SUNAT PUASA
Banyak
sekali amalan sunnah dalam melaksanakan ibadah puasa, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1. Makan Sahur
Makan sahur disunatkan dan lebih utama diakhirkan agar tubuh
kita kuat dalam melaksanakan ibadah puasa. Makan sahur juga sekaligus membedakan
puasa orang Islam dengan puasa ahli kitab (Yahudi dan Nasrani).[1]
Rasulullah saw menyeru kita agar bersahur :
أَخْبَرَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ أَنْبَأَنَا عَبْدُ
اللَّهِ عَنْ بَقِيَّةَ بْنِ الْوَلِيدِ قَالَ أَخْبَرَنِي بَحِيرُ بْنُ سَعْدٍ
عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِ يكَرِبَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:عَلَيْكُمْ بِغَدَاءِ السُّحُورِ فَإِنَّهُ هُوَ
الْغَدَاءُ الْمُبَارَكُ. (رواه
النسائي : 2135 –سنن النسائي– المكتبة الشاملة –باب تسمية السحور غداء- الجزء : 7– صفحة :333)
Telah
mengabarkan kepada kami Suwaid bin Nashr, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Abdullah, dari Baqiyyah bin Al-Walid, ia berkat : Telah mengabarka
kepadaku Bahir bin Sa’ad, dari Khalid bin Ma’dan, dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib,
dari Nabi saw bersabda : Hendaklah
kalian makan sahur, karena itulah makanan yang penuh berkah. (HR. An-Nasai
: 2135, Sunan An-Nasai, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab tasmiyatus ghadaa-an, juz : 7, hal. 333).
حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ صُهَيْبٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ
بَرَكَةً. (رواه البخاري : 1789 - صحيح البخاري– المكتبة الشاملة –باب بركة
السحور من غير ايجاب- الجزء : 7– صفحة : 3)
Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abi Iyas, telah
menceritakan kepada kami Syu’bah, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin
Shuhaib, ia berkata : Aku telah mendengar Anas bin Malik ra berkata : Nabi saw bersabda : Bersahurlah
kalian karena di dalam sahur itu ada barakah. (HR. Bukhari :
1789, shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab barakatus shuuri min
ghairi iijaabin, juz : 7, hal. 3).
Yang
dimaksud dengan “barakah” dalam hadits ini adalah pahala atau
kuat dan tetap segar dalam menjalankan ibadah puasa sehingga beban terasa lebih
ringan.[2] Dalam hadits lain Rasulullah saw
menegaskan :
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ
عَنْ سَالِمِ بْنِ غَيْلَانَ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ عَدِيِّ
بْنِ حَاتِمٍ الْحِمْصِيِّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْإِفْطَارَ وَأَخَّرُوا السُّحُورَ.
(رواه احمد : 20350 -مسند احمد -
المكتبة الشاملة – باب حديث أبي ذر الغفاري رضي
الله عنه– الجزء : 43– صفحة : 316)
Telah
menceritakan kepada kami Musa bin Daud, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Lahi’ah, dari Salim bin Ghailan, dari Sulaiman bin Abi Utsman, dari ‘Adi bin
Hatim Al-Himshi, dari Abu Dzar, ia berkata :
Rasulullah saw bersabda : Umatku akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan berbuka dan mengakhirkan makan sahur. (HR.Ahmad : 20350, Musnad Ahmad, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab hadits Abu Dzar Al-Ghifari,
juz : 43, hal. 316)
2.
Menyegerakan Berbuka
Menyegerakan berbuka disunatkan apabila matahari telah
nyata sudah terbenam atau telah masuk waktu maghrib. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا
هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْإِفْطَارَ.(رواه ابن ماجه : 1687 - سنن ابن ماجه–المكتبة الشاملة – بَاب ما
جاء فى تعجيل الإفطار– الجزء : 5– صفحة :215)
Telah menceritakan kepada kami
Hisyam bin ‘Ammar dan Muhammad bin Ashshabbah, mereka berdua berkata : Telah
menceritakan kepada kami Abdul Azizi bin Abi Hazim dari ayahnya, dari Sahl bin
Sa’ad, bahwa Nabi Nabi saw bersabda : Manusia akan senantiasa berada dalam
kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka. (HR.Ibnu Majah : 1687, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a
fii ta’jilil ifthar, juz : 5, hal.215)
3.
Berbuka Dengan Kurma
Disunatkan berbuka dengan kurma, sesuatu
yang manis, atau dengan air. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ
الْبُنَانِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ :كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ
يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ
حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ.(رواه
ابو داود : 2009 - سنن ابو داود–المكتبة
الشاملة–باب ما يفطر عليه-الجزء : 6-صفحة : 306)
Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq, telah
menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaiman,
telah menceritakan kepada kami
Tsabit Al-Bunani, bahwa ia pernah mendengar Anas bin Malik berkata : Rasulullah
saw berbuka dengan Ruthab (kurma basah) sebelum
shalat, jika tidak ada ruthab, maka berbuka dengan tamr (kurma kering), jika
tamr tidak ada juga, maka beliau minum air beberapa teguk. (HR.Abu Daud :
2009, Sunan Abu Daud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, babu maa yufthiru ‘alaih, juz : 6, hal. 306)
4. Membaca Do’a Ketika Berbuka
حَدَّثَنَا
مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ عَنْ حُصَيْنٍ عَنْ مُعَاذِ بْنِ زُهْرَةَ أَنَّهُ
بَلَغَهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا
أَفْطَرَ قَالَ اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ. (رواه ابو داود : 2011 - سنن ابو داود–المكتبة الشاملة–باب القول
عند الإفطار-الجزء : 6-صفحة : 309)
Telah menceritakan kepada kami
Musaddad, telah menceritakan kepada kami
Husyaim, dari Hushain, dari Muadz bin Zuhrah, bahwa telah sampai kepadanya, bahwa Nabi
saw apabila berbuka beliau berdo’a : Ya
Tuhanku, untuk-Mu aku berpuasa dan dengan Rizqi-Mu aku berbuka. (HR.Abu Daud : 2011,
Sunan Abu Daud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, babu Al-Qaul ‘Indal Ifthar, juz : 6,
hal. 309)
Terdapat kalimat do’a tambahan
dalam hadits lain :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى
أَبُو مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ أَخْبَرَنِي الْحُسَيْنُ بْنُ
وَاقِدٍ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ يَعْنِي ابْنَ سَالِمٍ الْمُقَفَّعَ قَالَ رَأَيْتُ
ابْنَ عُمَرَ يَقْبِضُ عَلَى لِحْيَتِهِ فَيَقْطَعُ مَا زَادَ عَلَى الْكَفِّ
وَقَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ
قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ
اللَّهُ. (رواه ابو داود : 2010 - سنن ابو
داود–المكتبة الشاملة–باب القول عند الإفطار-الجزء : 6-صفحة : 308)
Telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Muhammad bin Yahya Abu Muhammad, telah menceritakan kepada kami
Ali bin Hasan, telah mengabarkan kepadaku
Husain bin Waqid, telah menceritakan kepada kami Marwan yaitu Salim bin
Muqaffa’ ia berkata : Saya melihat Ibnu Umar mengganggam jenggotnya dan
memotong jenggot yang melebihi telapak tangan. Dan ia berkata : Rasulullah saw
apabila berbuka beliau berdo’a : Telah hilang dahaga, telah basah tenggorokan dan
telah tetap pahala, insyallah. (HR.Abu Daud : 2010, Sunan Abu Daud,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, babu Al-Qaul ‘Indal Ifthar, juz : 6, hal. 308)
5. Memberikan Makan Untuk Berbuka Puasa
Sunat memberikan makanan atau minuman kepada orang-orang
untuk berbuka puasa. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحِيمِ عَنْ
عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ
الْجُهَنِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ
فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ
أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا. (رواه الترمذي : 735 - سنن الترمذي
-المكتبة الشاملة – باب فى فضل من فطر صائما– الجزء : 3– صفحة :301)
Telah menceritakan kepada kami
Hannad, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman, dari Abdul Malik bin Abi
Sulaiman, dari ‘Atha’, dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, ia berkata : Rasulullah
saw bersabda : Barangsiapa yang memberi makanan untuk berbuka bagi orang
yang berpuasa, maka ia mendapat pahala seperti
pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang
berpuasa sedikitpun. (HR.Tirmidzi –
735, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab fii fadhli man faththara
shaaiman, juz : 3,
hal. 301)
6. Banyak Sedekah
Disunatkan
memperbanyak sedekah selama dalam bulan suci Ramadhan karena sedekah yang lebih
utama adalah sedekah di bulan Ramdhan. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا مُوسَى
بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ مُوسَى عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ
سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الصَّوْمِ أَفْضَلُ
بَعْدَ رَمَضَانَ فَقَالَ شَعْبَانُ لِتَعْظِيمِ رَمَضَانَ قِيلَ فَأَيُّ
الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ. (رواه الترمذي : 599 - سنن
الترمذي -المكتبة الشاملة – باب ما جاء فى فضل الصدقة– الجزء : 3– صفحة : 27)
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Isma’il, telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il, Telah menceritakan kepada
kami Shadaqah bin Musa, dari Tsabit, dari Anas, ia berkata : Nabi saw
ditanya : Kapankah puasa yang lebih utama setelah puasa Ramadhan? Beliau
menjawab : Puasa yang lebih utama adalah puasa di bulan Sya’ban karena
menghormati bulan Ramadhan. Ditanyakan lagi : Kapankah sedekah yang lebih
utama? Beliau menjawab : Sedekah yang lebih utama adalah sedekah di bulan
Ramdhan. (HR.Tirmidzi
– 599, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii fadhlis
shadaqati, juz:3,hal.27)
7.
Tadarus Al-Qur’an
Memperbanyak
membaca Al-Qur’an dan tadarus
(saling mempelajari, saling meneliti, menelaah dan mengkaji secara lebih
mendalam) adalah salah satu amalan sunah utama di bulan Ramadan. Terlebih, pada
bulan suci inilah Al-Qur’an mulai diturunkan. Malaikat Jibril senantiasa
tadarus Al-Qura’n bersama Rasulullah Muhammad saw setiap hari sepanjang Ramadan.
Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا عَبْدَانُ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ
اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ ح و حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ
مُحَمَّدٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ وَمَعْمَرٌ
عَنْ الزُّهْرِيِّ نَحْوَهُ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ
النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ
وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ
فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ
الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ.
(رواه البخاري : 5 - صحيح البخاري– المكتبة الشاملة –باب بدء الوحي - الجزء :1–
صفحة :7)
Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdan, ia berkata :
Telah mengabarkan kepada kami Abdullah, ia berkata : Telah mengabarkan
kepada kami Yunus, dari Az-Zuhri. Dan telah menceritakan kepada kami Bisyr bin
Muhammad, ia berkata : Telah mengabarkan kepada kami Abdullah, ia berkata : Telah
mengabarkan kepada kami Yunus dan Ma’mar, dari Azzuhri, ia berkata : Telah
mengabarkan kepadaku ‘Ubaidullah bin Abdillah, dari Ibnu Abbas, ia berkata :
Rasulullah saw adalah orang yang paling
murah hati, lebih-lebih ketika bertemu Jibril di bulan Ramadhan. Beliau bertemu
Jibril pada setiap malam bulan Ramadhan untuk tadarus Al-Qur'an. Maka sifat
murah hati Rasulullah saw melebihi hembusan angin." (HR. Bukhari :
5, Shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab bad’ul wahyi, juz : 1, hal. 7).
Tadarus Al-Qur’an mempunyai banyak kelebihan. Selain
kelebihan-kelebihan yang dijanjikan bagi siapa yang membaca Al-Quran,
Rasulullah saw juga telah bersabda :
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو
مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ
تَعَالَى يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا
نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ
الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ. (رواه ابو داود : 1243 -سنن ابو داود–المكتبة الشاملة–باب فضل
الإجتماع على تلاوة القرآن والذكر-الجزء : 13-صفحة : 212)
Telah
menceritakan kepada kami Utsman bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami
Abu Muawiyah, dari Al-A’masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dari Nabi
saw, beliau bersabda : Tidak
berkumpul suatu kaum pada sebuah rumah dari rumah-rumah Allah, mereka membaca
dan bertadarus Al-Qur’an, melainkan diturunkan kepada mereka ketenangan
(sakinah), diliputi rahmat, dikelilingi malaikat dan Allah menyebut mereka pada
orang (para malaikat) yang ada di sisi-Nya. (HR.Abu Daud : 1243, Sunan Abu
Daud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, babu Fadhlul ijtima’ alaa tilawatil qur’an wadz
dzikri, juz : 13, hal. 212)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar