QADLA’ (MENGGANTI) PUASA
RAMADLAN
Qadla' adalah bentuk
masdar dari kata “qadlaa”, yang artinya adalah “memenuhi” atau “melaksanakan”.
Menurut istilah, qadla’ adalah pelaksanaan
suatu ibadah di luar waktu yang telah ditentukan. Misalnya, qadla’ puasa
Ramadhan, maksudnya adalah puasa Ramadhan yang dilaksanakan sesudah bulan
Ramadhan, karena puasa tersebut pada bulan itu tidak dapat dilaksanakannya atau
ditinggalkan. Puasa
Ramadlan yang ditinggalkan adalah wajib diqadla’ (diganti) sebanyak hari yang
ditinggalkan, berdasarkan firman Allah :
.....وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ
عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ....
Dan barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. (QS.Al-Baqarah : 185)
Mengqadha’ puasa boleh dilaksanakan
dengan berturut-turut atau terpisah-pisah, yang penting jumlahnya sama dengan
hari yang ditinggalkan, berdasarkan sebuah hadits :
حَدَّثَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ عَبْدُ الْبَاقِى بْنُ قَانِعٍ الْقَاضِى
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَنْصُورٍ الْفَقِيهُ أَبُو
إِسْمَاعِيلَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ قَالاَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ بِشْرٍ
حَدَّثَنَا عَلِىُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ نَافِعٍ
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : فِى قَضَاءِ رَمَضَانَ إِنْ شَاءَ فَرَّقَ
وَإِنْ شَاءَ تَابَعَ.
(رواه الدارقطني : 2353 –سنن الدارقطني–
المكتبة الشاملة –باب القبلة للصائم- الجزء : 6– صفحة : 95)
Telah menceritakan kepada kami Abu
Al-husain Abdulbaqi bin Qani’ Al-Qadli, Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Abdillah bin Manshur Al-Faqih Abu Isma’il dan Muhammad bin Utsman, mereka
berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Bisyr, Telah
menceritakan kepada kami Ali bin Mushir, dari Ubaidillah bin Umar, dari Nafi’,
dari Ibnu Umar, bahwa nabi saw bersabda : Dalam meng-qadla’ puasa ramadlan,
jika ia suka, dilaksanakannya secara terpisah-pisah, dan jika is suka, dilaksanakannya
secara berturut-turut. (HR. Daruquthni : 2353, Sunan Daruquthni,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-Qublah Lish-Shaaim, juz : 6, hal. 95)
Batas waktu mengqadla’ puasa ramadlan adalah
dari bulan Syawal hingga bulan Sya’ban (menjelang bulan Ramadhan). Pendapat ini
berdasarkan hadits riwayat ‘Aisyah ra
:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ
حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ سَمِعْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهَا تَقُولُ : كَانَ يَكُونُ
عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي
شَعْبَانَ. (رواه البخاري : 1814- صحيح البخاري– المكتبة
الشاملة –باب متى يقضي قضاء رمضان- الجزء : 7– صفحة : 47)
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus, telah
menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Abu
Salamah, ia berkata : Aku mendengar 'Aisyah ra,
berkata : "Aku berhutang puasa Ramadhan dan aku tidak bisa mengqadla'nya
kecuali pada bulan Sya'ban".(HR. Bukhari : 1814, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab mataa yaqdlii qadlaa-a ramadlaan, juz : 7, hal.47).
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يُونُسَ
حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ قَالَ
سَمِعْتُ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا تَقُولُ : كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ فَمَا
أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَهُ إِلَّا فِي شَعْبَانَ الشُّغْلُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.(رواه
مسلم : 1933- صحيح مسلم –المكتبة الشاملة – بَاب قضاء رمضان في
شعبان – الجزء : 6– صفحة : 2)
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdullah bin
Yunus, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Sa'id, dari Abu Salamah, ia berkata
: Saya mendengar Aisyah ra, berkata
: "Aku punya hutang puasa
Ramadlan dan aku tidak bisa mengqadla'nya kecuali pada bulan Sya'ban, berhubungan
dengan kesibukanku bersama Rasulullah saw." (HR.Muslim
: 1933, shahih Muslim,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Qahlaau ramadlan fii sya’ban, juz : 6, hal. 2)
Qadla' Tertunda Sampai
Ramadlan Berikutnya
Batas waktu mengqadla’ puasa
ramadlan lebih dari cukup, yaitu dari bulan Syawal hingga bulan Sya’ban
(menjelang bulan Ramadhan). Namun demikian, tidak mustahil jika ada orang-orang,
dengan alasan tertentu, belum juga melaksanakan qadla' puasa Ramadhan, sampai
tiba bulan Ramadhan berikutnya. Penangguhan atau penundaan pelaksanaan qadla'
puasa Ramadhan sampai tiba Ramadhan berikutnya –tanpa halangan yang sah–, maka
hukumnya haram dan berdosa, karena melalaikan kewajiban yang ditetapkan oleh
Allah. Sedangkan jika penangguhan tersebut disedbabkan ada udzur syar’i yang
selalu menghalanginya, seperti sakit atau sebab lainnya, maka tidaklah berdosa.
Orang Yang Meninggal Yang Memiliki Kewajiban
Qadla' Puasa
Orang yang meninggal dunia yang
masih memiliki kewajiban meng-qadla' puasa, maka bagi pihak wali atau
kerabatnya “disunatkan” melaksanakan qadla' puasanya tersebut sebagai
gantinya yang akan membebaskannya dari kewajiban. Demikianlah pendapat yang terpilih oleh mazhab
Syafi’i. Pelaksanaan qadla' puasa tersebut, boleh dilakukan oleh orang lain,
dengan seizin atau atas perintah wali atau kerabatnya. [1] Hadits Nabi
saw :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ مُوسَى بْنِ أَعْيَنَ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ
عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي جَعْفَرٍ أَنَّ مُحَمَّدَ بْنَ جَعْفَرٍ حَدَّثَهُ
عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ مَاتَ
وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ. (رواه البخاري : 1816- صحيح البخاري– المكتبة الشاملة
–باب من مات وعليه صوم- الجزء : 7– صفحة : 51)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid, telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Musa bin A'yan, telah menceritakan kepada
kami ayahku, dari 'Amru bin Al Harits,
dari 'Ubaidullah bin Abu Ja'far, bahwa Muhammad bin Ja'far menceritakan
kepadanya, dari 'Urwah, dari 'Aisyah ra,
bahwa Nabi saw, bersabda : "Barangsiapa meninggal dunia dan
memiliki hutang puasa maka walinya berpuasa untuk menggantikannya".(HR.
Bukhari : 1816, Shahih Bukhari,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab man
mata wa ‘alaihi shawmun, juz : 7, hal.
51)
و حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ عُمَرَ الْوَكِيعِيُّ
حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ زَائِدَةَ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ مُسْلِمٍ
الْبَطِينِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ
إِنَّ أُمِّي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرٍ أَفَأَقْضِيهِ عَنْهَا فَقَالَ
لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكَ دَيْنٌ أَكُنْتَ قَاضِيَهُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ قَالَ
فَدَيْنُ اللَّهِ أَحَقُّ أَنْ يُقْضَى. (رواه مسلم : 1937 - -صحيح مسلم– المكتبة الشاملة –باب قضاء الصيام عن
الميت- الجزء :6– صفحة :7)
Dan telah
menceritakan kepadaku Ahmad bin Umar Al-Waki’i,
telah menceritakan kepada kami Husain bin Ali, dari Zaidah, dari
Sulaiman Al-Bathin, dari Sa’id bin
Jubair, dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : Seorang laki-laki datang kepada
Nabi saw, lalu bertanya : Wahai Rasulullah, ibu saya meninggal, padahal masih
punya hutang puasa selama satu bulan, apakah saya boleh meng-qadla’ puasa itu untuknya? Nabi saw, bersabda : Seandainya ibumu
mempunyai hutang, apakah engkau akan membayar hutang itu? Ia menjawab : Ya,
saya akan membayarnya. Maka Nabi saw, bersabda : Maka hutang kepada Allah itu lebih
patut untuk dibayar.(HR.Muslim :1437, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Qadlaish shiyam
‘anil mayyiti, juz : 6,hal. 7)
Jumlah Hari Yang Ditinggalkan Tidak
Diketahui
Melaksanakan qadla' puasa sebanyak
hari yang telah ditinggalkan merupakan suatu kewajiban. Baik qadla' puasa untuk
dirinya sendiri, maupun untuk anggota keluarga yang telah meninggal dunia.
Namun dalam hal ini, tidak mustahil terjadi bahwa jumlah hari yang harus diqadla'
puasanya itu tidak diketahui lagi, misalnya lantaran sudah terlalu lama, atau
memang sulit diketahui jumlah harinya. Dalam keadaan seperti ini, sikap arif
adalah menentukan jumlah hari yang paling banyak, sebab kelebihan
hari qadha' puasa adalah lebih baik ketimbang kurang. Dimana kelebihan hari
qadha' tersebut akan menjadi ibadah sunnat yang tentunya memiliki nilai
tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar