Ketika kita membuka lembaran-lembaran (Mushhaf) kitab suci Al-Qur’an, lalu ayat demi ayat kita baca dengan memperhatikan bentuk-bentuk huruf dan harakatnya, dikumandangkan dengan tertil berdasarkan kaedah-kaedah ilmu tajwid, itu namanya “Tilawah”. Tilawah Al-Qur’an termasuk ibadah yang sangat tinggi nilainya, bahkan Rasulullah menegaskan dalam salah satu sabdanya : Ada 4 golongan manusia yang selalu dirindukan kedatangannya oleh surga, antara lain adalah “Tali Al-Qur’an”, yaitu orang yang membaca teks ayat-ayat Al-Qur’an.
Ketika kita membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan berusaha memahami makna kandungannya, menggali mutiara-mutiara yang tersurat dan tersirat di dalamnya, itu namanya “Qira-ah”. Berkenaan dengan “Qira-ah” inilah kita mesti lebih hati-hati agar jangan samapi terseret oleh bujuk rayuan setan dengan mengikuti kehendak hawa nafsu. Untuk itulah Allah mengingatkan :
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu qiraatil qur’an (menjelaskan makna kandungan) Al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. (QS.An-Nahl [16] : 98)
Marilah kita memantapkan iman dengan cara Tilawah dan Qira-ah Al-Qur’an. Suatu ketika pada zaman Rasulullah beberapa orang pemuda menceritakan pengalamannya dalam perjuangan meraih tingkat keimanan yang lebih tinggi. Mereka menuturkan sebagaimana yang dikisahkan oleh Jundub bin Abdillah : “Kami berada bersama Nabi saw dan kami adalah termasuk pemuda-pemuda yang kekar dan kuat. Kami belajar iman sebelum belajar Al-Qur’an, lalu kami belajar Al-Qur’an, maka dengan itu, bertambah mantaplah iman kami”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar