بسم الله الرحمن الرحمن الرحيم
Saudaraku, ayo terus menjaga lidah kita, karena lidah merupakan sumber hikmah, namun juga merupakan sumber petaka. Renungkan kisah berikut ini :
Pada suatu ketika, sorang raja menyuruhh pembantunya untuk membeli bagian yang terbaik dari domba, dengan harapan ia akan bisa memberikan jamuan yang terbaik bagi tamu yang diundangnya, kemudian pembantunya pergi ke pasar, dan yang ia beli dari domba yang dipesan itu adalah lidahnya. Kemudia ia pun pulang dan dimasaknya lidah domba tersebut.
Setelah selesai dimasak, maka lidah domba tersebut dihidangkan kepada majikannya (sang raja). Maka sang raja pun merasa puas dengan apa yang dibeli oleh pembantunya (lidah domba). Keesokan harinya, sang raja menyuruh kembali pembantunya untuk membeli sesuatu yang terjelek dari domba, kemudian pembantunya pergi ke pasar, dan ia membeli bagian yang sama dari domba, yaitu lidahnya, lalu dibawanya pulang dan dimasaknya.
Setelah selesai dimasak, ia menghidangkan lidah domba tersebut kepada sang raja. Untuk kali ini sang raja merasa dihina oleh pembantunya; karena ternyata yang dibeli oleh pembantunya adalah lidah domba juga. Kemudian sang raja segera memanggil pembantunya dengan penuh rasa marah, setelah pembantu itu berada dihadapannya, sang raja menegurnya seraya berkata, ”Wahai ghulam! Apakah kamu bermaksud untuk mempermainkan aku? Pembantunya menjawab, ”Atas dasar apa Engkau mengambil kesimpulan seperti itu? Jawab sang raja, ”Ketika aku menyuruhmu untuk membeli bagian yang terbaik dari domba, yang kamu beli adalah lidahnya, dan ketika aku menyuruhmu untuk membeli bagian yang terjelek dari domba, ternyata kamu membeli lidahnya pula, bukankah ini artinya bahwa kamu hendak mempermainkan aku?
Pembantunya menjawab, ”Wahai tuanku! Ketahuilah bahwa lidah itu adalah sumbernya hikmah, akan tetapi lidah tersebut merupakan sumber pula untuk sebuah petaka. Apabila manusia menggunakannya dalam kebaikan, maka akan membawanya kepada kebaikan. Akan tetapi ketika digunakan dalam kejelekan, maka petakalah yang akan didapatkan oleh manusia.”
Setelah mendengarkan jawaban pembantunya, sang raja merasa bahwa, ternyata seorang pembantu yang dia anggap rendah kedudukannya memiliki kejernihan hati yang luar biasa.
والله اعلم بالصواب
Tidak ada komentar:
Posting Komentar