Sabtu, 26 Juni 2010

GERHANA

Pesan Rasulullah SAW bila ada gerhana :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا اَّنَّهُ كَانَ يُخْبِرُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم : اِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَ لاَ لِحَيَاتِهِ وَ لَكِــنَّهُمَا آ يَتَانِ مِنْ آ يَاتِ اللهِ، فَاِذَارَاَيْتُمُهُمَا فَصَلُّوْا {رواه البخاري}

Dari Ibnu Umar ra, bahwasanya ia meriwayatkan dari Nabi saw, : Sesungguhnya matahari dan bulan itu mengalami gerhana bukan karena matinya sesorang, dan bukan pula karena hidupnya seseorang, tetapi keduanya itu adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Oleh karena itu, maka apabila kamu melihatnya, salatlah. (HR. Bukhari)

عن عائشة قالت خسفت الشمس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فصلى ففرغ من صلاته حين تجلى عن الشمس فحمد الله وأثنى عليه ثم قال : " إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله فإذا رأيتموهما فصلوا وتصدقوا

Dari Aisyah ia berkata : pada masa Rasulullah saw terjadi gerhana matahari, maka beliau mengerjakan shalat gerhana, dan beliau selesai mengerjakan shalat ketika matahari telah tampak kembali, lalu beliau memuji Allah, kemudian bersabda : Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Oleh karena itu, jika kamu sekalian melihatnya, maka shalatlah dan bersedekahlah. (HR.Ibnu Abi Syaibah, Mushnaf Ibnu Abi Syaibah, juz : 2, hal. 353)

Shalat gerhana :

عَنْ عَائِشَةَ فَقُلْتُ لِعُرْوَةَ : اِنَّ اَخَاكَ يَوْمَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ بِالْمَدِيْنَةِ لَمْ يَزِدْ عَلَى رَكْعَتَيْنِ مِثْلَ الصُّبْحِ {رواه البخاري}

Dari Aisyah, saya katakan kepeda Urwah : Sesungguhnya saudaramu pada waktu terjadi gerhana matahari di Madinah mengerjakan shalat tidak lebih dari dua rakaat seperti salat subuh. (HR. Bukhari)

Cara shalat gerhana :

315-عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ r قَالَتْ : خَسَفَتِ الشَّمْسُ فَيْ حَيَاةِ النَّبِيِّ r فَخَرَجَ اِلَى الْمَسْجِدِ فَصَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ فَكَبَّرَ فَاقْتَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ r قِرَاءَةً طَوِيْلَةً ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً. ثُمَّ قَالَ : سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقَامَ وَلَمْ يِسْجُدْ.وَ قَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيْلَةً هِيَ اَدْنَى مِنَ الْقِرَاءَةِ اْلأُوْلَى ثُمَّ كَبَّرَ وَرَكَعَ رُكُوْعًا طَوِيْلاً وَ هُوَ اَدْنَى مِنَ الرُّكُوْعِ اْلأَوَّلِ. ثُمَّ قَالَ : سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ سَجَدَ. ثُمَّ قَالَ فِى الرَّكْعَةِ اْلآ خِرَةِ مِثْلَ ذَالِكَ. فَاسْتَكْمَلَ اَرْ بَعَ رَكَعَاتٍ فِيْ اَرْ بَعِ سَجَدَاتٍ {رواه البخاري}

Dari Aisyah isteri Nabi saw, ia berkata : Pada masa hidupnya Nabi saw, terjadi gerhana matahari, maka beliau keluar ke mesjid untuk mengerjakan shalat, lalu jama'ah membuat saf di belakangnya. Kemudian Rsulullah saw, bertakbir dan membacakan bacaan (Al-Fatihah dan ayat) yang panjang, terus bertakbir lagi yang dilanjutkan degan ruku' yang panjang. Terus membaca "Sami'allaahu liman hamidahu", kemudian berdiri kembali tanpa sujud. Terus membacakan bacaan (Al-Fatihah dan ayat) yang panjang, namun lebih pendek dari bacaan yang pertama, terus bertakbir lagi yang dilanjutkan degan ruku' yang panjang, namun lebih pendek dari ruku' yang pertama, Selanjutnya membaca "Sami'allaahu liman hamidahu Rabbanaa wa lakal hamdu", kemudian baru bersujud. Nabi saw, bersabda : Pada rakaat yang terakhir seperti itu juga. Maka menjadi lengkaplah shalat gerhana itu menjadi empat kali ruku' dan empa kali sujud. (HR. Bukhari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar