنين، وشهرُ رمضانَ فرصةٌ عظيمةٌ لِتفعيلِ مبادرةِ الأجر ( جزاء الإحسان) التي أَطْلَقها سمو الشيخ ماجد بن محمد بن راشد آل مكتوم رئيس هيئة دبي للثقافة والفنون. هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ تَعَالَى: (إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا) ، وقالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم :« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً» وقَالَ صلى الله عليه وسلم: «لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ ». اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ. اللَّهُمَّ احفَظْ دولةَ الإماراتِ مِنَ الفتَنِ مَا ظهَرَ منْهَا ومَا بطَنَ، وأَدِمْ عَلَيها الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ تقَبَّلْ منَّا الصيامَ والقيامَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ. اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وتَرْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ، ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشيخ خليفة بن زايد، وَنَائِبَهُ الشيخ محمد بن راشد لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وأولياءَ عُهودِهم أجمعين. اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ اغفر للشيخ زايد، والشيخ راشد، والشيخ مكتوم، وإخوانِهِمْ شيوخِ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ (وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)
الخطبة الاولى
الحمدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ الذِي بَلَّغَنَا شهرَ رمضانَ الكريمَ، شهرَ الجُودِ والإحسانِ، نَحمدُهُ سبحانَهُ علَى نِعَمِهِ، ونُثْنِي عليهِ بِمَا هوَ أهلُهُ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهْوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ، أعَانَنَا علَى الصيامِ وقَوَّانَا علَى القِيَامِ، ونَشْهَدُ أَنَّ سيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، أجودُ الناسِ كفًّا، وأكثرُهُمْ رحمةً وعطفًا، فاللَّهُمَّ صَلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، ومَنْ تَبِعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدِّينِ . أَمَّا بعدُ: فأُوصيكُمْ عبادَ اللهِ ونفسِي بتقوَى اللهِ تعالَى القائلِ فِي كتابِهِ: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ) ويقولُ سبحانَهُ: (فَبَشِّرْ عِبَادِ* الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ القَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ) .
أيهَا الصائمونَ: لقَدْ أنْعَمَ اللهُ عزَّ وجلَّ علينَا بشهرِ رمضانَ، مَوْسمِ الخيرِ والإحسانِ، وشهرِ الفضائلِ والقرآنِ، يجتهدُ فيهِ أهلُ الهمَّةِ بفعْلِ الخيراتِ، ويَتسابقونَ إلَى اللهِ تعالَى بالطاعاتِ والقُرُباتِ، ومِنَ الفَلاحِ أَنْ يجتهدَ الصائمُ فِي اغتنامِ شهرِ رمضانَ بِمَا يرفَعُ منْزلتَهُ عندَ اللهِ، ويُراقِبَ اللهَ فِي صيامِهِ فيُمْسِكَ جوارِحَهُ عَنِ الزَّلَلِ، ويُحيِيَ ليلَهُ بالقيامِ طلبًا لِمَرضاةِ اللهِ ومغفرتِهِ، قالَ صلى الله عليه وآله وسلم :« مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ» . وَيُسْتَحْسَنُ أَنْ يَقُومَ الْمُصَلِّي مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْتَهِيَ لِيُكْتَبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ؛ قَالَ صلى الله عليه وآله وسلم :« إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ» . كمَا يُستحَبُّ للصائمِ أنْ يُلازِمَ تلاوةَ القرآنِ الكريمِ بالليلِ والنهارِ، وأَنْ يجمَعَ أُسرَتَهُ علَى الطاعةِ فِي ذلكَ، فيُدارِسَهُمْ ويُعلِّمَهُمْ مَا يَنفعُهُمْ فِي الدنيَا والآخرةِ، والصائمُ يغتنِمُ هذهِ الأيامَ بكثرةِ الدعاءِ لاسِيَّمَا عندَ الإفطارِ مستحضرًا وعْدَ اللهِ لَهُ باستجابةِ الدعاءِ، فإنَّ للصائمِ دعوةً لاَ تُرَدُّ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم :«ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ: الصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ، وَالإِمَامُ الْعَادِلُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ». كمَا يُستحَبُّ الدعاءُ عندَ قيامِ الليلِ لاسِيَّمَا فِي الثُّلثِ الأخيرِ منْهُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم : «يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ، يَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ؟». عبادَ اللهِ: إنَّنَا فِي شهرٍ كريمٍ، ذِي ثوابٍ عظيمٍ، يقدرُهُ مَنْ أبصَرَ الخيْرَ، واستمَعَ لنداءِ البَرِّ وهُوَ ينادِي: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ. فيستجِيبُ الْخَيِّرُونَ لداعِي الخيرِ، ولاَ يَتلذَّذُونَ بِمطعَمٍ، وهُمْ ينظرونَ فِي أرجاءِ الأرضِ إلَى أُناسٍ تتفطَّرُ أكبادُهُمْ مِنَ الْجوعِ، ولاَ يجدونَ مَا يستُرُهُمْ مِنَ الْحَرِّ أَوِ البَرْدِ فيساهِمُ فِي مساعدتِهِمْ ومَدِّ يَدِ العونِ لَهُمْ. وانطلاقًا مِنْ ذلكَ فقَدْ أمَرَ صاحِبُ السموِّ الشيخ محمد بن راشد آل مكتوم حفظَهُ اللهُ تعالَى بحملةٍ إنسانيةٍ لكسوةِ مليون طفلٍ فِي العالَمِ فِي هذَا الشهرِ الْمُباركِ ومِنْ هذهِ الدولةِ الْمُباركةِ، وهُوَ مسْعًى لاَ يُستغرَبُ مِنْ قيادَتِنَا ومِنْ شعبِنَا الذِي تربَّى علَى قِيَمِ الإسلامِ ومبادئِهِ الساميةِ، وهِيَ خطوةٌ كريمةٌ تدُلُّ علَى صِدْقِ الإيمانِ ونُبْلِ الْمَشاعرِ، وقَدْ أثْنَى رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم علَى مَنْ يُشارِكُ الناسَ أحوالَهُمْ وهُمُومَهُمْ، قَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وآله وسلم :« أَيُّمَا مُسْلِمٍ كَسَا مُسْلِماً ثَوْباً عَلَى عُرْىٍ كَسَاهُ اللَّهُ مِنْ خُضْرِ الْجَنَّةِ، وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ أَطْعَمَ مُسْلِماً عَلَى جُوعٍ أَطْعَمَهُ اللَّهُ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ، وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ سَقَى مُسْلِماً عَلَى ظَمَإٍ سَقَاهُ اللَّهُ مِنَ الرَّحِيقِ الْمَخْتُومِ». وقَدْ خُصِّصَتْ هذهِ الحملةُ لِكسوةِ الأطفالِ الذينَ هُمْ مِنْ أشَدِّ الفئاتِ المجتمعيةِ حاجةً للرعايةِ والعنايةِ، فإنَّ العنايةَ بالأطفالِ لَهَا أهميةٌ كُبْرَى فِي تنشئَتِهِمْ تنشئةً سَويَّةً تعودُ عليهِمْ وعلَى أُسَرِهِمْ وأوطانِهِمْ بِكلِّ خيرٍ، وإنَّ إهمالَ الأطفالِ وعدمَ الاهتمامِ بِهِمْ يَنْتُجُ عنْهُ خَلَلٌ فِي سُلُوكِهِمْ فيضُرُّونَ أنفُسَهُمْ وأهلِيهِمْ وأوطانَهُمْ، ولهذَا كانَتْ رعايةُ الأطفالِ أمرًا مهمًّا لِكُلِّ مَنْ يَتَطلَّعُ إلَى المستقبلِ. فلنجتهِدْ ببذْلِ الخيْرِ والمساهمةِ فِي هذهِ الحملةِ تأسيًا برَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم الداعِي إلَى الخيرِ، فقَدْ دخلَ عليهِ صلى الله عليه وسلم قَوْمٌ مِنْ مُضَرَ، فَتَمَعَّرَ وَجْهُ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم لِمَا رَأَى بِهِمْ مِنَ الْفَاقَةِ، فَدَخَلَ ثُمَّ خَرَجَ فَأَمَرَ بِلاَلاً فَأَذَّنَ وَأَقَامَ، فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ، فَقَالَ : «( يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا وَالآيَةَ الَّتِى فِى الْحَشْرِ (اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ)، تَصَدَّقَ رَجُلٌ مِنْ دِينَارِهِ، مِنْ دِرْهَمِهِ، مِنْ ثَوْبِهِ، مِنْ صَاعِ بُرِّهِ، مِنْ صَاعِ تَمْرِهِ -حَتَّى قَالَ- وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ». فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ بِصُرَّةٍ كَادَتْ كَفُّهُ تَعْجِزُ عَنْهَا، بَلْ قَدْ عَجَزَتْ، ثُمَّ تَتَابَعَ النَّاسُ حَتَّى رَأَيْتُ كَوْمَيْنِ مِنْ طَعَامٍ وَثِيَابٍ حَتَّى رَأَيْتُ وَجْهَ رَسُولِ اللَّهِ يَتَهَلَّلُ كَأَنَّهُ مُذْهَبَةٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وآله وسلم :« مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ، وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ». أيهَا المسلمونَ: إنَّ المؤمنَ يُنفِقُ فِي سبيلِ مرضاةِ ربِّهِ، كَثُرَ مَا عندَهُ أَوْ قَلَّ، فَرُبَّ درهمٍ واحدٍ يسبِقُ ألفَ درهمٍ، فعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : « سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفٍ». قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ؟ قَالَ:«رَجُلٌ لَهُ دِرْهَمَانِ فَأَخَذَ أَحَدَهُمَا فَتَصَدَّقَ بِهِ، وَرَجُلٌ لَهُ مَالٌ كَثِيرٌ فَأَخَذَ مِنْ عُرْضِ مَالِهِ مِائَةَ أَلْفٍ فَتَصَدَّقَ بِهَا». نسألُ اللهَ سبحانَهُ وتعالَى أَنْ يُوَفِّقَنَا جميعًا لطاعتِهِ وطاعةِ نبيِّنَا محمدٍ صلى الله عليه وآله وسلم وطاعةِ مَنْ أمرَنَا بطاعتِهِ, عملاً بقولِهِ : ( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ) .بارَكَ اللهُ لِي ولكُمْ فِي القرآنِ العظيمِ، ونفعَنِي وإياكُمْ بِمَا فيهِ مِنَ الآياتِ والذِّكْرِ الحكيمِ، أقولُ قولِي هذَا وأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي ولكُمْ، فاستغفِرُوهُ إنَّهُ هوَ الغفورُ الرحيمُ.
الخُطْبَةُ الثَّانيةُ
الحَمْدُ للهِ ربِّ العالمينَ، وأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَه، وأَشْهَدُ أنَّ سيِّدَنَا محمَّداً عبدُهُ ورسولُهُ، اللهمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا محمدٍ وعلَى آلِهِ الطيبينَ الطاهرينَ والتَّابعينَ لَهُمْ بإحسانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أمَّا بعدُ: فاتقُوا اللهَ عبادَ اللهِ حقَّ التقوَى وراقبُوهُ فِي السرِّ والنَّجْوَى، فالتقْوَى ثَمرةٌ مِنْ ثِمارِ الصيامِ، ومقصدٌ مِنْ مقاصدِ رمضانَ فِي سُلوكِ الصائمِ، لأنَّ التقوَى دليلُ القبولِ عندَ اللهِ تعالَى، قالَ جلَّ وعلاَ : (إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ) فاطرُقُوا أبوابَ الخيرِ لعلكُمْ تُرحمونَ، وأحسنوا فإنَّ اللهَ يُحِبُّ المحسنين، وشهرُ رمضانَ فرصةٌ عظيمةٌ لِتفعيلِ مبادرةِ الأجر ( جزاء الإحسان) التي أَطْلَقها سمو الشيخ ماجد بن محمد بن راشد آل مكتوم رئيس هيئة دبي للثقافة والفنون. هذَا وصلُّوا وسلِّمُوا عَلَى مَنْ أُمِرْتُمْ بالصلاةِ والسلامِ عليهِ، قَالَ تَعَالَى: (إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا) ، وقالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم :« مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً» وقَالَ صلى الله عليه وسلم: «لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ ». اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سيدِنَا ونبيِّنَا مُحَمَّدٍ وعلَى آلِهِ وصحبِهِ أجمعينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وعَنْ سائرِ الصحابِةِ الأكرمينَ، وعَنِ التابعينَ ومَنْ تبعَهُمْ بإحسانٍ إلَى يومِ الدينِ. اللَّهُمَّ احفَظْ دولةَ الإماراتِ مِنَ الفتَنِ مَا ظهَرَ منْهَا ومَا بطَنَ، وأَدِمْ عَلَيها الأَمْنَ والأَمَانَ وَعلَى سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ تقَبَّلْ منَّا الصيامَ والقيامَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، اللَّهُمَّ إنَّا نسألُكَ الجنةَ لنَا ولوالدينَا، ولِمَنْ لهُ حقٌّ علينَا، وللمسلمينَ أجمعينَ. اللَّهُمَّ وفِّقْنَا للأعمالِ الصالحاتِ، وتَرْكِ المنكراتِ، اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِى قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وارزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وارزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، اللَّهُمَّ أصْلِحْ لَنِا نياتِنَا، وبارِكْ لَنَا فِي أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَاجْعَلْهم قُرَّةَ أَعْيُنٍ لنَا، واجعَلِ التوفيقَ حليفَنَا، وارفَعْ لنَا درجاتِنَا، وزِدْ فِي حسناتِنَا، وكَفِّرْ عنَّا سيئاتِنَا، وتوَفَّنَا معَ الأبرارِ، اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، ولاَ دَيْنًا إلاَّ قضيْتَهُ، وَلاَ مريضًا إلاَّ شفيْتَهُ، ولاَ مَيِّتاً إلاَّ رحمتَهُ، وَلاَ حَاجَةً إِلاَّ قَضَيْتَهَا ويسَّرْتَهَا يَا ربَّ العالمينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا رَئِيسَ الدولةِ، الشيخ خليفة بن زايد، وَنَائِبَهُ الشيخ محمد بن راشد لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ، وَأَيِّدْ إِخْوَانَهُ حُكَّامَ الإِمَارَاتِ وأولياءَ عُهودِهم أجمعين. اللَّهُمَّ اغفِرْ للمسلمينَ والمسلماتِ الأحياءِ منهُمْ والأمواتِ، اللَّهُمَّ اغفر للشيخ زايد، والشيخ راشد، والشيخ مكتوم، وإخوانِهِمْ شيوخِ الإماراتِ الذينَ انتقلُوا إلَى رحمتِكَ، اللَّهُمَّ اشْمَلْ بعفوِكَ وغفرانِكَ ورحمتِكَ آباءَنَا وأمهاتِنَا وجميعَ أرحامِنَا ومَنْ كانَ لهُ فضلٌ علينَا.
اذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشكرُوهُ علَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ (وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)
PUASA LATIHAN IKHLAS
LATIHAN IKHLAS
Bismillaahirahmanirahiim. Saudaraku, ibadah puasa yang memiliki dimensi yang sangat pribadi antara seorang hamba dengan Allah merupakan sarana "LATIHAN IKHLAS" dalam menjalankan ajaran-Nya. Suatuketika Rsulullah saw. bersama para sahabat-sahabatnya berkumpul di beranda mesjid. Tiba-tiba beliau bersabda : Wahai sahabat-sahabatku, maukah kalian kuberi tahu ahli surga? Kontan para sahabat mengiyakannya. Rasulullah kemudian bersabda, sebentar lagi orangnya akan lewat disini. Sesaat setelah itu lewatlah seorang sahabat yang tidak banyak dikenal. Ia bukan seorang yang terkemuka, bahkan ibadahnya-pun biasa-biasa saja. Para sahabat tentu heran, kenapa orang ini disebut sebagai ahli surga oleh Rasulullah. Kemudian sepakatlah parasahabat Nabi untuk mengorek keterangan dari seorang yang disebut sebagai ahli surga tadi, kiranya amalan apakah yang menyebabkannya. Dari keterangan yang didapat, disimpulkan bahwa kiat untuk masuk deretan ahli surga adalah ikhlas.[1]
Makna essensial dari konsepsi ikhlas adalah perjuangan yang semata-mata di dorong oleh keinginan hati nurani untuk membebaskan diri dari peyembahan kepada sesama makhluk atau materi, agar menghambakan dirinya dan menyembah hanya kepada Allah. Renungkan firman Allah :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُالدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan (mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS.Al-Bayyinah [98] : 5)
Ikhlas dalam ibadah berarti tidak mempersekutukan Allah dalam ibadah itu kepada sesuatu apapun, seperti firman Allah :
....فَمَنْ كَانَ يَرْجُولِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِأَحَدً
"Barangsiapayang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amalyang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam ibadah kepadaTuhannya.(QS.Al-Kahfi [18] : 110)
Pengertian ikhlas diilustrasikan pula dengan sikap tidak meminta balasan atau ucapan terima kasih. Renungkan firman Allah:
إِنَّمَانُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.(QS.Al-Insan [76] : 9)
Ayat tersebut menegaskan, ketika seorang hamba memberi kepada orang lain, ia tidak perlu mengharapkan imbalan atau bahkan sekedar ucapan terima kasih, karena apa yang ia lakukan adalah menyangkut kepentingan dirinya sendiri dengan Allah, yaitu agar mendapat rido-Nya. Namun, sejalan dengan ajaran islam pula, bahwa seorang hamba yang menerima pemberian, berkewajiban mengucapkan terimakasih, seperti yang ditegaskan dalam sebuah hadits Nabi :
عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَىعَنْ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ :مَنْ لَمْ يَشْكُر النَّاسَ لَمْ يَشْكُر اللَّهَ. (رواه الترمذي : 1878 - بَاب مَا جَاءَ فِي الشُّكْرِ لِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْكَ-الجزء : 7- صفحة :211)
Dari Ibnu Abi Laila, diterima dari 'Athiyyah, bersumber dari Abi Sa'id, ia berkata :Rasulullah saw berabda : Barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada manusia,maka ia tidak dapat dikatakan berterima kasih kepada Allah. (HR.Tirmidzi :1878, Bab Maa Jaa-a fisysyukri Liman ahsana Ilaik, juz : 7, hal. 211)
Dalam era teknologi informasi yang sudah maju, seringkali kita menyaksikan pemberitaan atau publikasi orang yang bersedakah, berinfak atau beramal ibadah lainnya. Peristiwa tersebut, tentu tidak mengurangi nilai keikhlasan dalam bersedekah atau beramal, apalagi kalau hal tersebut diniatkan untuk memberikan sugesti atau rangsangan kepada orang lain agar senang bersedekah, atau agar terjadi proses imitasi atau penularan, maka hal itu baik-baik saja, tidak akan menghilangkan nilai keikhlasan dalam bersedekah. Renungkan firman Allah :
إِنْتُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَفَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَخَبِيرٌ
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS.Al-Baqarah [2] : 271)
Orang yang ikhlas (mukhlis) adalah orang yang telah diberi hidayah oleh Allah untuk mentaati segala hukum ketentuan-Nya, dan Dia pula yang menjaganya, sehingga Iblis-pun tidak sanggup untuk menggodanya. Renungkan friman Allah :
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِيلَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّاعِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (40)
"Iblis berkata : Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas (mukhlis) di antara mereka. (QS.Al-Hijr[15] : 39-40)
Ikhlas dalam arti batiniah ini dipokuskan kepada satu cita-cita hanya untuk meraih rido Allah. Karena bersifat batiniah, maka ikhlas hanya dapat diketahui oleh dirinya sendiri dan Allah. Orang lain tidak dapat mengetahui, apalagi menilainya. Hak penilaian ikhlas seorang hamba sepenuhnya berada di tangan Allah.
Namun demikian, ikhlas yang bersifat batiniah seharusnya memancarkan ikhlas yang bersifat lahiriah yang dapat dilihat dan dinilai oleh orang lain dengan cara memurnikan ketaatan kepada hukum ketentuan Allah. Renungkan Firman Allah:
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْأَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (11) وَأُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَالْمُسْلِمِينَ (12) قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ(13) قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي (14)
Katakanlah: Aku diperintahkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri. Katakanlah : Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besarjika aku durhaka kepada Tuhanku. Katakanlah : Hanya kepada Allah-lah akuberibadah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agamaku.(QS.Azzumar [39] : 11-14)
ikhlas dalam arti memurnikan ketaatan kepada Allah dapat kita lihat dalam hubungan antara majikan dengan buruh. Masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. Apabila hak dan kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan baik dan bertanggung jawab sesuai hukum ketentuan Allah, maka itu-pun merupakan perbuatan ikhlas sebagai pancaran ikhlas yang bersifat batiniah. Seorang buruh atau karyawan yang telah melaksanakan kewajibannya dengan baik, akibat selanjutnya adalah datangnya kewajiban bagi majikan atau pemilik perusahaan untuk memberikan hak-hak karyawan dengan baik pula. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِعُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَعْطُواالْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ. (رواه ابن ماجه : 2434 - بَاب أَجْرِ الْأُجَرَاءِ – الجزء :7 - صفحة : 294)
Dari Abdullah bin Umar, iaberkata : Rasulullah saw bersabda : Berikanlah upah seorang buruh itu sebelum kering keringatnya. (HR.Ibnu Majah : 2434, Bab Ajril Ujara', juz : 7,hal. 294)
Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa ikhlas yang bersifat batiniah harus dapat memancarkan ikhlas lahiriah yang diwujudkan dalam bentuk kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum ketentuan Allah dalam kehidupan, sehingga tidak adapihak-pihak lain yang dirugikan.
Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya. Semoga kita senantiasa menjadi hamba Allah yang ikhlas dalam beramal. Aamiin
[1] . Majalah Hidayatullah, Edisi 08/th.IV//Desember 1991, hal.52-53
Bismillaahirahmanirahiim. Saudaraku, ibadah puasa yang memiliki dimensi yang sangat pribadi antara seorang hamba dengan Allah merupakan sarana "LATIHAN IKHLAS" dalam menjalankan ajaran-Nya. Suatuketika Rsulullah saw. bersama para sahabat-sahabatnya berkumpul di beranda mesjid. Tiba-tiba beliau bersabda : Wahai sahabat-sahabatku, maukah kalian kuberi tahu ahli surga? Kontan para sahabat mengiyakannya. Rasulullah kemudian bersabda, sebentar lagi orangnya akan lewat disini. Sesaat setelah itu lewatlah seorang sahabat yang tidak banyak dikenal. Ia bukan seorang yang terkemuka, bahkan ibadahnya-pun biasa-biasa saja. Para sahabat tentu heran, kenapa orang ini disebut sebagai ahli surga oleh Rasulullah. Kemudian sepakatlah parasahabat Nabi untuk mengorek keterangan dari seorang yang disebut sebagai ahli surga tadi, kiranya amalan apakah yang menyebabkannya. Dari keterangan yang didapat, disimpulkan bahwa kiat untuk masuk deretan ahli surga adalah ikhlas.[1]
Makna essensial dari konsepsi ikhlas adalah perjuangan yang semata-mata di dorong oleh keinginan hati nurani untuk membebaskan diri dari peyembahan kepada sesama makhluk atau materi, agar menghambakan dirinya dan menyembah hanya kepada Allah. Renungkan firman Allah :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُالدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan (mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS.Al-Bayyinah [98] : 5)
Ikhlas dalam ibadah berarti tidak mempersekutukan Allah dalam ibadah itu kepada sesuatu apapun, seperti firman Allah :
....فَمَنْ كَانَ يَرْجُولِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِأَحَدً
"Barangsiapayang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amalyang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam ibadah kepadaTuhannya.(QS.Al-Kahfi [18] : 110)
Pengertian ikhlas diilustrasikan pula dengan sikap tidak meminta balasan atau ucapan terima kasih. Renungkan firman Allah:
إِنَّمَانُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.(QS.Al-Insan [76] : 9)
Ayat tersebut menegaskan, ketika seorang hamba memberi kepada orang lain, ia tidak perlu mengharapkan imbalan atau bahkan sekedar ucapan terima kasih, karena apa yang ia lakukan adalah menyangkut kepentingan dirinya sendiri dengan Allah, yaitu agar mendapat rido-Nya. Namun, sejalan dengan ajaran islam pula, bahwa seorang hamba yang menerima pemberian, berkewajiban mengucapkan terimakasih, seperti yang ditegaskan dalam sebuah hadits Nabi :
عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَىعَنْ عَطِيَّةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ :مَنْ لَمْ يَشْكُر النَّاسَ لَمْ يَشْكُر اللَّهَ. (رواه الترمذي : 1878 - بَاب مَا جَاءَ فِي الشُّكْرِ لِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْكَ-الجزء : 7- صفحة :211)
Dari Ibnu Abi Laila, diterima dari 'Athiyyah, bersumber dari Abi Sa'id, ia berkata :Rasulullah saw berabda : Barangsiapa yang tidak berterima kasih kepada manusia,maka ia tidak dapat dikatakan berterima kasih kepada Allah. (HR.Tirmidzi :1878, Bab Maa Jaa-a fisysyukri Liman ahsana Ilaik, juz : 7, hal. 211)
Dalam era teknologi informasi yang sudah maju, seringkali kita menyaksikan pemberitaan atau publikasi orang yang bersedakah, berinfak atau beramal ibadah lainnya. Peristiwa tersebut, tentu tidak mengurangi nilai keikhlasan dalam bersedekah atau beramal, apalagi kalau hal tersebut diniatkan untuk memberikan sugesti atau rangsangan kepada orang lain agar senang bersedekah, atau agar terjadi proses imitasi atau penularan, maka hal itu baik-baik saja, tidak akan menghilangkan nilai keikhlasan dalam bersedekah. Renungkan firman Allah :
إِنْتُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَفَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَخَبِيرٌ
Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS.Al-Baqarah [2] : 271)
Orang yang ikhlas (mukhlis) adalah orang yang telah diberi hidayah oleh Allah untuk mentaati segala hukum ketentuan-Nya, dan Dia pula yang menjaganya, sehingga Iblis-pun tidak sanggup untuk menggodanya. Renungkan friman Allah :
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِيلَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّاعِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (40)
"Iblis berkata : Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas (mukhlis) di antara mereka. (QS.Al-Hijr[15] : 39-40)
Ikhlas dalam arti batiniah ini dipokuskan kepada satu cita-cita hanya untuk meraih rido Allah. Karena bersifat batiniah, maka ikhlas hanya dapat diketahui oleh dirinya sendiri dan Allah. Orang lain tidak dapat mengetahui, apalagi menilainya. Hak penilaian ikhlas seorang hamba sepenuhnya berada di tangan Allah.
Namun demikian, ikhlas yang bersifat batiniah seharusnya memancarkan ikhlas yang bersifat lahiriah yang dapat dilihat dan dinilai oleh orang lain dengan cara memurnikan ketaatan kepada hukum ketentuan Allah. Renungkan Firman Allah:
قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْأَعْبُدَ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (11) وَأُمِرْتُ لِأَنْ أَكُونَ أَوَّلَالْمُسْلِمِينَ (12) قُلْ إِنِّي أَخَافُ إِنْ عَصَيْتُ رَبِّي عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ(13) قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَهُ دِينِي (14)
Katakanlah: Aku diperintahkan supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri. Katakanlah : Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besarjika aku durhaka kepada Tuhanku. Katakanlah : Hanya kepada Allah-lah akuberibadah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agamaku.(QS.Azzumar [39] : 11-14)
ikhlas dalam arti memurnikan ketaatan kepada Allah dapat kita lihat dalam hubungan antara majikan dengan buruh. Masing-masing mempunyai hak dan kewajiban. Apabila hak dan kewajiban itu dapat dilaksanakan dengan baik dan bertanggung jawab sesuai hukum ketentuan Allah, maka itu-pun merupakan perbuatan ikhlas sebagai pancaran ikhlas yang bersifat batiniah. Seorang buruh atau karyawan yang telah melaksanakan kewajibannya dengan baik, akibat selanjutnya adalah datangnya kewajiban bagi majikan atau pemilik perusahaan untuk memberikan hak-hak karyawan dengan baik pula. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِعُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَعْطُواالْأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ. (رواه ابن ماجه : 2434 - بَاب أَجْرِ الْأُجَرَاءِ – الجزء :7 - صفحة : 294)
Dari Abdullah bin Umar, iaberkata : Rasulullah saw bersabda : Berikanlah upah seorang buruh itu sebelum kering keringatnya. (HR.Ibnu Majah : 2434, Bab Ajril Ujara', juz : 7,hal. 294)
Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa ikhlas yang bersifat batiniah harus dapat memancarkan ikhlas lahiriah yang diwujudkan dalam bentuk kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum ketentuan Allah dalam kehidupan, sehingga tidak adapihak-pihak lain yang dirugikan.
Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya. Semoga kita senantiasa menjadi hamba Allah yang ikhlas dalam beramal. Aamiin
[1] . Majalah Hidayatullah, Edisi 08/th.IV//Desember 1991, hal.52-53
PUASA SARANA LATIHAN SABAR
LATIHAN BERSABAR
Bismillaahirrahmaanirahiim. Saudaraku, ibadah puasa merupakan sarana latihan bersabar dengan menahan diri dari lapar, haus, hubungan suami isteri secar lahiriah dan secara batiniah menahan diri dari hal-hal yang dapat menodai kesucian hati. Renungkan sabdaNabi :
قال النبي صلى الله عليه وسلم:الصوم نصف الصبر.(تفسير ابن ابي حاتم – باب قوله تعالى : اصبروا وصابروا-الجزء : 30 – صفحة : 239)
Nabi saw bersabda : Puasa adalah separoh darisabar. (Tafsir Ibnu Abi Hatim, Bab Qaululhuu Ta'aala : Ishbiruu Wa Shaabiruu,juz : 30, hal.239)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَاللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : وَإِنْامْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ.رواه البخاري : 1761– صحيح البخاري-بَاب فَضْلِ الصَّوْمِ- الجزء : 6- صفحة : 457)
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanyaRasulullah saw bersabda : Dan jika ada seseorang menyerangny atau mencercanya, katakanlah duakali : "Aku berpuasa - Aku berpuasa". (HR.Bukhari : 1761, Shahih Bukhari, Bab Fadhlushshaum,juz 6, hal.457)
Sabarbagaikan jamu yang sangat pahit rasanya,namun efeknya akan lebih manis dari madu, yaitu sehat. Untuk itu, Allah swtmenyeru hamba-Nya yang beriman yang ingin meraih sukses agar memantapkankesabara. Renungkan firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوااصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yangberiman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga danbertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.(QS.Ali 'Imran [3] : 200)
إنَّمَا يُوَفَّى الصَّابرُونَأجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnyahanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.(QS.Az-Zumar : 10)
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَإنَّ ذلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأُمُورِ
Dan untuk orang yangbersabar dan mema'afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-halyang diutamakan. (QS.Asysyura : 43)
Banyak hal yangmesti kita pahami terkait dengan perintah bersabar, antara lain adalah sebagaiberikut : antara lain :
1. Sabar menerimaujian dengan sesuatu yang kurang menyenangkan, atau bahkan sangat tidak menyenangkansecara lahiriah. Namun, secara batiniah, pasti mendatangkan kebaikan yang sangat besar. Boleh jadi sesuatu yangtidak kita sukai, justru mendatangkan kebaikan yang amat banyak, dan boleh jadi sesuatu yang sangat kita cintai,justru mendatangkan keburukan. (Baca :QS. Al-Baqarah [2] : 216)
2. Sabar menjalankan perintah Allah. Firman Allah "Dan suruhlah keluargamu mendirikan salat dan bersabarlahkamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yangmemberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang-orang yangbertakwa". (QS. Thaha [20] : 132)
3. Sabar berarti menahan diri dari keinginan hawa nafsu yang mendorong melakukan dosa dan maksiat. Kepada orangyang sabar dalam pengertian ini, Allah berjanji akan memberikan kenikmatandengan surga sebagai tempat tinggalnya, Firman Allah : "Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannyadan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya" (QS. An-Nazi'at [79] : 40-41)
4. Sabar adalah kemampuan bersikap lapang dada ketika diperlakukan kurang enakoleh orang lain. Janganlah ejekan dibalas dengan ejekan pula, karena hanya akan dapat memutuskan hubungan persaudaraan (Qatha'shilah Al-Rahim). Sedangkan memutuskan shilatur rahim sangat dibenci Allah.Jadilah seorang hamba Allah yang pema'af. Itulah yang akan mengantarkan kitamenuju sukses meraih predikat takwa dalam naungan rido-Nya. Firman Allah : "Dankalau kamu mema'afkan, ma'af itulah yang lebih dekat kepada takwa". (QS.Al-Baqarah [2] : 237) "Dan balasan suatu kejahatanadalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa yang suka mema'afkan danmengusahakan perbaikan, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah". (QS.Al-Syuuraa [42] : 40)
5. Sabar adalah keteguhan hati dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan dengan sikap menerima ketentuan yang telah ditetapkan Allah kepada kita. Kemudian, segala permasalahan dikembalikan kepada-Nya, karena Dia-lah pemilik yang sebenarnya.Firman Allah : "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikitketakutan, kelaparan, kekuranga harta, jiwa dan buah-buahan. Dan kemudiandisampaikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : Sesungguhnya kami kepunyaan Allah, dankepada-Nya kami kembali (Inna lillaahi wa innaa ilayhi raaji'uuna)". (QS.Al-Baqarah [2] : 155 – 156)
6. Sabar adalah kemampuan menghadapi tantangan dengan sikap optimisme, pantang berputus asamenghadapi hambatan, rintangan dan ancaman, karena putus asa itu termasuklarangan Allah yang diindikasikan sebagai sifat orang-orang kafir. Firman Allah: "Dan janganlah kamu berputus asa terhadap rahmat Allah, sesungguhnya tidak akan mudah berputus asa terhadap rahmat Allah kecuali orang-orangkafir (orang yang menolak kebenaran)". (QS.Yusuf [12] : 87)
7. Sabar adalah kemampuan menahan diri agar tidak kufur nikamt, atau dengan kata lain, selalu bersyukur atas nikmat Allah. Denganpemahaman bahwa karunia Allah itu sebagai ujian yang harus direspon dengan ketaatan sebagai wujud syukur. Hal ini sesuai dengan sikap Nabi Sulaiman yang diabadikan dalam Al-Qur'an ketika singgasana ratu Balqis telah tampak dihadapannya : "Sulaiman berkata : Initermasuk karunia Tuhanku untuk menguji aku, apakah aku pandai bersyukur atau kufur (mengingkari nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikandirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (ingkar), maka sesungguhnya TuhankuMaha Kaya lagi Maha Mulia".(QS. Al-Naml [27] : 40)
8. Sabar adalah bersikap tenang dan tidak tergesa-gesa menghadapi persoalan. Salah satu kelemahan manusia adalah menyukai hal-hal yang serba cepat – serbainstan dalam istilah sekarang – yang seringkali menimbulkan malapetakadalam kehidupan karena lalai memikirkan akibat nigatif yang akan timbul dariperbuatannya. Oleh karena itu, Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur'an:"Manusia telah diciptakan (bertabiat) tergesa-gesa, kelak akan Aku perlihatkan kepadamu azab-Ku.(QS. Al-Anbiya' [21] : 37). Manusia suka potong kompas karena inginmeraih kenikmatan jangka pendek, dan kurang mampu melihat jangka panjang, ataudengan kata lain, manusia sering kali melakukan sesuatu tanpa bersabar sedikituntuk memikirkan akibat dari perbuatannya, sehingga gampang tergelincir ke lembah nista dan dosa. Sabda Rasulullah : "Sikap tenang dan perlahan-lahan itu datangnya dari Allah, sedangkan sikap tergesa-gesa itu datangnya dari setan". (HR. Tirmizi : 2012).
9. Sabar adalah mampu mencegah diri agar tidak berbuat semena-mena terhadap orang lain, atau dengan kata lain, mampu menempatkan dirisendiri dan orang lain pada tempat yang benar sebagai makhluk yang mempunyaiharkat dan martabat yang dimuliakan Allah. Rasulullah bersabda : "Tempatkanlah manusia itu sesuai dengankedudukannya".(HR. Abu Daud : 4842)
10. Sabar adalah kemampuan mengendalikan emosi sehingga tidak mudah melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan keresahan dan kegelisahan. Rasulullah memberikan nasehat :"Jangan marah, beliau mengulang berkali-kalii, jangan marah". (HR.Bukhari hal. 45 –46). Nasehat pendek itu diulangi berkali-kali mengandung petunjuk betapa pentinnya nasehat itu. Suatu ketika Abu Dzar bercerita, bahwa Rasulullah saw memberikan bimbingan cara mengatasi emosi :"Apabila kamu marah sedang kamudalam keadaan berdiri, maka duduklah, dan jika marahmu hilang dengan duduk itu, cukuplah itu. Namun, jika marahmu tidak hilang dengan cara duduk, maka berbaringlah".(HR. Abu Daud : 4782). Dalam kesempatan lain Rasulullah memberikan bimbingannya:"Marah itu berasal dari syetan, dan syetan itu diciptakan dari api, dan apiitu dapat dipadamkan dengan air. Oleh karena itu, apabila kamu marah, makaberwudhu'lah". (HR. Abu Daud : 4784).
Akhirnya kita berdo'a kepada Allah :
رَبَّنَا اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبّتْ أَقْدَامَنَاوَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
Ya Tuhan kami, tuangklanlah kesabaran atasdiri kami, dan kokohkanlah pendiriankami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. (QS.Al-Baqarah [2] : 250).
Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya. Semoga kita senantiasa menjadi hamba Allah yang sabar dengan rahmat dan hidayah-NyA. Aamiin.
Bismillaahirrahmaanirahiim. Saudaraku, ibadah puasa merupakan sarana latihan bersabar dengan menahan diri dari lapar, haus, hubungan suami isteri secar lahiriah dan secara batiniah menahan diri dari hal-hal yang dapat menodai kesucian hati. Renungkan sabdaNabi :
قال النبي صلى الله عليه وسلم:الصوم نصف الصبر.(تفسير ابن ابي حاتم – باب قوله تعالى : اصبروا وصابروا-الجزء : 30 – صفحة : 239)
Nabi saw bersabda : Puasa adalah separoh darisabar. (Tafsir Ibnu Abi Hatim, Bab Qaululhuu Ta'aala : Ishbiruu Wa Shaabiruu,juz : 30, hal.239)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَاللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : وَإِنْامْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ.رواه البخاري : 1761– صحيح البخاري-بَاب فَضْلِ الصَّوْمِ- الجزء : 6- صفحة : 457)
Dari Abu Hurairah ra, bahwasanyaRasulullah saw bersabda : Dan jika ada seseorang menyerangny atau mencercanya, katakanlah duakali : "Aku berpuasa - Aku berpuasa". (HR.Bukhari : 1761, Shahih Bukhari, Bab Fadhlushshaum,juz 6, hal.457)
Sabarbagaikan jamu yang sangat pahit rasanya,namun efeknya akan lebih manis dari madu, yaitu sehat. Untuk itu, Allah swtmenyeru hamba-Nya yang beriman yang ingin meraih sukses agar memantapkankesabara. Renungkan firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوااصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yangberiman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga danbertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.(QS.Ali 'Imran [3] : 200)
إنَّمَا يُوَفَّى الصَّابرُونَأجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnyahanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.(QS.Az-Zumar : 10)
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَإنَّ ذلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأُمُورِ
Dan untuk orang yangbersabar dan mema'afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-halyang diutamakan. (QS.Asysyura : 43)
Banyak hal yangmesti kita pahami terkait dengan perintah bersabar, antara lain adalah sebagaiberikut : antara lain :
1. Sabar menerimaujian dengan sesuatu yang kurang menyenangkan, atau bahkan sangat tidak menyenangkansecara lahiriah. Namun, secara batiniah, pasti mendatangkan kebaikan yang sangat besar. Boleh jadi sesuatu yangtidak kita sukai, justru mendatangkan kebaikan yang amat banyak, dan boleh jadi sesuatu yang sangat kita cintai,justru mendatangkan keburukan. (Baca :QS. Al-Baqarah [2] : 216)
2. Sabar menjalankan perintah Allah. Firman Allah "Dan suruhlah keluargamu mendirikan salat dan bersabarlahkamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yangmemberi rezeki kepadamu. Dan akibat yang baik itu adalah bagi orang-orang yangbertakwa". (QS. Thaha [20] : 132)
3. Sabar berarti menahan diri dari keinginan hawa nafsu yang mendorong melakukan dosa dan maksiat. Kepada orangyang sabar dalam pengertian ini, Allah berjanji akan memberikan kenikmatandengan surga sebagai tempat tinggalnya, Firman Allah : "Dan adapun orang yang takut kepada kebesaran Tuhannyadan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya" (QS. An-Nazi'at [79] : 40-41)
4. Sabar adalah kemampuan bersikap lapang dada ketika diperlakukan kurang enakoleh orang lain. Janganlah ejekan dibalas dengan ejekan pula, karena hanya akan dapat memutuskan hubungan persaudaraan (Qatha'shilah Al-Rahim). Sedangkan memutuskan shilatur rahim sangat dibenci Allah.Jadilah seorang hamba Allah yang pema'af. Itulah yang akan mengantarkan kitamenuju sukses meraih predikat takwa dalam naungan rido-Nya. Firman Allah : "Dankalau kamu mema'afkan, ma'af itulah yang lebih dekat kepada takwa". (QS.Al-Baqarah [2] : 237) "Dan balasan suatu kejahatanadalah kejahatan yang serupa, maka barangsiapa yang suka mema'afkan danmengusahakan perbaikan, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah". (QS.Al-Syuuraa [42] : 40)
5. Sabar adalah keteguhan hati dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan dengan sikap menerima ketentuan yang telah ditetapkan Allah kepada kita. Kemudian, segala permasalahan dikembalikan kepada-Nya, karena Dia-lah pemilik yang sebenarnya.Firman Allah : "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikitketakutan, kelaparan, kekuranga harta, jiwa dan buah-buahan. Dan kemudiandisampaikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu)orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : Sesungguhnya kami kepunyaan Allah, dankepada-Nya kami kembali (Inna lillaahi wa innaa ilayhi raaji'uuna)". (QS.Al-Baqarah [2] : 155 – 156)
6. Sabar adalah kemampuan menghadapi tantangan dengan sikap optimisme, pantang berputus asamenghadapi hambatan, rintangan dan ancaman, karena putus asa itu termasuklarangan Allah yang diindikasikan sebagai sifat orang-orang kafir. Firman Allah: "Dan janganlah kamu berputus asa terhadap rahmat Allah, sesungguhnya tidak akan mudah berputus asa terhadap rahmat Allah kecuali orang-orangkafir (orang yang menolak kebenaran)". (QS.Yusuf [12] : 87)
7. Sabar adalah kemampuan menahan diri agar tidak kufur nikamt, atau dengan kata lain, selalu bersyukur atas nikmat Allah. Denganpemahaman bahwa karunia Allah itu sebagai ujian yang harus direspon dengan ketaatan sebagai wujud syukur. Hal ini sesuai dengan sikap Nabi Sulaiman yang diabadikan dalam Al-Qur'an ketika singgasana ratu Balqis telah tampak dihadapannya : "Sulaiman berkata : Initermasuk karunia Tuhanku untuk menguji aku, apakah aku pandai bersyukur atau kufur (mengingkari nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikandirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (ingkar), maka sesungguhnya TuhankuMaha Kaya lagi Maha Mulia".(QS. Al-Naml [27] : 40)
8. Sabar adalah bersikap tenang dan tidak tergesa-gesa menghadapi persoalan. Salah satu kelemahan manusia adalah menyukai hal-hal yang serba cepat – serbainstan dalam istilah sekarang – yang seringkali menimbulkan malapetakadalam kehidupan karena lalai memikirkan akibat nigatif yang akan timbul dariperbuatannya. Oleh karena itu, Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur'an:"Manusia telah diciptakan (bertabiat) tergesa-gesa, kelak akan Aku perlihatkan kepadamu azab-Ku.(QS. Al-Anbiya' [21] : 37). Manusia suka potong kompas karena inginmeraih kenikmatan jangka pendek, dan kurang mampu melihat jangka panjang, ataudengan kata lain, manusia sering kali melakukan sesuatu tanpa bersabar sedikituntuk memikirkan akibat dari perbuatannya, sehingga gampang tergelincir ke lembah nista dan dosa. Sabda Rasulullah : "Sikap tenang dan perlahan-lahan itu datangnya dari Allah, sedangkan sikap tergesa-gesa itu datangnya dari setan". (HR. Tirmizi : 2012).
9. Sabar adalah mampu mencegah diri agar tidak berbuat semena-mena terhadap orang lain, atau dengan kata lain, mampu menempatkan dirisendiri dan orang lain pada tempat yang benar sebagai makhluk yang mempunyaiharkat dan martabat yang dimuliakan Allah. Rasulullah bersabda : "Tempatkanlah manusia itu sesuai dengankedudukannya".(HR. Abu Daud : 4842)
10. Sabar adalah kemampuan mengendalikan emosi sehingga tidak mudah melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan keresahan dan kegelisahan. Rasulullah memberikan nasehat :"Jangan marah, beliau mengulang berkali-kalii, jangan marah". (HR.Bukhari hal. 45 –46). Nasehat pendek itu diulangi berkali-kali mengandung petunjuk betapa pentinnya nasehat itu. Suatu ketika Abu Dzar bercerita, bahwa Rasulullah saw memberikan bimbingan cara mengatasi emosi :"Apabila kamu marah sedang kamudalam keadaan berdiri, maka duduklah, dan jika marahmu hilang dengan duduk itu, cukuplah itu. Namun, jika marahmu tidak hilang dengan cara duduk, maka berbaringlah".(HR. Abu Daud : 4782). Dalam kesempatan lain Rasulullah memberikan bimbingannya:"Marah itu berasal dari syetan, dan syetan itu diciptakan dari api, dan apiitu dapat dipadamkan dengan air. Oleh karena itu, apabila kamu marah, makaberwudhu'lah". (HR. Abu Daud : 4784).
Akhirnya kita berdo'a kepada Allah :
رَبَّنَا اَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبّتْ أَقْدَامَنَاوَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
Ya Tuhan kami, tuangklanlah kesabaran atasdiri kami, dan kokohkanlah pendiriankami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. (QS.Al-Baqarah [2] : 250).
Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya. Semoga kita senantiasa menjadi hamba Allah yang sabar dengan rahmat dan hidayah-NyA. Aamiin.
HIKMAH PUASA BAGI KESEHATAN
HIKMAH PUASA BAGI KESEHATAN
Bismillaahirrahmaanirahiim. Saudaraku, ibadah puasa dari dimensilahiriah merupakan latihan menahan diri dari makan, minum dan hubungan biologis,bukanlah sebuah paksaan untuk menyengsaraka manusia. Akan tetapi di balik ibadah puasa itu justru terdapat sebuah target yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, yaitu proses penyehatan secara jasmaniah. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صُومُوا تَصِحُّوا.(رواه الطبراني : 1190 –باب قطعة من المفقود – الجزء : 19-صفحة : 497)
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullahsaw bersabda : Puasalah kamu, makakamu akan sehat. (HR.Thabrani : 1190, Bab Qith'atun Minal-Mafquud, juz :19, hal. 497)
Sungguh sangat jelas bahwa ajaran puasa dimaksudkan agar kita dapat hidup sehat. Sebagai bukti dapat dilihat dari adanya anjuran agar segera berbuka ketika waktu berbuka telah tiba dan agar mengakhirkan sahur. Renungkan pesan Rasulullah :
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّرَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍمَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ.(رواه البخاري : 1821-صحيح البخاري- بَاب تَعْجِيلِ الْإِفْطَارِ- الجزء : 7- صفحة : 59)
Dari Sahal bin Sa'id, bahwasanyaRasulullah saw bersabda : Manusia itu akan selalu berada dalam kebaikan selamamereka menyegerakan berbuka puasa (setelah waktunya masuk). (HR.Bukhari: 1821, ShahihBukhari, Bab Ta'jiilulifthar, juz 8, hal.59)
عَنْ عَبْد الْعَزِيزِ بْنصُهَيْبٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً.(رواه البخاري : 1789- صحيح البخاري-بَاب بَرَكَةِ السَّحُورِ- الجزء : 7- صفحة : 3)
Dari AbdulAziz bin Shuhaib, ia berkata : Saya mendengar Anas bin Malik ra berkata : Nabisaw bersabda : Bersahurlah kalian, karena di dalam bersauhr itu terdapat keberkahan.(HR.Bukhari : 1789, ShahihBukhari, Bab Barakatissahuur, juz 7, hal.3)
Mempercepatberbuka puasa oleh Rasulullah dianjurkan dengan minum atau makan makanan yangmengandung zat gula seperti kurma adalah bertujuan agar kondisi fisik segeradapat pulih kembali. Renungkan kebiasaan Nabi dalam hadis berikut :
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍيَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍقَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْتَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ.(رواه ابو داود : 2009– سنن ابو داود - بَاب مَنْ سَمَّى السَّحُورَالْغَدَاءَ - الجزء : 6- صفحة : 306)
Dari Anas bin Malik ia berkata : Rasulullah saw berbuka dengan kurma yang baru matengsebelum shalat; kalau tidak ada, dengan kurma yang sudah mateng agak lama; danjika tidak ada juga, beliau minum beberapa teguk air. (HR.AbuDaud : 2009, Sunan Abu Daud, Bab Man sammassahuur Al-Ghadaa, juz: 6, hal. 306)
Berkaitan dengan anjuran mengakhirkan sahur adalah diharapkan beban ibadah puasa tidak akan memberatkan kerja fisik karena sudah ada persiapan energi. Kalau kita renungkan lebih jauh, sebenarnya perintah puasa adalah wujud cinta kasih sayang Allah kepada hamba-Nya dan bukan dimaksudkan untuk menyusahlan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya dispensasi (Rukhshah), yaitu keringanan untuk tidak menjalankan puasa bagi orang yang sakit, bepergian jauh, hamil, melahirkan, menyusui atau karena usia lanjut. Sebagai gantinya adalah berpuasa di hari lain atau membayar fidyah bagi yang lanjut usia atau sakit yang tidak sembu lagi. Firman Allah :
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْكَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَىالَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَخَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (184)
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu iaberbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itupada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorangmiskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, makaitulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamumengetahui. (QS.Al-Baqarah [2] : 184)
Salah seorang dokter yang terkenal dari Arab bernama Harits binKaldah, mengatakan : Hikmat puasa bagi kesehatan (yang dikutip dari : http://aurajogja.wordpress.com/2006/09/26/hikmah-luar-biasa-di-balik-puasaramadhan/), antara lain :
1. Menurunkan Bobot Tubuh
Berkurangnya masukan energi pada orang berpuasa, membuat tubuhharus mencari sumber energi yang tersimpan di dalamnya, yaitu simpanan lemakdalam tubuh untuk dijadikan sumber energi. Tak heran bila setelah 29-30 hariberpuasa, tubuh akan berubah bentuknya dan berkurang bobotnya hingga sekitar 4kg.
2. Mencegah Terjadinya Stroke
Puasa juga dapat mengurangi risiko stroke karena dapat memperbaikikolesterol darah. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa puasadapat meningkatkan HDL (high density lipoprotein) dan menurunkan lemaktrigliserol (pembentuk kolesterol LDL -low density lipoprotein- yang merusakkesehatan).
3. Menurunkan Tekanan Darah
Pada mereka yang memiliki tekanan darah tinggi ringan sampai sedangdengan kelebihan berat badan, puasa dapat membantu menurunkan tekanan darah.Namun konsultasi dengan dokter ahli tetap harus dilakukan untuk menyesuaikanpemberian obat.
4. Membentuk Sel-Sel Baru
Puasa juga berfungsi untuk menghilangkan sel-sel rusak dalam tubuh.Rasa lapar pada orang berpuasa membuatnya menggerakan organ-organ internaldalam tubuh dan "memakan" sel-sel yang rusak untuk menutupi rasa lapar. Nah,pada saat itu badan akan menggantinya dengan sel-sel baru, sehingga bisakembali berfungsi dan beraktivitas.
5. Mengurangi Risiko Diabetes
Bagi orang sehat, berpuasa dapat mengurangi risiko terkena penyakitdiabetes tipe 2. Hal ini terjadi karena pengurangan konsumsi kalori secarafisiologis akan mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah.Dengan pengontrolan gula darah yang baik, akan mencegah penyakit diabetes tipe2, yang disebabkan harmon insulin tidak sensitif lagi mengontrol gula darah.
Mahabenar Allah Yang Maha kuasa atas segalasesuatu. Semoga kita senantiasa dalam keadaan sehat wal 'afiat serta mendapatkanrahmah, maghfirah dan rido-Nya. Aamiin
Bismillaahirrahmaanirahiim. Saudaraku, ibadah puasa dari dimensilahiriah merupakan latihan menahan diri dari makan, minum dan hubungan biologis,bukanlah sebuah paksaan untuk menyengsaraka manusia. Akan tetapi di balik ibadah puasa itu justru terdapat sebuah target yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, yaitu proses penyehatan secara jasmaniah. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صُومُوا تَصِحُّوا.(رواه الطبراني : 1190 –باب قطعة من المفقود – الجزء : 19-صفحة : 497)
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullahsaw bersabda : Puasalah kamu, makakamu akan sehat. (HR.Thabrani : 1190, Bab Qith'atun Minal-Mafquud, juz :19, hal. 497)
Sungguh sangat jelas bahwa ajaran puasa dimaksudkan agar kita dapat hidup sehat. Sebagai bukti dapat dilihat dari adanya anjuran agar segera berbuka ketika waktu berbuka telah tiba dan agar mengakhirkan sahur. Renungkan pesan Rasulullah :
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّرَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍمَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ.(رواه البخاري : 1821-صحيح البخاري- بَاب تَعْجِيلِ الْإِفْطَارِ- الجزء : 7- صفحة : 59)
Dari Sahal bin Sa'id, bahwasanyaRasulullah saw bersabda : Manusia itu akan selalu berada dalam kebaikan selamamereka menyegerakan berbuka puasa (setelah waktunya masuk). (HR.Bukhari: 1821, ShahihBukhari, Bab Ta'jiilulifthar, juz 8, hal.59)
عَنْ عَبْد الْعَزِيزِ بْنصُهَيْبٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّصَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً.(رواه البخاري : 1789- صحيح البخاري-بَاب بَرَكَةِ السَّحُورِ- الجزء : 7- صفحة : 3)
Dari AbdulAziz bin Shuhaib, ia berkata : Saya mendengar Anas bin Malik ra berkata : Nabisaw bersabda : Bersahurlah kalian, karena di dalam bersauhr itu terdapat keberkahan.(HR.Bukhari : 1789, ShahihBukhari, Bab Barakatissahuur, juz 7, hal.3)
Mempercepatberbuka puasa oleh Rasulullah dianjurkan dengan minum atau makan makanan yangmengandung zat gula seperti kurma adalah bertujuan agar kondisi fisik segeradapat pulih kembali. Renungkan kebiasaan Nabi dalam hadis berikut :
عَنْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍيَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍقَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْتَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ.(رواه ابو داود : 2009– سنن ابو داود - بَاب مَنْ سَمَّى السَّحُورَالْغَدَاءَ - الجزء : 6- صفحة : 306)
Dari Anas bin Malik ia berkata : Rasulullah saw berbuka dengan kurma yang baru matengsebelum shalat; kalau tidak ada, dengan kurma yang sudah mateng agak lama; danjika tidak ada juga, beliau minum beberapa teguk air. (HR.AbuDaud : 2009, Sunan Abu Daud, Bab Man sammassahuur Al-Ghadaa, juz: 6, hal. 306)
Berkaitan dengan anjuran mengakhirkan sahur adalah diharapkan beban ibadah puasa tidak akan memberatkan kerja fisik karena sudah ada persiapan energi. Kalau kita renungkan lebih jauh, sebenarnya perintah puasa adalah wujud cinta kasih sayang Allah kepada hamba-Nya dan bukan dimaksudkan untuk menyusahlan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya dispensasi (Rukhshah), yaitu keringanan untuk tidak menjalankan puasa bagi orang yang sakit, bepergian jauh, hamil, melahirkan, menyusui atau karena usia lanjut. Sebagai gantinya adalah berpuasa di hari lain atau membayar fidyah bagi yang lanjut usia atau sakit yang tidak sembu lagi. Firman Allah :
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْكَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَىالَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَخَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (184)
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu.Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu iaberbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itupada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorangmiskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, makaitulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamumengetahui. (QS.Al-Baqarah [2] : 184)
Salah seorang dokter yang terkenal dari Arab bernama Harits binKaldah, mengatakan : Hikmat puasa bagi kesehatan (yang dikutip dari : http://aurajogja.wordpress.com/2006/09/26/hikmah-luar-biasa-di-balik-puasaramadhan/), antara lain :
1. Menurunkan Bobot Tubuh
Berkurangnya masukan energi pada orang berpuasa, membuat tubuhharus mencari sumber energi yang tersimpan di dalamnya, yaitu simpanan lemakdalam tubuh untuk dijadikan sumber energi. Tak heran bila setelah 29-30 hariberpuasa, tubuh akan berubah bentuknya dan berkurang bobotnya hingga sekitar 4kg.
2. Mencegah Terjadinya Stroke
Puasa juga dapat mengurangi risiko stroke karena dapat memperbaikikolesterol darah. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa puasadapat meningkatkan HDL (high density lipoprotein) dan menurunkan lemaktrigliserol (pembentuk kolesterol LDL -low density lipoprotein- yang merusakkesehatan).
3. Menurunkan Tekanan Darah
Pada mereka yang memiliki tekanan darah tinggi ringan sampai sedangdengan kelebihan berat badan, puasa dapat membantu menurunkan tekanan darah.Namun konsultasi dengan dokter ahli tetap harus dilakukan untuk menyesuaikanpemberian obat.
4. Membentuk Sel-Sel Baru
Puasa juga berfungsi untuk menghilangkan sel-sel rusak dalam tubuh.Rasa lapar pada orang berpuasa membuatnya menggerakan organ-organ internaldalam tubuh dan "memakan" sel-sel yang rusak untuk menutupi rasa lapar. Nah,pada saat itu badan akan menggantinya dengan sel-sel baru, sehingga bisakembali berfungsi dan beraktivitas.
5. Mengurangi Risiko Diabetes
Bagi orang sehat, berpuasa dapat mengurangi risiko terkena penyakitdiabetes tipe 2. Hal ini terjadi karena pengurangan konsumsi kalori secarafisiologis akan mengurangi sirkulasi hormon insulin dan kadar gula darah.Dengan pengontrolan gula darah yang baik, akan mencegah penyakit diabetes tipe2, yang disebabkan harmon insulin tidak sensitif lagi mengontrol gula darah.
Mahabenar Allah Yang Maha kuasa atas segalasesuatu. Semoga kita senantiasa dalam keadaan sehat wal 'afiat serta mendapatkanrahmah, maghfirah dan rido-Nya. Aamiin
RAMADHAN BULAN PERTOBATAN
BULAN PERTOBATAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim. Saudaraku, ajaran puasa dimaksudkanuntuk mencapai tingkat ketakwaan, menghendaki adanya sikap ikhlas dan jujurserta melarang berbuat dusta. Dusta meggiring manusia kepada perbuatan dosa, dan dosa menggiringkepada azab api neraka. Dan ternyata dalamperjalanan hidup, manusia seringmelakukan dosa. Itulah sebabnya Allah memerintahkan agar bersegera memohonampunan. Renungkan firman Allah :
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَاالسَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Danbersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnyaseluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS.Ali'Imran [3] : 133)
Puasa yang merupakan proses pertobatan adalahkarena manusia itu sendiri adalah pelaku dosa. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍقَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ بَنِي آدَمَخَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ.(رواه ابن ماجه : 4241-سنن ابن ماجه - بَابذِكْرِ التَّوْبَةِ- الجزء : 12-صفحة: 302 )
Dari Qatadah, diterima dari Anas,ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Semua anak cucu Adam adalah pembuatkesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yangbertobat. (HR.Ibnu Majah :4241, Sunan Ibnu Majah, Bab Dzikrit Taubah, juz : 12,hal.302)
Salahsatu bukti bahwa puasa nerupakan proses pertobatan adalah adanya perintah bagiorang yang berpuasa agar meniggalkan perbuatan dan tutur kata yang mengandungkepalsuan atau dusta. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْلَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌأَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.(رواه البخاري : 5597– صحيح البخاري-بَاب قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتَنِبُواقَوْلَ الزُّورِ- الجزء : 18- صفحة : 495)
Dari Abu Hurairah ra, diterimadari Nabi saw, beliau bersabda : Barangsiapayang tidak dapat meninggalkan perkataan dusta (palsu) dan bertindak bodoh(ngawur), maka Allah tidak butuh (tidak akan menerima amal itu), yaitu puasayang hanya meninggalkan makan dan minumnya. (HR.Bukhari : 5597, Shahih Bukhari, BabQaulullaahi Taalaa Wajtanibuu Qaulazzuur, juz 18, hal.495)
Meniggalkan perbuatan dan tuturkata yang mengandung kepalsuan merupakan perjuangan memerangi kehendak hawanafsu (nafsu ammarah) yang selalu menggiring manusia ke jalan yang sesat.Melalui ibadah puasa di bulan ramadhan ini, rohani kita ditempa denganmemperbanyak ibadah (baik ibadah yang langsung dengan Allah, maupun ibadah sosial),dan diperintah meninggalkan larangan-laranga Allah agar lebih peka menerimakebenaran. Itulah sebenarnya pejuangan (jihad) yang amat besar, sebagaimanasabda Nabi yang sangat populer : "Kita baru saja pulang dari jihad kecil(perang Badar) dan akan masuk ke jihad besar, yaitu memerangi hawa nafsu".
Dalam pertobatan itu mesti ada gerak langkah yang antaralain adalah adanya kesadaran bahwa dirinya termasuk hamba pelaku kesalahan; menyadaribahwa dirinya tidak mampu menghapuskan dosa kecuali menyerahkan kepada Allah; berprasangka baik terhadap Allah bahwa Dia MahaPengampun; memiliki hati yang ikhlas; jera atau kapok sehingga tidak beranilagi melakukan perbuatan dosa; memperbanyak istighfar; dan mengganti perbuatan buruk dengan perbuatanbaik.
Hamba yang dengan sadar memproses dirinya untukmendapatkan ampunan, maka ia termasukorang yang bertobat, dan orang yang bertobat dicatat sebagai orang yang bersihtanpa dosa. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِعَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ. .(رواه ابن ماجه : 4240-سنن ابن ماجه- بَاب ذِكْرِ التَّوْبَةِ- الجزء : 12-صفحة: 301)
Dari 'Ubaidillah bin Abdillah, dari ayahnya, ia berkata :Rasulullah saw bersabda : Orang yang bertobat posisinya sama seperti orang yangtidak ada dosa. (HR.Ibnu Majah:4240, Sunan Ibnu Majah, Bab Dzikrit Taubah, juz : 12, hal.301)
Mahabenar Allah Yang Maha Pengampun lagiMaha Penerima tobat. Semoga kita senantiasa mendapatkan rahmah, maghfirah dan'Itqun Minan-Naar. Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahiim. Saudaraku, ajaran puasa dimaksudkanuntuk mencapai tingkat ketakwaan, menghendaki adanya sikap ikhlas dan jujurserta melarang berbuat dusta. Dusta meggiring manusia kepada perbuatan dosa, dan dosa menggiringkepada azab api neraka. Dan ternyata dalamperjalanan hidup, manusia seringmelakukan dosa. Itulah sebabnya Allah memerintahkan agar bersegera memohonampunan. Renungkan firman Allah :
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَاالسَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Danbersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnyaseluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS.Ali'Imran [3] : 133)
Puasa yang merupakan proses pertobatan adalahkarena manusia itu sendiri adalah pelaku dosa. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍقَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ بَنِي آدَمَخَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ.(رواه ابن ماجه : 4241-سنن ابن ماجه - بَابذِكْرِ التَّوْبَةِ- الجزء : 12-صفحة: 302 )
Dari Qatadah, diterima dari Anas,ia berkata, Rasulullah saw bersabda : Semua anak cucu Adam adalah pembuatkesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yangbertobat. (HR.Ibnu Majah :4241, Sunan Ibnu Majah, Bab Dzikrit Taubah, juz : 12,hal.302)
Salahsatu bukti bahwa puasa nerupakan proses pertobatan adalah adanya perintah bagiorang yang berpuasa agar meniggalkan perbuatan dan tutur kata yang mengandungkepalsuan atau dusta. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْلَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌأَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.(رواه البخاري : 5597– صحيح البخاري-بَاب قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى وَاجْتَنِبُواقَوْلَ الزُّورِ- الجزء : 18- صفحة : 495)
Dari Abu Hurairah ra, diterimadari Nabi saw, beliau bersabda : Barangsiapayang tidak dapat meninggalkan perkataan dusta (palsu) dan bertindak bodoh(ngawur), maka Allah tidak butuh (tidak akan menerima amal itu), yaitu puasayang hanya meninggalkan makan dan minumnya. (HR.Bukhari : 5597, Shahih Bukhari, BabQaulullaahi Taalaa Wajtanibuu Qaulazzuur, juz 18, hal.495)
Meniggalkan perbuatan dan tuturkata yang mengandung kepalsuan merupakan perjuangan memerangi kehendak hawanafsu (nafsu ammarah) yang selalu menggiring manusia ke jalan yang sesat.Melalui ibadah puasa di bulan ramadhan ini, rohani kita ditempa denganmemperbanyak ibadah (baik ibadah yang langsung dengan Allah, maupun ibadah sosial),dan diperintah meninggalkan larangan-laranga Allah agar lebih peka menerimakebenaran. Itulah sebenarnya pejuangan (jihad) yang amat besar, sebagaimanasabda Nabi yang sangat populer : "Kita baru saja pulang dari jihad kecil(perang Badar) dan akan masuk ke jihad besar, yaitu memerangi hawa nafsu".
Dalam pertobatan itu mesti ada gerak langkah yang antaralain adalah adanya kesadaran bahwa dirinya termasuk hamba pelaku kesalahan; menyadaribahwa dirinya tidak mampu menghapuskan dosa kecuali menyerahkan kepada Allah; berprasangka baik terhadap Allah bahwa Dia MahaPengampun; memiliki hati yang ikhlas; jera atau kapok sehingga tidak beranilagi melakukan perbuatan dosa; memperbanyak istighfar; dan mengganti perbuatan buruk dengan perbuatanbaik.
Hamba yang dengan sadar memproses dirinya untukmendapatkan ampunan, maka ia termasukorang yang bertobat, dan orang yang bertobat dicatat sebagai orang yang bersihtanpa dosa. Renungkan sabda Nabi :
عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ بْنِعَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِوَسَلَّمَ التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ. .(رواه ابن ماجه : 4240-سنن ابن ماجه- بَاب ذِكْرِ التَّوْبَةِ- الجزء : 12-صفحة: 301)
Dari 'Ubaidillah bin Abdillah, dari ayahnya, ia berkata :Rasulullah saw bersabda : Orang yang bertobat posisinya sama seperti orang yangtidak ada dosa. (HR.Ibnu Majah:4240, Sunan Ibnu Majah, Bab Dzikrit Taubah, juz : 12, hal.301)
Mahabenar Allah Yang Maha Pengampun lagiMaha Penerima tobat. Semoga kita senantiasa mendapatkan rahmah, maghfirah dan'Itqun Minan-Naar. Aamiin
Jumat, 12 Juli 2013
PAKAIAN TAKWA
PAKAIAN TAKWA
Bismillaahirrahmaanirrahiim. Saudaraku. Ayo kita tadabbur dan tafakkur
tentang "PAKAIAN TAKWA" yang telah diabadikan dalam Al-Qur'an surat
Al-A'raf ayat 26. Danberkaitan dengan perintah puasa, takwa adalah menjadi
tujuan yang hendakdicapai.
Suatu ketika Rasulullah saw. masuk
pasar, ditemani oleh Abu Hurairah ra. dengan niat hendak membelis ehelai baju
yang agak pantas beliau pakai. Dalam perjalanan akan keluar dari pasar, beliau
mendengar suara seorang pemuda berseru : "Barangsiapa yang sudi memberiku
sehelai baju, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Hai
dermawan! Berilah aku baju, semoga Allah memberi gantinya buat kamu" .Pemuda
itu tidak mengetahui, bahwa Rasulullah saw, berada di dekatnya. Setelah pemuda
itu mengucapkan seruan yang kedua kalinya, Rasulullah saw, sampai di tempat
pemuda itu berdiri, lalu beliau serahkan dasar baju yang baru dibelinya itu
dengan ikhlas, tanpa ada pertimbangan panjang lebar lagi.[i]
Rasulullah saw, dan pemuda dalam
kisah di atas, berusaha mendapatkan pakaian untuk memenuhi salah satu
kebutuhan pokoknya. Hal itu dilakukan, karena mereka memahami betul manfaatnya
yang sangat penting dalam hidupnya. Dasar baju yang baru saja Rasulullah saw,
beli diserahkan kepada pemuda dengan hati yang bersih, karena beliau mengetahui
bahwa pemuda itu lebih membutuhkannya.
Pakaian tidak hanya berkaitan
dengan etika dan estetika, tetapi juga dengan sosial ekonomi, budaya, iklim,
dan bahkan agama. Menurut ajaran agama islam, berpakaian hanya diwajibkan
bagi umat manusia, sehingga tidak keliru kalau dikatakan, bahwa salah satu ciri
manusia adalah "makhluk yang wajib berpakaian".
Manfaat pakaian sungguh sangat
besar, antara lain adalah untuk memelihara kulit dari sengatan panas, cuaca
dingin dan dari segala sesuatu yang dapat mengganggu jasmani. Renungkan Firman
Allah :
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ
لَكُمْ مِنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ
وَسَرَابِيلَ تَقِيكُمْ بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ
لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُونَ
Dan
Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan
Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan
bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas, dan pakaian (baju besi) yang
memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya
atasmu agar kamuberserah diri (kepada-Nya)". (QS.An-Nahl [16] : 81)
Dalam bahasa Arab terdapat kata
"tsaw-bun" yang berarti baju atau pakaian. Ketika kata itu dikembangkan
keluarlah kata "tsawaa-bun" yang berarti "pahala". Dari
arti bahasa ini mudah dipahami, bahwa pakaian dapat membuahkan pahala. Untuk
itu perlu kiranya diketahui, bahwa pahala merupakan dampak positif dari segala
aktivitas yang berlandaskan iman dan takwa, yang dalam jangka panjangakan
mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian. Renungkan rekaman firman Allah :
وَلَوْ أَنَّهُمْ آَمَنُوا وَاتَّقَوْا
لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ (103)
Sesungguhnya kalau mereka beriman
dan bertakwa,(niscaya mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala
yang datang darisisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui
(QS.Al-Baqarah [2] :103)
Dari berbagai macam bentuk
pakaian, maka pakaian yang dibuat dan dipakai berdasarkan iman da ntakwa
itulah yang akan menjadi sarana untuk meraih rido Allah. Dalam kitab suci
Al-Qur'an ditemukan kalimat "Libaasut-taqwa",yang terdiri dari
dua kata, yaitu "Libaasun" yang berarti "pakaian" dan
berasal dari kata "La-bi-sa" yang berarti "memakai". Ketika
dikembangkan timbul kata "Albasa" yang berarti "menutupi".
Kata yang kedua adalah
"Al-Taqwa" yang salah satu artinya adalah memeliharaatau menjaga diri
dari hal-hal yang tidak disukai Allah. Disinilah, kata
"Libaasut-taqwa"kita artikan dengan "pakaian takwa" yang
berfungsi untukmemelihara atau menjaga diri dari sikap atau perbuatan yang
dapat menjatuhkanke dalam jurang nista dan dosa. Demikianlahyang dinamakan
"pakaian takwa" menurut pendapat Abdurrahman bin zaid binAslam dalam
kitab Tafsir Ibnu Katsir.[ii] Renungkanfirman Allah :
يَا بَنِي آَدَمَ
قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ
التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آَيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
(26)
Hai anak Adam,sesungguhnya Kami
telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu danpakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yangdemikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahanmereka selalu
ingat". (QS.Al-A'raaf [7] : 26)
Mencermati ayat di atas, ada
fungsi lain dari pakaian yaitu sebagai hiasanyang menambah keindahan bagi
pemakainya. Hal ini dapat dipahami dari kalimatdalam terjemahan di atas yang
berbunyi : "pakaian indah untuk perhiasan"yang merupakan
terjemahan dari kata "Riisyun" (ريش) yang arti asalnya adalah
"bulu burung" atau "pakaian yang sangat bagus". Seekor
burung yang beraneka ragamwarna bulunya selalu tampak indah, sehingga mampu
menarik perhatian setiap matayang memandangnya, karena keindahannya yang
menggoda. Tampilan itu bukanlah menurut kehendak burungitu sendiri,
tetapi berjalan sesuai sunnatullah __undang-undang atau aturan-aturan Allah__,
sehingga keindahannya asli dan lebihabadi.
Manusia sebagai hamba pilihan yang
dimuliakan Allah, seharusnya mampu memilih bentuk pakaian dan berpakaian sesuai
sunnatullah, bukan hanya sekedar mengikuti selera manusia itu sendiri,
sehingga dapat tampil indah __ salah satu arti ihsan __[iii] menurut pandangan
Allah dan indah pula menurut pandangan manusia. Hal ini dapat
diwujudkan hanya oleh hamba yang bertakwa, karena sikap takwa itu mesti
dibuktikan dengan menjalankan perintah dan meninggalkan laranagn Allah.-
Dan jiwa takwa inilahyang akan membentuk manusia berakhlak mulia yang
menjadi ciri khas orang yangberiman, yaitu orang yang tulus
menerimakebenaran yang datang dari Allah. Sabda Nabi :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ
خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا
Dari Aisah ia berkata : Rasulullah
saw. bersabda : Sesungguhnya orang-orang yang beriman yang paling sempurna
imannya adalah yangpaling baik akhlaknya dan bersikap lemah lembut terhadap
keluarganya.(HR.Tirmizi) [iv]
Dalam ayat 26 surat Al-A'raaf itu
pula, setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, terdapat kata
"aurat" yang merupakan terjemahan dari kata "saw-aatun" ( (سوءة yang merupakan perkembangan dari kata
"suu-un" (سوء) yang berarti
keji, buruk, cacat dan jahat. Dan kata "aurat" itu sendiri,
sebenarnya diambil juga dari bahasa Arab, yang berasal dari kata "'awira
" (عور) yang berarti
"buta sebelah mata". Kemudian kata tersebut berkembang menjadi
"'awaarun" (عوار) yang berarti
cacat, cela dan aib.
Dari uraian di atas,dapat
dipahami, bahwa aurat adalah sesuatu yang mesti ditutupi dan tidak baik
dibuka atau dilihat karena berpotensi untuk menimbulkan perbuatan keji dan
tercela,baik bagi pelaku maupun bagi orang yang melihatnya. Dan orang yang suka
membuka auratnya adalah tergolong hamba yang cacat dan tercela karena hanya
melihat dengan sebelah mata, yaitu mata fisik jasmaniah, sementara mata
ruhaniahnya buta, tidak dapat melihat, sehingga tidak mampu merespon positif
hukum ketentuan Allah. Renungkan firman Allah :
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ
لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا
تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (46)
Maka apakah mereka tidak berjalan
di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami
atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena
sesungguhnya bukanlah mata itu (mata jasmaniah) yang buta, tetapi yang buta
ialah hati yang di dalam dada. (QS.Al-Hajj [22] 46)
Semua yang kita tampilkan di muka
bumi, termasuk bentuk pakaian dan cara kita berpakaian sertaakibat dari pakaian
yang kita kenakan, selalu berada dalam pengawasan Allah danakan tercatat serta
tersimpan dengan rapi dalam buku induk di Lauh Al-Mahfuzh. Demikian pula
akibatnya, jika dampaknya baik __ menurut aturan Allah __ terhadap diri dan
lingkungannya, maka akan dicatat sebagai kebaikan, dan demikian pula sebaliknya.
Renungkan firman Allah:
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا
وَآَثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
Sesungguhnya Kami menghidupkan
orang-orang yang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan
bekas-bekas (akibat) yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan
dalam kitab induk yang nyata (Lauh Al-mahfuzh). (QS.Yasin [36] : 12)
Menurut Qatadah dan Ibnu Juraij
dalam Tafsir Ibnu Katsir, pakaian takwa adalah "iman", sedangkan
menurut pendapat IbnuAbbas adalah "amal saleh". [v]
Dalam Al-Qur'an ditegaskan, bahwa
pakaian yang bernuansakan taqwa menunjukkan identitas bagi orang yang beriman
sebagai pemakainya, sehingga dapat terpelihara dari gangguan-gangguan tangan
jahil. Renungkan firman Allah :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ
وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ
أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, katakanlah kepada
isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min
:"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka"
Yang demikiamn itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS.Al-Ahzab
[33] : 59)
Bertambah jelaslah bagi kita,
bahwa pakaian takwa adalah pakaian yang mencerminkan pribadi orang yang beriman
dan bertakwa dan dapat dipertanggung jawabkan dalam kehidupan jangka panjang
yang abadi. Allah mengingatkan kita agar selalu waspada menghadapi serangan
yang dilancarkan Iblis dan pengikut-pengikutnya, sebab mereka selalu mengintai
dan melihat kita, sementara kita tidak melihat mereka. Cermati firman Allah
berikut ini :
يَا بَنِي آَدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ
الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا
لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآَتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ
مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ
لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ
Hai anak Adam, janganlahsekali-kali
kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkankedua ibu bapakmu
dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untukmemperlihatkan kepada
keduanya auratnya. Sesungguhnya ia danpengikut-pengikutnya melihat kamu dari
suatu tempat yang kamu tidak bisamelihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak
beriman.(QS.Al-A'raaf [7] : 27)
Adalah suatu sikap yang sangat
merugikan jika belum merespon positif tuntunan Allah dalam memilih pakaian dan
berpakaian. Allah mengingatkan kita :
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ
مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى
وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا
وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126) وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ
يُؤْمِنْ بِآَيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى (127)
Dan barangsiapa berpaling
dariperingatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami
akanmenghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia :
YaTuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal
akudahulunya adalah seorang yang melihat?. Allah berfirman : Demikianlah,
telah datang kepadamu ayat-ayat kami,maka kamu melupakannya, dan begitu (pula)
pada hari ini kamupun dilupakan. Dandemikianlah Kami membalas orang yang
melampaui batas dan tidak percaya kepadaayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya
azab di akhirat itu lebih berat dan lebihkekal. (QS.Thaha [2] : 124-127)
Pakaian takwa adalah pakaian
terbaik bagi hamba-hamba Allah yang beriman. Dan apabila kita memakainya
dengan hati yang ikhlas, pasti Allah akan selalu mengucurkan rahmat-Nya
yang penuh dengan berkah.
Dan akhirnya, kita mohon
pertolongan Allah semoga kita senantiasa mendapatkan hidayah-Nya. Aamiin.
[i]. Hamka Prof.
Dr. Tafsir Al-Azhar juz IV,Pustaka Panjimas, Jakarta 1983,
hal. 20
[ii]. Ismail bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir,jilid 2, Dar
Al-kutub al-mishriyah, tanpa tahun, hal. 207
[iii]. Ihsan menurut arti bahasa adalah indah dan bagus.
DalamHadits Nabi ditegaskan : Ihsan adalah hendaklah kamu menyembah
Allahseolah-olah kamu melihat-Nya, jika tidak, yakinkan, bahwa
sesungguhnya Allah melihatmu.
[iv]. Abi 'Isa
Muhammad bin 'Isa bin Saurah, Sunan Tirmidzi,jilid 5 ,Dar Al-Kutub Al-ilmiah,
Beirut, tanpa tahun, hal. 11
[v]. Ismail bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, jilid 2, Op
cit, hal. 207
Langganan:
Postingan (Atom)