HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA
1.
Makan dan minum. Firman Allah :
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ
الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
Dan makan minumlah hingga jelas
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. (QS.Al-Baqarah
: 187)
Yang dimaksud dengan “benang
putih dan benang hitam” ialah terangnya siang dan gelapnya malam,
berdasarkan hadits :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ
عَنْ مُطَرِّفٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَدِيِّ بْنِ حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا{الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنْ
الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ} أَهُمَا الْخَيْطَانِ قَالَ إِنَّكَ لَعَرِيضُ الْقَفَا
إِنْ أَبْصَرْتَ الْخَيْطَيْنِ ثُمَّ قَالَ لَا بَلْ هُوَ سَوَادُ اللَّيْلِ
وَبَيَاضُ النَّهَارِ.
(رواه البخاري : 4150 - صحيح
البخاري – المكتبة الشاملة – باب قوله وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ
لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ- الجزء :
13– صفحة : 452)
Telah menceritakan kepada kami
Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Mutharrif, dari
Asy Sya'bi, dari 'Adi bin Hatim ra,
berkata : Aku bertanya : Ya Rasulullah! Apakah yang dimaksud benang
putih dan benang hitam itu? Apakah benar-benar berbentuk benang tali? Beliau
menjawab : 'Sesunguhnya lehermu terlalu panjang bila melihat kedua benang itu.
tidak demikian, sesungguhnya yang dimaksud adalah hitamnya malam dan putihnya
siang hari.' (HR.Bukhari : 4150, , Shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Qauluhuu : Wa kuluu wasyrabuu Hattaa yatabayyana lakumul
khaithul abyadlu......, juz : 13, hal. 452)
Makan
dan minum yang membatalkan puasa ialah apabila dilakukan dengan sengaja.
Apabila tidak disengaja, seperti lupa, maka tidak membatalkan puasa. Hadits
Nabi :
حَدَّثَنَا
عَبْدَانُ أَخْبَرَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا هِشَامٌ حَدَّثَنَا ابْنُ
سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا نَسِيَ فَأَكَلَ وَشَرِبَ فَلْيُتِمَّ
صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللَّهُ وَسَقَاهُ. (رواه البخاري : 1797 - صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب
الصائم اذا أكل او شرب ناسيا- الجزء : 7– صفحة :
17)
Telah menceritakan kepada kami 'Abdan, telah mengabarkan
kepada kami Yazid bin Zurai', telah menceritakan kepada kami Hisyam, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw bersabda : "Jika seseorang lupa lalu
dia makan dan minum (ketika sedang berpuasa) maka hendaklah dia meneruskan
puasanya karena hal itu berarti Allah telah memberinya makan dan minum".(HR.Bukhari
: 1797, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Ash-Shaim idzaa akala aw syariba
naasiyan, juz : 7, hal. 17)
Sama dengan makan dan minum (membatalkan
puasa) adalah memasukkan suatu benda ke dalam badan kita melalui lubang yang telah ada seperti rongga mulut, lubang hidung,
telinga, dubur dan kubul, berdasarkan perkataan Ibnu Abbas dan ‘Ikrimah
:
حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْحَكَمِ بْنِ ثَوْبَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ..... وَقَالَ ابْنُ
عَبَّاسٍ وَعِكْرِمَةُ الصَّوْمُ مِمَّا دَخَلَ وَلَيْسَ مِمَّا خَرَجَ. (رواه البخاري -صحيح البخاري– المكتبة الشاملة
–باب الحجامة والقيء للصائم- الجزء : 7– صفحة : 27)
Telah menceritakan
kepada kami Muawiyah bin Sallam, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari
Umar bin Hakam bin Tsauban, dari Abu
Hurairah..... Ibnu Abbas dan ‘Ikrimah berkata : Puasa itu batal karena ada sesuatu
yang masuk dan bukan karena ada sesuatu yang keluar. (Diriwayatkan oleh
Bukhari, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Alhijaamah wa alqay-a
Lishshaaim, juz : 7, hal. 27)
Memasukkan
sesuatu ke badan seperti “SUNTIKAN” di siang hari pada bulan suci Ramadan
ada dua macam, yaitu :
1. Suntikan nutrisi
(infus), yang bisa menggantikan makanan dan minuman. Suntikan semacam ini membatalkan
puasa karena dinilai seperti makan atau minum.
2. Suntikan selain nutrisi, seperti : suntik obat
atau pengambilan sampel darah. Suntikan semacam ini tidak membatalkan
dan tidak memengaruhi puasa, baik suntikan ini diberikan di lengan atau di
pembuluh. Puasanya sah, karena suntikan tersebut tidaklah termasuk makan atau
minum. Hanya saja, jika memungkinkan, sebaiknya suntikan ini dilakukan di malam
hari, dan itu lebih baik, sebagai bentuk sikap kehati-hatian bagi orang yang
berpuasa.[1]
2.
Muntah dengan sengaja. Muntah yang disengaja membatlkan
puasa, sekalipun tidak ada yang kembali ke dalam perut. Adapun muntah yang
tidak disengaja, tidak membatalkan puasa, berdasarkan hadits :
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ ذَرَعَهُ الْقَيْءُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ
قَضَاءٌ وَمَنْ اسْتَقَاءَ عَمْدًا فَلْيَقْضِ. (رواه الترمذي : 653– سنن الترمذي
-المكتبة الشاملة – باب ما جاء في استقاء عمدا– الجزء : 3– صفحة : 162)
Telah menceritakan kepada kami Ali
bin Hujr, telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus, dari Hisyam bin Hasan,
dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi saw, bersabda : "Barang siapa yang terpaksa
muntah, maka tidak wajib baginya untuk mengqadla' puasanya, namun bagi siapa
yang muntah dengan sengaja, maka wajib baginya untuk mengqhadla'
puasanya." (HR.Tirmidzi – 653, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab maa ja-a fistiraai
‘umdan, juz : 3, hal. 162)
3. Bersetubuh.
Bersetubuh di siang hari pada bulan Ramadhan membatalkan puasa, berdasarkan
firman Allah :
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ
إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
Dihalalkan
bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka itu
adalah pakaian bagimu (QS. Al-Baqarah : 187)
Bersetubuh di
waktu siang hari di bulan Ramadhan menjadi sebab wajibnya membayar kafarat. Ada
tiga macam kafarat : (1) memerdekakan budak; (2) puasa 2 bulan berturut-turut;
(3) memberi makan 60 orang miskin, tiap orang 1 mud. Di antara 3 alternatif
kafarat tersebut, seseorang harus melaksanakan dari yang pertama secara
berurutan: harus memerdekakan budak; bila tidak menemukan atau tidak mampu
memerdekakan budak, baru pindah ke alternatif kedua; jika tidak mampu berpuasa
2 bulan berturut-turut, baru boleh memilih alternatif ketiga, yaitu memberi
makan 60 orang miskin. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
وَابْنُ نُمَيْرٍ كُلُّهُمْ عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا
سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ هَلَكْتُ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ وَمَا أَهْلَكَكَ قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي فِي رَمَضَانَ
قَالَ هَلْ تَجِدُ مَا تُعْتِقُ رَقَبَةً قَالَ لَا قَالَ فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ
تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ قَالَ لَا قَالَ فَهَلْ تَجِدُ مَا تُطْعِمُ
سِتِّينَ مِسْكِينًا قَالَ لَا قَالَ ثُمَّ جَلَسَ فَأُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ فَقَالَ تَصَدَّقْ بِهَذَا
قَالَ أَفْقَرَ مِنَّا فَمَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ إِلَيْهِ
مِنَّا فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ
أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ.(رواه مسلم : 1870 - صحيح مسلم –المكتبة الشاملة – بَاب
تغليظ تحريم الجماع فى نهار رمضان – الجزء :
5– صفحة : 427)
Telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Yahya dan Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Zuhair bin Harb dan Ibnu
Numair semuanya dari Ibnu Uyainah - Yahya berkata- telah mengabarkan kepada
kami Sufyan bin Uyainah, dari Az Zuhri, dari Humaid bin Abdurrahman, dari Abu
Hurairah ra, ia berkata : Seorang
laki-laki datang menghadap Nabi saw, dan
berkata, "Celaka diriku wahai Rasulullah." Beliau bertanya :
"Apa yang telah mencelakakanmu?" Laki-laki itu menjawab : "Saya
telah menggauli isteriku di siang hari pada bulan Ramadlan." Beliau
bertanya : "Sanggupkah kamu untuk memerdekakan budak?" Ia menjawab :
"Tidak." Beliau bertanya lagi : "Sanggupkan kamu berpuasa dua
bulan berturut-turut?" "Tidak." Jawabnya. Beliau bertanya lagi :
"Sanggupkah kamu memberi makan kepada enam puluh orang miskin?" Ia
menjawab : "Tidak." Abu Hurairah berkata : Kemudian laki-laki itu pun
duduk, sementara Nabi saw diberi satu
keranjang berisi kurma. Maka beliau pun bersabda : "Bersedekahlah dengan
kurma ini." Laki-laki itu pun berkata : "Adakah orang yang lebih
fakir dari kami. Karena tidak ada penduduk di sekitar sini yang lebih
membutuhkannya daripada kami." Mendengar ucapan itu, Nabi saw tertawa hingga gigi taringnya terlihat.
Akhirnya beliau bersabda : "Pulanglah dan berilah makan keluargamu
dengannya." (HR.Muslim :1870,
shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
bab taghlizh tahrimil jima’ fii nahaari ramadhan, juz : 5, hal. 427)
4. Keluar darah haid
atau nifas. Keluar darah haid atau nifas membatalkan puasa
berdasarkan hadits :
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ عُبَيْدَةَ
عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كُنَّا نَحِيضُ
عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ
الصَّوْمِ.(رواه ابن ماجه : 1660- سنن ابن ماجه–المكتبة
الشاملة – بَاب ما جاء فى قضاء رمضان – الجزء :
5– صفحة : 177)
Telah menceritakan kepada kami Ali
bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair, dari
Ubaidah, dari Ibrahim, dari Al Aswad, dari 'Aisyah ia berkata : "Kami
pernah mengalami haidl di sisi Nabi saw, lalu beliau memerintahkan kami untuk
mengqadla puasa."
(HR.Ibnu Majah : 1660, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii
qadhaai Ramadahan, juz : 5, hal. 177)
5. Keluar mani
dengan sengaja, umpama karena menyentuh lawan jenisnya atau karena lainnya adalah
membatalkan puasa. Orang yang mencumbu istri ketika puasa,
selama tidak sampai keluar mani, maka puasanya tidak batal. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا
حَجَّاجٌ حَدَّثَنَا لَيْثٌ حَدَّثَنِي بُكَيْرٌ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ
سَعِيدٍ الْأَنْصَارِيِّ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : هَشَشْتُ يَوْمًا فَقَبَّلْتُ
وَأَنَا صَائِمٌ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقُلْتُ صَنَعْتُ الْيَوْمَ أَمْرًا عَظِيمًا قَبَّلْتُ وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتَ
بِمَاءٍ وَأَنْتَ صَائِمٌ فَقُلْتُ لَا بَأْسَ بِذَلِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَفِيمَ. (رواه احمد : 350 -مسند احمد - المكتبة الشاملة – باب مسند عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ رضي الله عنه– الجزء : 1 – صفحة :
354)
Telah menceritakan kepada kami
Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Laits, telah menceritakan kepadaku
Bukair, dari Abdul Malik Bin Sa'id Al Anshari, dari Jabir Bin Abdullah, dari
Umar Bin Al Khaththab bahwa dia berkata
: "Pada suatu hari hasyratku (syahwatku) bergejolak, kemudian
mencium (istri) padahal aku sedang berpuasa, maka aku datang menemui Rasulullah
saw dan mengatakan : "Hari ini aku
melakukan suatu perbuatan (kesalahan) yang besar, aku mencium (istri) padahal
sedang berpuasa." Rasulullah saw menjawab
: "Apa pendapatmu apabila kamu berkumur-kumur dengan air padahal kamu
sedang berpuasa?" Aku menjawab : "Hal itu tidak mengapa (tidak
membatalkan puasa)." Kemudian Rasulullah saw bersabda : "Lalu dimana
masalahnya?" (HR.Ahmad : 350,
Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Musnad Umar bin Khaththab ra, juz : 1,
hal. 354)
Nabi
saw menyamakan keadaan orang yang mencumbu istri
sebagaimana orang yang berkumur. Orang yang berkumur dengan air ketika puasa,
selama tidak menelan air, puasanya tidak batal. Demikian pula, orang yang
mencumbu istri ketika puasa, selama tidak sampai keluar mani, maka puasanya
tidak batal. Akan tetapi sebaiknya menghindari mencumbu isteri di siang hari
ketika puasa, karena dikhawatirkan tidak mampu mengendalikan nafsunya. Rasulullah saw adalah orang yang paling mampu mengendalikan nafsunya
dibandingkan kita. Hadits :
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ قَالَ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ
عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ وَكَانَ
أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ. (رواه البخاري : 1792-صحيح البخاري– المكتبة
الشاملة –باب المباشرة للصائم- الجزء : 7– صفحة : 9)
Telah menceritakan kepada kami
Sulaiman bin Harb berkata, dari Syu'bah, dari Al Hakam, dari Ibrahim, dari Al
Aswad, dari 'Aisyah ra, berkata : "Nabi
saw mencium dan mencumbu (isteri-isteri
beliau) padahal beliau sedang berpuasa. Dan beliau adalah orang yang paling
mampu mengendalikan nafsunya dibandingkan kalian". (HR. Bukhari :
1792, shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab almubaasyarah Lishshaaim,
juz : 7, hal. 9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar