Sabtu, 05 November 2011

MAKMUM MASBUQ

Makmum dalam shalat terbagi menjadi dua bagian, yaitu : (1) Makmum Muwafiq (yang setuju/cocok) adalah makmum yang memulai shalatnya bersama imam, dan mempunyai cukup waktu menyelesaikan bacaan Al-Fatihah beserta imam pada rakaat pertama. (2) Makmum Masbuq (yang di dahului) adalah makmum yang terlambat mengikuti imam, sehingga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk membaca Al-Fatihah dengan sempurna beserta imam pada rakaat pertama.

Sesudah takbiratul Ihram, makmum masbuk hendaknya mengikuti Imam dalam posisi yang didapatinya, mungkin imam dalam posisi hendak rukuk, atau sedang rukuk, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud, atau mungkin sedang duduk tasyahud. Hadits :

حدثنا سفيان عن عبد العزيز بن رفيع عن شيخ من الانصار قال جاء رجل والنبى صلى الله عليه وسلم يصلى فلما انصرف قال : إِذَا وَجَدْتُمُوْهُ قَائِمًا أَوْ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا أَوْ جَالِسًا فَافْعَلُوْا كَمَا تَجِدُوْنَهُ, وَلاَ تَعْتَدُّوْا بِالسَّجْدَةِ إِذَا لَمْ تُدْرِكُوْا الرَّكْعَةَ.(رواه البيهقي – السنن الكبرى للبيهقي – المكتبة الشاملة –باب : 2 - الجزء : 2 – صفحة : 296)

Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Abdul Aziz bin Rafi’] dari seorang laki-laki dari sahabat Anshar, ia berkata : Seorang lelaki datang kepada Nabi saw, pada saat beliau sedang mengerjakan shalat, setelah beliau selesai shalat, beliau bersabda : Jika kalian mendapati imam dalam keadaan berdiri, rukuk, sujud, atau duduk, maka lakukanlah sebagaimana engkau mendapatinya. Janganlah engkau memperhitungkan sujudnya, jika engkau tidak mendapati rukuknya. (HR. Baihaqiy, Sunan Al-Kubra Lil-Baihari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab :2, juz : 2, hal. 296)

انبأنا شعبة عن عبد العزيز بن رفيع عن رجل عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : إِذَا جِئْتُمْ وَاْلإِمَامُ رَاكِعٌ فَارْكَعُوْا وَإِنْ كَانَ سَاجِدًا فَاسْجُدُوْا وَلاَ تَعْتَدُّوْا بِالسُّجُوْدِ إِذَا لَمْ يَكُنْ مَعَهُ الرُّكُوْعُ.(رواه البيهقي – السنن الكبرى للبيهقي – المكتبة الشاملة –باب : 2 - الجزء : 2 – صفحة : 89)

Telah menceritakan kepada kami [Syu’bah] dari [Abdul Aziz bin Rafi’] dari seorang lelaki, dari Nabi saw, beliau bersabda : Jika kalian datang, sedang imam rukuk, maka rukuklah. Jika ia sujud, maka bersujudlah, dan jangan perhitungkan sujudnya, jika tidak ada rukuk bersamanya. (HR. Baihaqiy, Sunan Al-Kubra Lil-Baihari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab :2, juz : 2, hal. 89)

Kalimat : “Janganlah engkau memperhitungkan sujudnya, jika engkau tidak mendapati rukukny”. Maksudnya adalah seorang makmum masbuq yang tidak mendapatkan rukuknya imam, maka sujudnya pada rakaat itu tidak dihitung. Atau dengan kata lain : Makmum masbuq yang tidak mendapatkan rukuknya imam, maka pada rakaat tersebut ia tidak dihitung mendapatkan rakaat. Tapi jika ia mendapatkan imam dalam posisi rukuk, lalu ia rukuk bersama imam, maka ia termasuk mendapatkan rakaat. Hadits Nabi :

عَنْ عَبْدِ اللهِ يَعْنِيْ ابْنَ مَسْعُوْدٍ قَالَ : مَنْ لَمْ يُدْرِكِ اْلإِمَامَ رَاكِعًا لَمْ يُدْرِكْ تِلْكَ الرَّكْعَةَ.(رواه البيهقي – السنن الكبرى للبيهقي – المكتبة الشاملة –باب : 2 - الجزء : 2 – صفحة : 90)

Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata : Barangsiapa yang tidak mendapatkan imam sedang rukuk, maka ia tidak mendapatkan rakaat tersebut. (HR. Baihaqiy, Sunan Al-Kubra Lil-Baihari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab :2, juz : 2, hal. 90)

اخبرني مالك وابن جريج عن نافع عن ابن عمر أَنَّهُ كَانَ يَقُوْلُ: مَنْ أَدْرَكَ اْلإِمَامَ رَاكِعًا فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَرْفَعَ اْلإِمَامَ رَأْسَهُ فَقَدْ أَدْرَكَ تِلْكَ الرَّكْعَةَ.(رواه البيهقي – السنن الكبرى للبيهقي – المكتبة الشاملة –باب : 2 - الجزء : 2 – صفحة : 90)

Telah menceritakan kepadaku [Malik] dan [Ibnu Juraij] dari [Nafi’] dari [Ibnu Umar, bahwa sesungguhnya ia berkata : Barangsiapa yang mendapati imam dalam keadaan rukuk, lalu ia rukuk sebelum imam mengangkat kepalanya, maka sungguh ia telah mendapatkan rakaat tersebut. (HR. Baihaqiy, Sunan Al-Kubra Lil-Baihari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab :2, juz : 2, hal. 90)

Apabila ada kekurangan rakaat, maka makmum masbuq wajib menamabah rakaat sesudah imam mengucapkan salam, sesuai dengan jumlah kekurangannya. Hadits Nabi :

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ يَحْيَى عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ جَلَبَةَ رِجَالٍ فَلَمَّا صَلَّى قَالَ مَا شَأْنُكُمْ قَالُوا اسْتَعْجَلْنَا إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ فَلَا تَفْعَلُوا إِذَا أَتَيْتُمْ الصَّلَاةَ فَعَلَيْكُمْ بِالسَّكِينَةِ فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا. (رواه البخاري : 599- صحيح البخاري – المكتبة الشاملة -بَاب قَوْلِ الرَّجُلِ فَاتَتْنَا الصَّلَاةُ – الجزء : 3- صفحة : 13)

Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu’aim], ia berkata : telah menceritakan kepada kami [Syaiban] dari [Yahya] dan [Abdullah bin Abi Qatadah] dari ayahnya, ia berkata : Ketika kami shalat bersama Nabi saw, tiba-tiba beliau mendengar suara gaduh orang-orang. Maka setelah selesai shalat beliau bertanya : Apakah yang terjadi pada kalian? Mereka menjawab : Kami tergesa-gesa mendatangi shalat. Beliau bersabda : Janganlah kalian berbuat seperti itu. Jika kalian mendatangi shalat, maka datanglah dengan tenang. Apa yang kalian dapatkan dari shalat, maka ikutilah, dan apa yang kalian tertinggal, maka sempurnakanlah. (HR.Bukhari : 599, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab qaulilr rajul fattanash shalata, juz : 3, hal. 13)

IMAM YANG DIBENCI

Banyak sekali hadits yang menjelaskan larangan menjadi imam bagi seorang yang dibenci oleh jama’ah disebabkan oleh keagamaan (sebab syar’iyah).[1] Hadits Nabi :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُمَرَ بْنِ هَيَّاجِ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَرْحَبِيُّ حَدَّثَنَا عُبَيْدَةُ بْنُ الْأَسْوَدِ عَنْ الْقَاسِمِ بْنِ الْوَلِيدِ عَنْ الْمِنْهَالِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا تَرْتَفِعُ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُءُوسِهِمْ شِبْرًا رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ.(رواه ابن ماجه : 961- سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة - بَاب مَنْ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ – الجزء :3– صفحة : 236)

Telah menceritakan kepada kami [Muhammd bin Umar bin Hayyaj], telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Abdurrahman Al-Arhaby], telah menceritakan kepada kami [‘Ubaidah bin Al-Aswad] dar [Al-Qasim bin Al-Walid] dari [Al-Minhal bin ‘Amr] dari [Sa’id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] dari Rasulullah saw, beliau bersabda : Tiga golongan yang shalatnya tidak akan diangkat meski satu jengkal dari kepalanya, yaitu (1) seseorang yang mengimami suatu kaum sementara mereka membencinya, (2) seorang perempuan yang bermalam sementara suaminya marah kepadanya, (3) dan dua bersaudara saling bermusuhan. (HR. Ibnu Majah : 961, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab man amma qauman wahum karihuun, juz : 3, hal. 236)

حَدَّثَنَا الْقَعْنَبِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ غَانِمٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ عَبْدٍ الْمَعَافِرِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُمْ صَلَاةً مَنْ تَقَدَّمَ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ - وَرَجُلٌ أَتَى الصَّلَاةَ دِبَارًا وَالدِّبَارُ أَنْ يَأْتِيَهَا بَعْدَ أَنْ تَفُوتَهُ - وَرَجُلٌ اعْتَبَدَ مُحَرَّرَهُ.(رواه ابو داود : 501- سنن ابو داود – المكتبة الشاملة - بَاب الرَّجُلِ يَؤُمُّ الْقَوْمَ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ – الجزء : 2 – صفحة : 208)

Telah menceritakan kepada kami [Al-Qa’nabi], telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Umar bin Ghanim] dari [Abdurrahman bin Ziyad] dari [‘Imran bin ‘Abdil ma’aafiri] dari [ Abdullah bin ‘Amr], bahwa Rasulullah saw bersabda : Tiga golongan yang Allah tidak akan menerima shalat dari mereka, yaitu (1) menjadi imam di tengah-tengah masyarakat yang membencinya, (2) orang yang selalu melaksanakan shalat setelah waktunya habis, dan (3) memperbudak orang yang telah dimerdekakannya. (HR. Abu Daud : 501, Sunan Abu Daud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babur rajul ya-ummul qauma wahum lahuu kaarihuun, juz : 2, hal. 208)

Imam Tirmidzi berkata : Seseorang yang dibenci oleh jama’ahnya adalah makruh menjadi imam. Namun bila orang yang dibenci itu bukan seorang yang zhalim, maka dosanya itu terpikul di atas pundak orang yang membencinya.[2] Menurut imam Asy-Syaukani, bahwa hadits tersebut di atas menunjukkan hukum haram menjadi imam bagi seseorang yang dibenci oleh jama’ahnya.[3]

IMAM KETINGGALAN SYARAT ATAU RUKUN

Sah bermakmum kepada imam yang ketinggalan syarat atau rukun, selama makmum memenuhinya, dan makmum tidak mengetahui bahwa ada syarat atau rukun yang ketinggalan oleh imam.[4] Hadits Nabi :

حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ الْمَدِينِيُّ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلُّونَ بِكُمْ فَإِنْ أَصَابُوا فَلَكُمْ وَلَهُمْ وَإِنْ أَخْطَئُوا فَلَكُمْ وَعَلَيْهِمْ. (رواه احمد : 8309- مسند احمد- المكتبة الشاملة –بَاب مسند ابي هريرة – الجزء : 17- صفحة : 351)

Telah menceritakan kepada kami [Hasan bin Musa], telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Abdillah bin Dinar Al-Madiny] dari [Zaid bin Aslam] dari [‘Atha’ bin Yasar] dari [Abu Hurairah], ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Mereka shalat sebagai imam bagi kalian. Jika mereka benar, maka kalian mendapatkan pahala dan mereka juga mendapatkan pahala. Dan jika mereka salah, maka kalian tetap mendapatkan pahala dan mereka mendapatkan dosa.(HR. Ahmad : 8309, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Musnad Abu Hurairah, juz : 17, hal. 351)

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ سُلَيْمَانَ أَخُو فُلَيْحٍ حَدَّثَنَا أَبُو حَازِمٍ قَالَ كَانَ سَهْلُ بْنُ سَعْدٍ السَّاعِدِيُّ يُقَدِّمُ فِتْيَانَ قَوْمِهِ يُصَلُّونَ بِهِمْ فَقِيلَ لَهُ تَفْعَلُ وَلَكَ مِنْ الْقِدَمِ مَا لَكَ قَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْإِمَامُ ضَامِنٌ فَإِنْ أَحْسَنَ فَلَهُ وَلَهُمْ وَإِنْ أَسَاءَ يَعْنِي فَعَلَيْهِ وَلَا عَلَيْهِمْ. (رواه ابن ماجة : 971- سنن ابن ماجة– المكتبة الشاملة -بَاب مَا يَجِبُ عَلَى الْإِمَامِ – الجزء :3– صفحة : 250)

Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abi Syaibah], telah menceritakan kepada kami [Sa’id bin Sulaiman], telah menceritakan kepada kami [Abdul Hamid bin Sulaiman - saudara Fulaih], telah menceritakan kepada kami [Abu Hazim], ia berkata : Sahl bin Sa’id As-Sa’idi menunjuk seorang anak muda menjadi imam shalat bersama mereka, maka dikatakan kepada Sahl : Kamu (yang pantas) melakukan hal itu, dan kamu yang lebih awal masuk islam. Sahl menjawab : Saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : Imam itu orang yang bertanggung jawab. Jika ia benar, maka pahala baginya dan pahala pula bagi mereka. Tetapi jika ia salah, maka dosa baginya dan tidak dosa bagi mereka. (HR. Ibnu Majah : 971, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab maa yajibu ‘alal imam, juz : 3, hal. 250)

حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدٍ الْقَاسِمُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَسَّانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِىٍّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى سَلَمَةَ عَنِ ابْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنِ الشَّرِيدِ الثَّقَفِىِّ أَنَّ عُمَرَ صَلَّى بِالنَّاسِ وَهُوَ جُنُبٌ فَأَعَادَ وَلَمْ يَأْمُرْهُمْ أَنْ يُعِيدُوا. (رواه الدارقطني : 1387- سنن الدارقطني - المكتبة الشاملة - باب الصَّلاَةِ خَلْفَ الصَّفِّ – الجزء : 4– صفحة : 18)

Telah menceritakan kepada kami [Abu ‘Ubaid Al-Qasim bin Isma’il], telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Hassan], telah menceritakan kepada kami [Abdurrahman bin Mahdi], telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Abdillah bin Abi Salamah] dari [Ibnul Munkadir] dari [Asy-Syarid Ats-Tsaqafi], bahwa Umar pernah shalat dengan orang-orang (sebagai imam), padahal ia sedang dalam keaadaan junub, maka setelah selesai shalat ia mengulangi shalatnya, namun ia tidak menyuruh mereka untuk mengulangi shalatnya itu. (HR. Ad-Daruqthni:1387, Sunan Adf-Daruquthny, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babush shalat khalfash shaffi, juz:4, hal. 18)



[1]. Sayid Sabiq, Fiqhussunnah, Al-Maktabah Asy-Sy-Syamilah, bab : 1`, Juz : 1, hal. 242

[2]. Ibid, hal. 242

[3]. تحفة الأحوذي – باب ما جاء فيمن ام قوما وهم كارهون – المكتبة الشاملة – الجزء : 1 – صفحة : 387

[4]. Op cit. Sayid Aabiq, hal. 241

Tidak ada komentar:

Posting Komentar