Kamis, 24 April 2014

ALIF LAAM MIIM (QS.AL-BAQARAH : 1)



  (الم) Alif Laam Miim
Ayat 1 dari surah Al-Baqarah adalah  (الم) Alif Laam Miim yang terdiri dari huruf-huruf hijaiyah. Huruf-huruf yang dipenggal-penggal menjadi satu huruf-satu huruf, atau mempersandingkan beberapa huruf yang ada di awal-awal surat seperti (الم) dan semisalnya disebut Al-huruf Al-Muqaththa’ah.[1] Misalnya : ن – ص – ق – طه – يس – حم – طسم - الم – المر- المص - كهيعص dan lain sebagainya. Adapun cara membacanya adalah dengan mengucapkan seperti : ن (nuun), ص (shaad), ق  (qaaf), طه (thaa-haa),  يس (yaa-siin), حم (haa-miim), الم (alif-laam-miim), المر (alif-laam-miim-raa), المص (alif-laam-miim-shaad), طسم (thaa-siim-miim), كهيعص (kaaf-haa-yaa-‘aiin- shaad), dan semisalnya.
Dalam menafsirkan Al-huruf Al-Muqaththa’ah tidak ditemukan riwayat yang shahih dari Nabi saw, sehingga kita hanya merujuk  kepada riwayat-riwayat dari para ulama dengan pendapat yang berbeda-beda, antara lain :
1.  Di dalam Tafsir Al-Jalalain, Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi terkait dengan masalah  الم(Alif-Laam-Miim), beliau menyerahkannya  kepada Allah, artinya  beliau tidak mau menafsirkannya. Beliau  berkata :             الله أعلم بمراده بذلك  (Allah sajalah yang mengetahui maksudnya).[2]  
2.  Al-Imam Abul Fida’ Isma’il bin Umar bin Katsir, di dalam tafsir Ibnu Katsir menyajikan beberapa pendapat ulama, antara lain :
a.    الم (Alif-Laam-Miim)  merupakan sesuatu yang hanya di mengerti oleh Allah, pengertiannya dikembalikan kepada Allah.  Hal ini diriwayatkan oleh imam  Al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya, dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, dan Ibnu Mas’ud.
b.    لم (Alif-Laam-Miim)  merupakan nama-nama surat di dalam kitab suci Al-Qur’an. Hal ini dikatakan oleh Abdurrahman bin Zaid bin Aslam.
c.    الم (Alif-Laam-Miim),  حم (haa-miim), المص (alif-laam-miim-shaad), dan ص (shaad) merupakan pembuka-pembuka surat yang diberlakukan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Hal ini dikatakan oleh  Sufyan As-Tsauri, dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid.
d.    Ibnu Abbas pernah berkata : الم (Alif-Laam-Miim) merupakan asma (nama-nama) Allah Yang Maha Agung.
e.    الم (Alif-Laam-Miim)  merupakan qasam (sumpah), yang dipakai oleh Allah karena merupakan salah satu dari asma (nama-nama)Nya.
f.     Ada yang berpendapat bahwa الم (Alif-Laam-Miim)  merupakan  ringkasan dari kata-kata, umpamanya, Alif adalah ringkasan dari الله “Allah”,  Laam adalah ringkasan dari لطيف “Lathiif” dan Miim adalah ringkasan dari مجيد “Majiid”.
Dan Ibnu Jarir telah menyimpulkan bahwa semua pendapat di atas sebenarnya tidak ada yang bertentangan, yaitu huruf-huruf tersebut merupakan nama-nama surat, nama-nama Allah,  dan pendahuluan surat-surat.[3]
Menurut sebagian ahli tafsir, huruf-huruf abjad seperti الم (Alif-Laam-Miim),  حم (haa-miim), المص (alif-laam-miim-shaad), ص (shaad) dan semisalnya itu disebut oleh Allah pada permulaan beberapa surah dari Al-Qur’an adalah untuk "menantang" bangsa Arab agar membuat ayat-ayat seperti ayat-ayat Al-Qur’an, bila mereka tidak percaya bahwa Al-Qur’an itu datangnya dari Allah dan mendakwakan bahwa Al-Quran itu buatan Muhammad. Tantangan itu bunyinya kira-kira begini : Al-Qur’an itu diturunkan dalam bahasa Arab, yaitu bahasa kamu sendiri, yang tersusun dari huruf-huruf abjad, seperti Alif Laam Miim Raa dan semisalnya. Maka kalau kamu tidak percaya bahwa Al-Qur’an itu datangnya dari Allah dan kamu mendakwakan datangnya dari Muhammad, yakni dibuat oleh Muhammad sendiri, maka cobalah kamu buat ayat-ayat yang seperti ayat Al-Qur’an. Kalau Muhammad dapat membuatnya tentu kamu juga dapat membuatnya. Dan ternyata, sekalipun mereka adalah orang-orang yang fasih berbahasa Arab, dan mengetahui pula seluk-beluk bahasa Arab, namun mereka tidak sanggup menjawab tantangan Al-Qur’an. [4]
Ada pula  yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu didatangkan oleh Allah pada permulaan beberapa surah Al-Qur’an adalah untuk menarik perhatian. Memulai pembicaraan dengan huruf-huruf abjad adalah suatu cara yang belum dikenal oleh bangsa Arab di waktu itu, oleh karenanya, agar hal itu lalu menjadi menarik perhatian mereka.[5]
Sebagian ahli tafsir  menggolongkan huruf-huruf abjad seperti الم (Alif-Laam-Miim),  حم (haa-miim), المص (alif-laam-miim-shaad), ص (shaad) dan semisalnya itu ke dalam golongan ayat-ayat “mutasyabihat” (ayat-ayat yang tidak jelas artinya), sehingga mereka tidak mau menafsirkannya dan diserahkannya kepada Allah. Renungkan firman Allah berikut ini :
هُوَ الَّذِي أَنزلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ.(آل عمران :7)
Dia-lah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang orang yang berakal. (QS. Ali ‘Imran [3] : 7)
Pada ayat ini Allah swt menjelaskan bahwa di dalam Al-Qur’an ada ayat-ayat yang “Muhkamat”, yaitu ayat-ayat yang jelas artinya, arti dan maksud yang sebenarnya dapat diketahui dengan mudah, seperti ayat-ayat hukum, dan sebagainya. Dan ada pula ayat-ayat yang “Mutasyabihat”, yaitu ayat-ayat yang tidak jelas artinya, sukar diketahui arti dan maksud yang sebenarnya, dan hanya Allah swt yang mengetahuinya.




[1].Abul Fida’ Isma’il bin Umar bin Katsir, tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Muqaddimah Ibnu Katsir, juz 1, hal. 18 
[2]. Jalaluddin Al-Mahalli dan  Jalaluddin As-Suyuthi,  Tafsir Al-Jalalain, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab 1, juz 1, hal. 7
[3]. Op cit,  Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab 1, juz 1, hal. 156 - 158
[4]. http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?pageno=1&SuratKe=2#1
[5]. Ibid.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar