Jumat, 17 Februari 2012

MENGHORMATI ORANG TUA DAN GURU

Kedua orang tua dan guru masing-masing mempunyai kedudukan yang terhormat, sehingga Rasulullah saw bersabda :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ أَنْبَأَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ ابْنِ عَجْلَانَ عَنْ الْقَعْقَاعِ بْنِ حَكِيمٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ مِثْلُ الْوَالِدِ لِوَلَدِهِ أُعَلِّمُكُمْ إِذَا أَتَيْتُمْ الْغَائِطَ فَلَا تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلَا تَسْتَدْبِرُوهَا وَأَمَرَ بِثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ وَنَهَى عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ وَنَهَى أَنْ يَسْتَطِيبَ الرَّجُلُ بِيَمِينِهِ. (رواه ابن ماجه : 309 - سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة -بَاب الِاسْتِنْجَاءِ بِالْحِجَارَةِ وَالنَّهْيِ عَنْ الرَّوْثِ وَالرِّمَّةِ – الجزء : 1 - صفحة : 374)

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : KEDUDUKANKU BAGI KALIAN SEPERTI SEORANG AYAH BAGI ANAKNYA, AKU AKAN MENGAJARI KALIAN, jika kalian ingin buang hajat, maka janganlah menghadap kiblat atau membelakanginya. Beliau memerintahkan agar beristinja’ dengan tiga buah batu dan melarang menggunakan kotoran hewan dan tulang. Dan beliau juga melarang seseorang cebok dengan tangan kanannya. (HR.Ibnu Majah : 309, sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy=Syamilah, bab istinja bilhajar wannahyu ‘anir rauts warrammati juz : 1, hal. 374)

Dalam memahami hadits di atas, Imam Al-Ghzali memberikan komentar dalam kitab Al-Ihya Ulumuddin sebagai berikut :

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " إنما أنا لكم مثل الوالد لولده " بأن يقصد إنقاذهم من نار الآخرة وهو أهم من إنقاذ الوالدين ولدهما من نار الدنيا: ولذلك صار حق المعلم أعظم من حق الوالدين فإن الوالد سبب الوجود الحاضر والحياة الفانية والمعلم سبب الحياة الباقية. (الإحياء علوم الدين)

Rasulullah saw bersabda : “KEDUDUKANKU BAGI KALIAN SEPERTI SEORANG AYAH BAGI ANAKNYA”. Maksudnya : Beliau saw sebagai guru adalah menyelamatkan manusia dari penderitaan jangka panjang yang abadi nanti di akhirat. Dan ia lebih penting dari pada tugas kedua orang tua yang menyelamatkan anaknya dari penderitaan di dunia belaka. Oleh karena itu, hak seorang guru lebih besar daripada hak kedua orang tua, karena orang tua sebagai sebab hadirnya seorang anak dalam kehidupan yang fana di dunia ini, sementara guru menjadi sebab untuk meraih kebahagian dalam kehidupan jangka panjang yang abadi di akhirat nanti. (Al-Ihya Ulumuddin(

Memahami komentar imam Al-Ghazali di atas, pantaslah bila kita menghormati guru, dan salah satu cara menghormatinya adalah “MENGAMALKAN ILMUNYA”.

Namun demikian, suatu ketika orang tua dapat berperan ganda, yaitu sebagai orang tua dan juga sekaligus sebagai guru. Begitu seorang anak lahir, orang tua yang pertama kali mengumandangkan kalimat tauhid dan takbir di telinga kanan dan kiri sang anak. Begitu mau makan/minum orang tua pula yang pertama kali mengajari berdoa, sehingga pantaslah apabila sangat banyak dalil Al-Qur’an maupun hadits yang memerintahkan untuk berbakti serta taat kepada kedua orang tua, antara lain sebagai berikut :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23)

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan HENDAKLAH KAMU BERBUAT BAIK PADA IBU BAPAKMU DENGAN SEBAIK-BAIKNYA. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia[850]. (QS.Al-Isra’ : 23)

[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Dalam ayat tersebut, bagitu pentingnya berbakti kepada kedua orang tua, maka perintah berbakti kepadanya, langsung diabadikan dalam urutan sesudah perintah beribadah kepada Allah.

Begitu tingginya kedudukan orang tua, maka Rasulullah saw menegaskan, bahwa anak akan dapat rido Allah bila dapat rido dari kedua orang tuanya, dan akan dapat murka Allah, bila ia dapat murka dari kedua orang tuanya.

أخبرنا أبو عبد الله الحافظ ، نا أبو بكر بن بالويه ، نا بشر بن موسى الأسدي ، نا القاسم بن سليم الصواف ، قال : شهدت الواسطيين أبا بسطام شعبة بن الحجاج ، وأبا معاوية هشيم بن بشير يحدثان ، عن يعلى بن عطاء ، عن أبيه عن عبد الله بن عمرو قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : رضا الله من رضا الوالدين ، وسخط الله من سخط الوالدين. (رواه البيهقي : 7583 – شعب الإيمان للبيهقي –المكتبة الشاملة - باب الخامس والخمسون من شعب الإيمان – الجزء : 16 – صفحة : 337)

Dari Abdullah bin Amr, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : RIDO ALLAH TERGANTUNG DARI RIDO KEDUA ORANG TUA, DAN MURKA ALLAH TERGANTUNG DARI MURKA KEDUA ORANG TUA. (HR. Baihaqi : 7583, Syu’abul iman Lil-Baihaqi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-Khamis wal-Khaksun min Syu’abnil iman, juz : 16, hal.337)

Anak wajib berbakti kepada kedua orang tua, sewaktu orang tua masih hidup ataupun sudah wafat. Sewaktu orang tua masih hidup, berbakti kepadanya, antara lain dengan sikap dan tutur kata yang menyejukkan, santun dan terhormat. Ketika mereka telah wafat, cara berbakti kepadanya, antara lain sebagai berikut :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ أَسِيدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ عُبَيْدٍ مَوْلَى بَنِي سَاعِدَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي أُسَيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيعَةَ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِي سَلَمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَبَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِيفَاءٌ بِعُهُودِهِمَا مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا. (رواه ابن ماجه : 3654 – سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة - بَاب صِلْ مَنْ كَانَ أَبُوكَ يَصِلُ – الجزء : 11- صفحة : 56 )

Dari Abi Usaid Malik bin Rabi’ah, ia berkata : Ketika kami berada di samping Rasulullah saw, tiba-tiba seorang laki-laki dari Bani Salamah datang kepada beliau dan bertanya : Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal? Beliaqu menjawab : Ya, masih ada, yaitu : (1) berdoa untuk keduanya, (2) memintya ampun untuk keduanya, (3) melaksanakan janji-janji keduanya setelah keduanya meninggal, (4) memuliakan teman-teman keduanya (5) dan menyambung shilaturrahim yang tidak tersambung sebelumnya kecuali karena keduanya. –(HR.Ibnu Majah : 3654, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah AsySyamilah, bab shil man kaana abuuka yashilu, juz : 11, hal. 56)

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (24)

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".(QS.Al-Isra’ : 24)

Semoga kita menjadi anak yang shalih/shalihah, berbakti dan taat kepada kedua orang tua serta menghormati guru. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar