بسم الله الرحمن الرحمن الرحيم
Saudaraku, ayo terus menjaga lidah kita, karena lidah merupakan sumber hikmah, namun juga merupakan sumber petaka. Renungkan kisah berikut ini :
Pada suatu ketika, sorang raja menyuruhh pembantunya untuk membeli bagian yang terbaik dari domba, dengan harapan ia akan bisa memberikan jamuan yang terbaik bagi tamu yang diundangnya, kemudian pembantunya pergi ke pasar, dan yang ia beli dari domba yang dipesan itu adalah lidahnya. Kemudia ia pun pulang dan dimasaknya lidah domba tersebut.
Setelah selesai dimasak, maka lidah domba tersebut dihidangkan kepada majikannya (sang raja). Maka sang raja pun merasa puas dengan apa yang dibeli oleh pembantunya (lidah domba). Keesokan harinya, sang raja menyuruh kembali pembantunya untuk membeli sesuatu yang terjelek dari domba, kemudian pembantunya pergi ke pasar, dan ia membeli bagian yang sama dari domba, yaitu lidahnya, lalu dibawanya pulang dan dimasaknya.
Setelah selesai dimasak, ia menghidangkan lidah domba tersebut kepada sang raja. Untuk kali ini sang raja merasa dihina oleh pembantunya; karena ternyata yang dibeli oleh pembantunya adalah lidah domba juga. Kemudian sang raja segera memanggil pembantunya dengan penuh rasa marah, setelah pembantu itu berada dihadapannya, sang raja menegurnya seraya berkata, ”Wahai ghulam! Apakah kamu bermaksud untuk mempermainkan aku? Pembantunya menjawab, ”Atas dasar apa Engkau mengambil kesimpulan seperti itu? Jawab sang raja, ”Ketika aku menyuruhmu untuk membeli bagian yang terbaik dari domba, yang kamu beli adalah lidahnya, dan ketika aku menyuruhmu untuk membeli bagian yang terjelek dari domba, ternyata kamu membeli lidahnya pula, bukankah ini artinya bahwa kamu hendak mempermainkan aku?
Pembantunya menjawab, ”Wahai tuanku! Ketahuilah bahwa lidah itu adalah sumbernya hikmah, akan tetapi lidah tersebut merupakan sumber pula untuk sebuah petaka. Apabila manusia menggunakannya dalam kebaikan, maka akan membawanya kepada kebaikan. Akan tetapi ketika digunakan dalam kejelekan, maka petakalah yang akan didapatkan oleh manusia.”
Setelah mendengarkan jawaban pembantunya, sang raja merasa bahwa, ternyata seorang pembantu yang dia anggap rendah kedudukannya memiliki kejernihan hati yang luar biasa.
والله اعلم بالصواب
Rabu, 29 Desember 2010
Selasa, 28 Desember 2010
KEUTAMAAN AL-QUR'AN
Keutamaan Al-Qur’an sangat banyak, antara lain sebagai berikut :
1. Al-Qur’an adalah mukjizat
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا.
Katakanlah:"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. (QS. Al-Israa` (17) : 88)
2.Merupakan ibadah bagi yang membaca
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an, maka ia akan memperoleh satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim itu satu huruf, melainkan Alif satu hufuf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.”(HR. Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud)
3.Sebagai obat penyakit hati
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus (10) :57)
4. Kitab yang terpelihara
إِنَّا نَحْنُ نزلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ.
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr (15): 9)
5. Kitabsuci untuk semesta alam
تَبَارَكَ الَّذِي نزلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا.
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqaan (25) : 1)
1. Al-Qur’an adalah mukjizat
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الإنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآنِ لا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا.
Katakanlah:"Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain. (QS. Al-Israa` (17) : 88)
2.Merupakan ibadah bagi yang membaca
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
Barangsiapa yang membaca satu huruf dari al-Qur’an, maka ia akan memperoleh satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim itu satu huruf, melainkan Alif satu hufuf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.”(HR. Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud)
3.Sebagai obat penyakit hati
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ.
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Yunus (10) :57)
4. Kitab yang terpelihara
إِنَّا نَحْنُ نزلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ.
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr (15): 9)
5. Kitabsuci untuk semesta alam
تَبَارَكَ الَّذِي نزلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا.
Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqaan (25) : 1)
Sabtu, 18 Desember 2010
SURAT AL-BAQARAH AYAT 59-64
فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ (59)
59. lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.
{فَبَدَّلَ الذين ظَلَمُواْ} منهم {قَوْلاً غَيْرَ الذي قِيلَ لَهُمْ} فقالوا حبة في شَعَرَةٍ ودخلوا يزحفون على أستاههم {فَأَنزَلْنَا عَلَى الذين ظَلَمُواْ} فيه وضع الظاهر موضع المضمر مبالغة في تقبيح شأنهم {رِجْزًا} عذاباً طاعوناً {مّنَ السماء بِمَا كَانُواْ يَفْسُقُونَ} بسبب فسقهم أي خروجهم عن الطاعة - فهلك منهم في ساعة سبعون ألفاً أو أقل.
(Lalu orang-orang yang zalim mengganti) di antara mereka (perintah yang tidak diperintahkan kepada mereka) mereka berkata: 'Habbah (biji) dalam tepung', dan mereka memasuki pintu itu seraya merangkak di atas pantat-pantat mereka. -Maksudnya adalah mereka menyalahi perintah (Diperintah memasuk pintu Baitul Maqdis dengan "sujud", mereka "merangkak". Diperintah mengatakan : حِطَّةٌ (Bebaskanlah kami dari dosa), mereka mengatakana : حبة في شَعَرَةٍ ('Habbah (biji) dalam tepung'(Maka Kami timpakan atas orang-orang yang aniaya itu) di sini menggunakan kata benda zhahir, yaitu "atas orang-orang yang aniaya itu", yang menempati kata ganti, yaitu "mereka", sebagai kecaman keras terhadap sikap buruk mereka, (siksa) berupa penyakit taun (dari langit disebabkan kefasikan mereka) disebabkan mereka keluar dari ketaatan. Maka di antara mereka yang mati dalam waktu satu jam sebanyak 70 ribu orang atau mendekati jumlah itu.
وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (60)
60. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing)[1]. Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.
{وَ} اذكر {إِذْ استسقى موسى} أي طلب السُّقيا {لِقَوْمِهِ} وقد عطشوا في التيه {فَقُلْنَا اضرب بّعَصَاكَ الحجر} وهو الذي فرّ بثوبه، خفيف مربَّع كرأس الرجل رخام أو كِذَّان فضربه {فانفجرت} انشقت وسالت {مِنْهُ اثنتا عَشْرَةَ عَيْنًا} بعدد الأسباط {قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ} سبطٍ منهم {مَّشْرَبَهُمْ} موضع شربهم فلا يَشْرَكُهُم فيه غيرهم . وقلنا لهم {كُلُواْ واشربوا مِن رّزْقِ الله وَلاَ تَعْثَوْاْ فِى الأرض مُفْسِدِينَ} حال مؤكدة لعاملها من (عَثِىَ) بكسر المثلثة أفسد .
(Dan) ingatlah (ketika Musa memohon air) meminta minuman (untuk kaumnya) yakni ketika mereka telah kehausan di padang Tih (lalu Kami berfirman : "Pukulkanlah tongkatmu ke atas batu itu!") yaitu batu yang pernah membawa lari pakaiannya, bentuknya tipis persegi empat sebesar kepala manusia, batu lunak atau seperti keduanya lalu dipukulkannya (lalu memancarlah) terbelahlah batu itu dan mengalirlah airnya (daripadanya dua belas mata air) sebanyak suku-suku yang ada (sesungguhnya telah mengetahui tiap-tiap suku) yakni tiap-tiap suku dari mereka (tempat minum mereka) masing-masing hingga mereka tidak saling berebut. Lalu Kami berfirman kepada mereka: ("Makan dan minumlah rezeki yang diberikan Allah dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan melakukan pengrusakan!") 'Mufsidiin' menjadi "hal" yang memperkuat perbuatan pelaku. Kata (عَثِىَ) dengan harakat kasrah pada huruf yang bertitik tiga, yang berarti "berbuat kerusakan".
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نَصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (61)
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نَصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (61)
61. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata : "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata : "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.
{وَإِذْ قُلْتُمْ ياموسى لَن نَّصْبِرَ على طَعَامٍ} أي نوع منه {واحد} وهو المنّ والسلوى {فادع لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا} شيئاً {مِمَّا تُنبِتُ الأرض مِن} للبيان {بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا} حنطتها {وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ} لهم موسى {أَتَسْتَبْدِلُونَ الذى هُوَ أدنى} أخسُّ {بالذى هُوَ خَيْرٌ} أشرف؟أي أتأخذونه بدله؟ ، والهمزة للإنكار فأبوا أن يرجعوا فدعا الله تعالى - فقال تعالى : {اهبطوا} انزلوا {مِصْرًا} من الأمصار {فَإِنَّ لَكُم} فيه {مَّا سَأَلْتُمْ} من النبات {وَضُرِبَتْ} جعلت {عَلَيْهِمُ الذلة} الذل والهوان {والمسكنة} أي أثر الفقر من السكون والخزي فهي لازمة وإن كانوا أغنياء لزوم الدرهم المضروب لسكَّته {وبَآءُو} رجعوا {بِغَضَبٍ مّنَ الله ذلك} أي الضرب والغضب {بِأَنَّهُمْ} أي بسبب أنهم {كَانُواْ يَكْفُرُونَ بآيات الله وَيَقْتُلُونَ النبيين} كزكريا ويحيى {بِغَيْرِ الحق} أي ظلما {ذلك بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ} يتجاوزون الحدّ في المعاصي وكرره للتأكيد
(Dan ketika kamu berkata : "Hai Musa! Kami tidak bisa tahan dengan satu makanan saja!") maksudnya satu macam saja, yaitu manna dan salwa. (Oleh sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami) sesuatu (dari apa yang ditumbuhkan bumi berupa) Min bermakna Bayan –penjelasan- (sayur-mayur, ketimun, bawang putih) (kacang adas dan bawang merah, maka jawabnya) yaitu jawab Musa kepada mereka, (Maukah kamu mengambil sesuatu yang lebih rendah atau lebih jelek sebagai pengganti) (dari yang lebih baik) atau lebih utama?" Pertanyaan ini berarti penolakan (inkari), tetapi mereka tidak mau menarik permintaan itu hingga Musa pun berdoa kepada Allah, maka Allah Taala berfirman, ("Turunlah kamu) pergilah (ke salah satu kota) di antara kota-kota (pastilah kamu akan memperoleh) di sana (apa yang kamu minta") dari tumbuh-tumbuhan itu. (Lalu dipukulkan) ditimpakan (atas mereka kenistaan) kehinaan dan kenistaan (dan kemiskinan) yakni bekas-bekas dan pengaruh kemiskinan berupa sikap statis dan rendah diri yang akan selalu menyertai mereka walaupun mereka kaya, tak ubahnya bagai mata uang yang selalu menurut dan tidak akan lepas dari cetakannya, (dan kembalilah mereka) (membawa kemurkaan dari Allah, demikian itu), yakni pukulan dan kemurkaan Allah itu (disebabkan mereka) (mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi) seperti Nabi Zakaria dan Yahya (tanpa hak) hanya karena keaniayaan semata. (Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat kedurhakaan dan karena mereka melanggar batas) artinya batas-batas peraturan hingga jatuh ke dalam maksiat. Kalimat pertama diulangnya untuk memperkuatnya.
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62)
62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[56], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah[57], hari kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[56] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa.
[57] Orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah termasuk iman kepada Muhammad saw, percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.
[58] Ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.
{إِنَّ الذين ءامَنُواْ} بالأنبياء من قبل {والذين هَادُواْ} هم اليهود {والنصارى والصابئين} طائفة من اليهود أو النصارى {مَنْ ءَامَنَ} منهم {بالله واليوم الأخر} في زمن نبينا {وَعَمِلَ صالحا} بشريعته {فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ} أي ثواب أعمالهم {عِندَ رَبّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ} روعي في ضمير (آمن) و (عمل) لفظ (من) وفيما بعده معناها.
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman) kepada para nabi di masa lalu (dan orang-orang Yahudi) (orang-orang Kristen dan orang-orang Shabiin) yakni segolongan dari orang-orang Yahudi atau Nasrani (siapa saja yang beriman) di antara mereka (kepada Allah dan hari akhir) di masa nabi kita (serta mengerjakan amal saleh) yaitu dengan syariatnya (mereka akan memperoleh pahala) sebagai ganjaran dari amal perbuatan mereka itu (di sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka berduka cita). Dhamir atau kata ganti orang pada 'aamana', 'amila' dan sesudahnya hendaklah diartikan secara umum (siapa saja).
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آَتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (63)
63. dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa".
{وَ} اذكر {إِذْ أَخَذْنَا ميثاقكم} عهدكم بالعمل بما في التوراة { وَ} قد {رَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطور} الجبل اقتلعناه من أصله عليكم لمَّا أبيتم قبولها - وقلنا {خُذُواْ مَا ءاتيناكم بِقُوَّةٍ} بجدّ واجتهاد {واذكروا مَا فِيهِ} بالعمل به {لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} النار أو المعاصي .
(Dan) ingatlah (ketika Kami mengambil janji darimu) yakni janji bahwa kamu akan melakukan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Taurat. (dan) sesungguhnya (Kami angkat gunung Thursina ke atasmu) artinya Kami cabut dari dasarnya untuk ditimpakan kepadamu, yakni tatkala kamu tidak mau menerimanya. Dan Kami berfirman : ("Peganglah dengan teguh apa yang Kami berikan kepadamu ini!) dengan giat dan sungguh-sungguh (dan ingatlah baik-baik apa yang ada di dalamnya) yakni dengan mengamalkannya (agar kamu termasuk orang-orang yang bertakwa.") Artinya terpelihara dirimu dari api neraka dan perbuatan durhaka.
ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ (64)
64. kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmatNya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi.
{ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ} أعرضتم {مِن بَعْدِ ذلك} الميثاق عن الطاعة {فَلَوْلاَ فَضْلُ الله عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ } لكم بالتوبة أو تأخير العذاب {لَكُنتُم مّنَ الخاسرين} الهالكين .
064. (Kemudian kamu berpaling) menyalahi janji (setelah itu) maksudnya setelah berjanji berupa kataatan, (maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu) yaitu dengan menerima tobatnya atau menangguhkan siksa terhadapmu (niscayalah kamu akan termasuk orang-orang yang merugi) atau celaka.
[1]. Ialah sebanyak suku Bani Israil sebagaimana tersebut dalam surat Al A'raaf ayat 160.
وَقَطَّعْنَاهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ أَسْبَاطًا أُمَمًا وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى إِذِ اسْتَسْقَاهُ قَوْمُهُ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْبَجَسَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ وَظَلَّلْنَا عَلَيْهِمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْهِمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (160)
Dan mereka Kami bagi menjadi 12 suku yg masing2nya berjumlah besar dan Kami wahyukan kpd Musa ketika kaumnya meminta air kpdnya: "Pukullah batu itu dg tongkatmu!". Maka memancarlah dari pdnya 12 mata air. Sesungguhnya tiap2 suku mengetahui tempat minum masing2. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kpd mereka manna dan salwa. (kami berfirman): "Makanlah yg baik2 dari apa yg telah Kami rezkikan kpdmu". Mereka tdk Menganiaya Kami, tapi merekalah yg selalu Menganiaya dirinya sendiri.
صدق الله العلي العظيم
Wasslm
59. lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.
{فَبَدَّلَ الذين ظَلَمُواْ} منهم {قَوْلاً غَيْرَ الذي قِيلَ لَهُمْ} فقالوا حبة في شَعَرَةٍ ودخلوا يزحفون على أستاههم {فَأَنزَلْنَا عَلَى الذين ظَلَمُواْ} فيه وضع الظاهر موضع المضمر مبالغة في تقبيح شأنهم {رِجْزًا} عذاباً طاعوناً {مّنَ السماء بِمَا كَانُواْ يَفْسُقُونَ} بسبب فسقهم أي خروجهم عن الطاعة - فهلك منهم في ساعة سبعون ألفاً أو أقل.
(Lalu orang-orang yang zalim mengganti) di antara mereka (perintah yang tidak diperintahkan kepada mereka) mereka berkata: 'Habbah (biji) dalam tepung', dan mereka memasuki pintu itu seraya merangkak di atas pantat-pantat mereka. -Maksudnya adalah mereka menyalahi perintah (Diperintah memasuk pintu Baitul Maqdis dengan "sujud", mereka "merangkak". Diperintah mengatakan : حِطَّةٌ (Bebaskanlah kami dari dosa), mereka mengatakana : حبة في شَعَرَةٍ ('Habbah (biji) dalam tepung'(Maka Kami timpakan atas orang-orang yang aniaya itu) di sini menggunakan kata benda zhahir, yaitu "atas orang-orang yang aniaya itu", yang menempati kata ganti, yaitu "mereka", sebagai kecaman keras terhadap sikap buruk mereka, (siksa) berupa penyakit taun (dari langit disebabkan kefasikan mereka) disebabkan mereka keluar dari ketaatan. Maka di antara mereka yang mati dalam waktu satu jam sebanyak 70 ribu orang atau mendekati jumlah itu.
وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ (60)
60. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing)[1]. Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.
{وَ} اذكر {إِذْ استسقى موسى} أي طلب السُّقيا {لِقَوْمِهِ} وقد عطشوا في التيه {فَقُلْنَا اضرب بّعَصَاكَ الحجر} وهو الذي فرّ بثوبه، خفيف مربَّع كرأس الرجل رخام أو كِذَّان فضربه {فانفجرت} انشقت وسالت {مِنْهُ اثنتا عَشْرَةَ عَيْنًا} بعدد الأسباط {قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ} سبطٍ منهم {مَّشْرَبَهُمْ} موضع شربهم فلا يَشْرَكُهُم فيه غيرهم . وقلنا لهم {كُلُواْ واشربوا مِن رّزْقِ الله وَلاَ تَعْثَوْاْ فِى الأرض مُفْسِدِينَ} حال مؤكدة لعاملها من (عَثِىَ) بكسر المثلثة أفسد .
(Dan) ingatlah (ketika Musa memohon air) meminta minuman (untuk kaumnya) yakni ketika mereka telah kehausan di padang Tih (lalu Kami berfirman : "Pukulkanlah tongkatmu ke atas batu itu!") yaitu batu yang pernah membawa lari pakaiannya, bentuknya tipis persegi empat sebesar kepala manusia, batu lunak atau seperti keduanya lalu dipukulkannya (lalu memancarlah) terbelahlah batu itu dan mengalirlah airnya (daripadanya dua belas mata air) sebanyak suku-suku yang ada (sesungguhnya telah mengetahui tiap-tiap suku) yakni tiap-tiap suku dari mereka (tempat minum mereka) masing-masing hingga mereka tidak saling berebut. Lalu Kami berfirman kepada mereka: ("Makan dan minumlah rezeki yang diberikan Allah dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan melakukan pengrusakan!") 'Mufsidiin' menjadi "hal" yang memperkuat perbuatan pelaku. Kata (عَثِىَ) dengan harakat kasrah pada huruf yang bertitik tiga, yang berarti "berbuat kerusakan".
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نَصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (61)
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, Kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk Kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نَصْبِرَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (61)
61. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata : "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi Kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, Yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata : "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.
{وَإِذْ قُلْتُمْ ياموسى لَن نَّصْبِرَ على طَعَامٍ} أي نوع منه {واحد} وهو المنّ والسلوى {فادع لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا} شيئاً {مِمَّا تُنبِتُ الأرض مِن} للبيان {بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا} حنطتها {وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ} لهم موسى {أَتَسْتَبْدِلُونَ الذى هُوَ أدنى} أخسُّ {بالذى هُوَ خَيْرٌ} أشرف؟أي أتأخذونه بدله؟ ، والهمزة للإنكار فأبوا أن يرجعوا فدعا الله تعالى - فقال تعالى : {اهبطوا} انزلوا {مِصْرًا} من الأمصار {فَإِنَّ لَكُم} فيه {مَّا سَأَلْتُمْ} من النبات {وَضُرِبَتْ} جعلت {عَلَيْهِمُ الذلة} الذل والهوان {والمسكنة} أي أثر الفقر من السكون والخزي فهي لازمة وإن كانوا أغنياء لزوم الدرهم المضروب لسكَّته {وبَآءُو} رجعوا {بِغَضَبٍ مّنَ الله ذلك} أي الضرب والغضب {بِأَنَّهُمْ} أي بسبب أنهم {كَانُواْ يَكْفُرُونَ بآيات الله وَيَقْتُلُونَ النبيين} كزكريا ويحيى {بِغَيْرِ الحق} أي ظلما {ذلك بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ} يتجاوزون الحدّ في المعاصي وكرره للتأكيد
(Dan ketika kamu berkata : "Hai Musa! Kami tidak bisa tahan dengan satu makanan saja!") maksudnya satu macam saja, yaitu manna dan salwa. (Oleh sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami) sesuatu (dari apa yang ditumbuhkan bumi berupa) Min bermakna Bayan –penjelasan- (sayur-mayur, ketimun, bawang putih) (kacang adas dan bawang merah, maka jawabnya) yaitu jawab Musa kepada mereka, (Maukah kamu mengambil sesuatu yang lebih rendah atau lebih jelek sebagai pengganti) (dari yang lebih baik) atau lebih utama?" Pertanyaan ini berarti penolakan (inkari), tetapi mereka tidak mau menarik permintaan itu hingga Musa pun berdoa kepada Allah, maka Allah Taala berfirman, ("Turunlah kamu) pergilah (ke salah satu kota) di antara kota-kota (pastilah kamu akan memperoleh) di sana (apa yang kamu minta") dari tumbuh-tumbuhan itu. (Lalu dipukulkan) ditimpakan (atas mereka kenistaan) kehinaan dan kenistaan (dan kemiskinan) yakni bekas-bekas dan pengaruh kemiskinan berupa sikap statis dan rendah diri yang akan selalu menyertai mereka walaupun mereka kaya, tak ubahnya bagai mata uang yang selalu menurut dan tidak akan lepas dari cetakannya, (dan kembalilah mereka) (membawa kemurkaan dari Allah, demikian itu), yakni pukulan dan kemurkaan Allah itu (disebabkan mereka) (mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi) seperti Nabi Zakaria dan Yahya (tanpa hak) hanya karena keaniayaan semata. (Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat kedurhakaan dan karena mereka melanggar batas) artinya batas-batas peraturan hingga jatuh ke dalam maksiat. Kalimat pertama diulangnya untuk memperkuatnya.
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62)
62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin[56], siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah[57], hari kemudian dan beramal saleh[58], mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
[56] Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu atau orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa.
[57] Orang-orang mukmin begitu pula orang Yahudi, Nasrani dan Shabiin yang beriman kepada Allah termasuk iman kepada Muhammad saw, percaya kepada hari akhirat dan mengerjakan amalan yang saleh, mereka mendapat pahala dari Allah.
[58] Ialah perbuatan yang baik yang diperintahkan oleh agama Islam, baik yang berhubungan dengan agama atau tidak.
{إِنَّ الذين ءامَنُواْ} بالأنبياء من قبل {والذين هَادُواْ} هم اليهود {والنصارى والصابئين} طائفة من اليهود أو النصارى {مَنْ ءَامَنَ} منهم {بالله واليوم الأخر} في زمن نبينا {وَعَمِلَ صالحا} بشريعته {فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ} أي ثواب أعمالهم {عِندَ رَبّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ} روعي في ضمير (آمن) و (عمل) لفظ (من) وفيما بعده معناها.
(Sesungguhnya orang-orang yang beriman) kepada para nabi di masa lalu (dan orang-orang Yahudi) (orang-orang Kristen dan orang-orang Shabiin) yakni segolongan dari orang-orang Yahudi atau Nasrani (siapa saja yang beriman) di antara mereka (kepada Allah dan hari akhir) di masa nabi kita (serta mengerjakan amal saleh) yaitu dengan syariatnya (mereka akan memperoleh pahala) sebagai ganjaran dari amal perbuatan mereka itu (di sisi Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka berduka cita). Dhamir atau kata ganti orang pada 'aamana', 'amila' dan sesudahnya hendaklah diartikan secara umum (siapa saja).
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا آَتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (63)
63. dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada didalamnya, agar kamu bertakwa".
{وَ} اذكر {إِذْ أَخَذْنَا ميثاقكم} عهدكم بالعمل بما في التوراة { وَ} قد {رَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطور} الجبل اقتلعناه من أصله عليكم لمَّا أبيتم قبولها - وقلنا {خُذُواْ مَا ءاتيناكم بِقُوَّةٍ} بجدّ واجتهاد {واذكروا مَا فِيهِ} بالعمل به {لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} النار أو المعاصي .
(Dan) ingatlah (ketika Kami mengambil janji darimu) yakni janji bahwa kamu akan melakukan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Taurat. (dan) sesungguhnya (Kami angkat gunung Thursina ke atasmu) artinya Kami cabut dari dasarnya untuk ditimpakan kepadamu, yakni tatkala kamu tidak mau menerimanya. Dan Kami berfirman : ("Peganglah dengan teguh apa yang Kami berikan kepadamu ini!) dengan giat dan sungguh-sungguh (dan ingatlah baik-baik apa yang ada di dalamnya) yakni dengan mengamalkannya (agar kamu termasuk orang-orang yang bertakwa.") Artinya terpelihara dirimu dari api neraka dan perbuatan durhaka.
ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ (64)
64. kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmatNya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi.
{ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ} أعرضتم {مِن بَعْدِ ذلك} الميثاق عن الطاعة {فَلَوْلاَ فَضْلُ الله عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ } لكم بالتوبة أو تأخير العذاب {لَكُنتُم مّنَ الخاسرين} الهالكين .
064. (Kemudian kamu berpaling) menyalahi janji (setelah itu) maksudnya setelah berjanji berupa kataatan, (maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepadamu) yaitu dengan menerima tobatnya atau menangguhkan siksa terhadapmu (niscayalah kamu akan termasuk orang-orang yang merugi) atau celaka.
[1]. Ialah sebanyak suku Bani Israil sebagaimana tersebut dalam surat Al A'raaf ayat 160.
وَقَطَّعْنَاهُمُ اثْنَتَيْ عَشْرَةَ أَسْبَاطًا أُمَمًا وَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى إِذِ اسْتَسْقَاهُ قَوْمُهُ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْبَجَسَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ وَظَلَّلْنَا عَلَيْهِمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْهِمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (160)
Dan mereka Kami bagi menjadi 12 suku yg masing2nya berjumlah besar dan Kami wahyukan kpd Musa ketika kaumnya meminta air kpdnya: "Pukullah batu itu dg tongkatmu!". Maka memancarlah dari pdnya 12 mata air. Sesungguhnya tiap2 suku mengetahui tempat minum masing2. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kpd mereka manna dan salwa. (kami berfirman): "Makanlah yg baik2 dari apa yg telah Kami rezkikan kpdmu". Mereka tdk Menganiaya Kami, tapi merekalah yg selalu Menganiaya dirinya sendiri.
صدق الله العلي العظيم
Wasslm
Kamis, 16 Desember 2010
SUJUD SAHWI
Sujud sahwi menurut bahasa berarti "sujud lupa". Menurut istilah, sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan di akhir shalat atau setelah shalat untuk menutupi cacat yang terjadi dalam shalat.
Sebab-sebab dilakukan sujud sahwi adalah sebagai berikut :
1. Ragu
Sujud sahwi dilakukan karena ragu tentang jumlah rakaat yang telah dikerjakan. Apakah 3 rakaat atau 4 rakaat-kah yang telah dikerjakan? Dalam keaadaan ragu seperti ini, hendaklah diambil bilangan yang paling sedikit, yaitu 3 rakaat dan wajib menambah satu rakaat lagi untuk shalat yang jumlah rakaatnya memang 4 rakaat. Dan dalam melaksanakan keyakinan tidak boleh terpengaruh dengan ucapan orang lain walaupun yang mengucapkan itu orang banyak dan dapat dipercaya . Hadits Nabi :
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي خَلَفٍ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَمْ أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحْ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ - فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلَاتَهُ وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لِأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ.(رواه مسلم : 888 – صحيح مسلم – المكتبة الشاملة-بَاب السَّهْوِ فِي الصَّلَاةِ وَالسُّجُودِ لَهُ- الجزء : 3- صفحة : 204)
Muhammad bin Ahmad bin Abi Khalaf telah menceritakan kepadaku, Musa bin Daud telah menceritakan kepada kami, Sulaiman bin Bilal telah menceritakan kepada kami, dari Zaid bin Aslam, dari 'Atha bin Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Apabila salah seorang dari kamu sekalian ragu-ragu dalam shalatnya, lalu ia tidak tahu, berapa rakaat ia telah menegerjakan shalat, tiga atau empat rakaat, maka hendaklah ia membuang keraguan dan menetapkan (melanjutkan shalat) menurut keyakinan, lalu sujud dua kali sebelum salam. Jika ternyata ia shalat lima rakaat, maka genaplah shalatnya itu baginya, dan jika ternyata shalatnya sempurna empat rakaat, maka dua sujudnya itu adalah sebagai pengusir setan yang lari terhina (untuk menjengkelkan setan).(HR.Muslim : 888, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babussahwi Fishshalati Wassujudi lahuu, juz: 3, hal.204)
2. Lupa
Sujud sahwi dilakukan karena lupa, sehingga tidak mengetahui jumlah rakaat yang dikerjakan dalam shalat. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ الدَّسْتَوَائِيُّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا نُودِيَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ الْأَذَانَ - فَإِذَا قُضِيَ الْأَذَانُ أَقْبَلَ - فَإِذَا ثُوِّبَ بِهَا أَدْبَرَ - فَإِذَا قُضِيَ التَّثْوِيبُ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ : اذْكُرْ كَذَا وَكَذَا مَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ إِنْ يَدْرِي كَمْ صَلَّى - فَإِذَا لَمْ يَدْرِ أَحَدُكُمْ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَوْ أَرْبَعًا فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ.(رواه البخاري : 1155 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة- بَاب إِذَا لَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَوْ أَرْبَعًا - الجزء : 4- صفحة : 446)
Muadz bin Fadhalah telah menceritakan kepada kami, Hisyam bin Abi Abdillah Ad-Dasdawa-i telah menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Apabila panggilan shalat (adzan) dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar suara adzan. Apabila adzan selesai dikumandangkan, maka ia kembali lagi. Apabila iqamah dikumandangkan, setan berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan kembali lagi, hingga ia melintas antara seseorang dan hatinya, seraya berkata : Ingatlah yang demikian, dan demikian itu untuk sesuatu yang sebelumnya tidak mengingatnya lagi, hingga seseorang itu tidak mengetahui berapa rakaat dia mengerjakan shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak tahu berapa rakaat mengerjakan shalat, tiga atau empat rakaat, maka hendaklah bersujud dua kali dalam keadaan duduk.(HR. Bukhari :1155, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Idza lam yadri Kam Shalla Tsalatsan am arba'an, juz: 4, hal. 446)
3. Lebih Rakaat
Sujud sahwi dilakukan karena kelebihan rakaat disebabkan lupa. Umpama shalat yang 2 rakaat dikerjakan 3 rakaat, atau yang 3 rakaat dikerjakan 4 rakaat, dan seterusnya. Dan demikian pula disyariatkan melakukan sujud sahwi karena menambah berdiri, ruku', duduk atau sujud karena lupa. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَاه عَوْنُ بْنُ سَلَّامٍ الْكُوفِيُّ أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّهْشَلِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَسْوَدِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسًا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَزِيدَ فِي الصَّلَاةِ؟ قَالَ وَمَا ذَاكَ؟ قَالُوا صَلَّيْتَ خَمْسًا – قَالَ : إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَذْكُرُ كَمَا تَذْكُرُونَ وَأَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ - ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْ السَّهْوِ.(رواه مسلم :892 – صحيح مسلم – المكتبة الشاملة-بَاب السَّهْوِ فِي الصَّلَاةِ وَالسُّجُودِ لَهُ- الجزء : 3- صفحة : 208)
'Aun bin Sallam Al-Kufi telah menceritakan sebuah hadits kepada kami, Abu Bakar An-Nahsyaly telah mengabarkan kepada kami, dari Abdurrahman bin Al-Aswad, dari ayahnya, dari Abdullah, ia berkata : Rasulullah saw, pernah shalat bersama kami lima rakaat. Lalu kami bertanya : Wahai Rasulullah! Apakah engkau menambah dalam shalat? Beliau bersabda : Memang ada apa tadi?” Para sahabat pun menjawab : Engkau telah mengerjakan shalat lima rakaat. Lantas beliau bersabda : Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku bisa memiliki ingatan sebagaimana kalian memiliki ingatan. Begitu pula aku bisa lupa sebagaimana kalian pun bias lupa. Setelah itu beliau melakukan dua kali sujud sahwi. (HR.Muslim : 892, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babussahwi Fishshalati Wassujudi lahuu, juz: 3, hal.208)
4. Kurang Rakaat
Sujud sahwi dilakukan karena kurang jumlah rakaat disebabkan lupa. Umpama shalat yang 2 rakaat dikerjakan 1 rakaat, atau yang 3 rakaat dikerjakan 1 atau 2 rakaat, dan seterusnya. Hadits Nabi :
حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ عَمْرٌو حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ قَالَ سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ سِيرِينَ يَقُولُ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ إِمَّا الظُّهْرَ وَإِمَّا الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَتَى جِذْعًا فِي قِبْلَةِ الْمَسْجِدِ فَاسْتَنَدَ إِلَيْهَا مُغْضَبًا - وَفِي الْقَوْمِ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرَ فَهَابَا أَنْ يَتَكَلَّمَا - وَخَرَجَ سَرَعَانُ النَّاسِ قُصِرَتْ الصَّلَاةُ فَقَامَ ذُو الْيَدَيْنِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَقُصِرَتْ الصَّلَاةُ أَمْ نَسِيتَ؟ فَنَظَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمِينًا وَشِمَالًا فَقَالَ: مَا يَقُولُ ذُو الْيَدَيْنِ؟ قَالُوا صَدَقَ لَمْ تُصَلِّ إِلَّا رَكْعَتَيْنِ. فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَعَ.(رواه مسلم : 896– صحيح مسلم – المكتبة الشاملة-بَاب السَّهْوِ فِي الصَّلَاةِ وَالسُّجُودِ لَهُ- الجزء : 3- صفحة : 212)
'Amer An-Naqid dan Zuhair bin Harb semuanya telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu 'Uyaynah, 'Amer berkata : Sufyan bin 'Uyaynah telah menceritakan kepada kami, Ayyub telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Aku pernah mendengar Muhammad bin Sirin berkata : Aku pernah mendengar Abu Huraiah berkata : Rasulullah saw, pernah shalat bersama kami pada salah satu dari dua shalat petang, mungkin shalat Zhuhur atau Ashar. Lalu pada rakaat kedua beliau smengucapkan salam. Kemudian beliau pergi ke sebatang pohon kurma di arah kiblat masjid, lalu bersandar ke pohon tersebut dalam keadaan marah. Di antara jamaah terdapat Abu Bakar dan Umar, namun keduanya takut berbicara. Orang-orang yang suka cepat-cepat telah keluar sambil berujar : Shalat telah diqoshor (dipendekkan). Sekonyong-konyong Dzul Yadain berdiri seraya berkata : Wahai Rasulullah, apakah shalat telah diqoshor (dipendekkan) ataukah anda lupa? Maka Nabi saw menengok ke kanan dan ke kiri, lalu bersabda : Betulkan apa yang dikatakan oleh Dzul Yadain tadi? Mereka menjawab : Betul, engkau shalat hanya dua rakaat. Lalu beliau shalat dua rakaat lagi, kemudian memberi salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit. (HR.Muslim : 896, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babussahwi Fishshalati Wassujudi lahuu, juz: 3, hal.212)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُلَيَّةَ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ خَالِدٍ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي الْمُهَلَّبِ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِي ثَلَاثِ رَكَعَاتٍ - ثُمَّ دَخَلَ مَنْزِلَهُ - فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ الْخِرْبَاقُ وَكَانَ فِي يَدَيْهِ طُولٌ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ! فَذَكَرَ لَهُ صَنِيعَهُ- وَخَرَجَ غَضْبَانَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى النَّاسِ فَقَالَ : أَصَدَقَ هَذَا؟ قَالُوا نَعَمْ، فَصَلَّى رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ.(رواه مسلم : 898– صحيح مسلم – المكتبة الشاملة-بَاب السَّهْوِ فِي الصَّلَاةِ وَالسُّجُودِ لَهُ- الجزء : 3- صفحة : 214)
Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb semuanya telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu 'Ulayyah, ia berkata : Isma'il bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami, dari Khalid, dari Abu Qilabah, dari Abi Al-Muhallab, dari 'Imran bin Gushain, bahwa Rasulullah saw, pernah shalat ‘Ashar lalu beliau salam pada rakaat ketiga. Setelah itu beliau memasuki rumahnya. Lalu seorang laki-laki bernama Al-Khirbaq yang tangannya panjang menghadap Nabi saw seraya berkata : Wahai Rasulullah! Lalu ia menyebutkan sesuatu yang dikerjakan oleh beliau tadi. Akhirnya, beliau keluar dalam keadaan marah sambil menyeret rida’nya (selendangnya) hingga berhenti pada orang-orang, lalu bertanya : Apakah benar yang dikatakan orang ini? Mereka menjawab, Ya benar. Lalu beliau shalat satu rakaat (menambah rakaat yang kurang tadi). Kemudian beliau mengucapkan salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud. Kemudian beliau salam lagi. (HR.Muslim : 898, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babussahwi Fishshalati Wassujudi lahuu, juz: 3, hal.214)
Pada akhir hadits ini ditegaskan, bahwa Nabi saw setelah menambah rakaat yang kurang, lalu mengucapkan salam, baru kemudian setelah salam beliau melakukan sujud sahwi, dan setelah sujud sahwi beliau mengucapkan salam lagi. Berdasarkan perbuatn Nabi tersebut, Sufyan Ats-Tsauri dan penduduk Kufah berpendapat, bahwa sujud sahwi dilakukan setelah salam.
5. Ketinggalan Tasyahhud Awwal
Sujud sahwi dilakukan karena ketinggalan tasyahhud awwal atau lupa mengerjakan salah satu di antara sunat-sunat shalat. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ جَابِرٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُبَيْلٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ- فَإِذَا اسْتَتَمَّ قَائِمًا فَلَا يَجْلِسْ وَيَسْجُدْ سَجْدَتَيْ السَّهْوِ.(رواه ابن ماجه : 1198– سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة-بَاب السَّهْوِ فِي الصَّلَاةِ وَالسُّجُودِ لَهُ- الجزء : 4- صفحة : 61)
Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami, Sufyan telah menceritakan kepada kami, dari Jabir, dari Al-Mughirah bin Syubail, dari Qais bin Abi Hazim, dari Al-Mughirah bin Syu'bah, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Apabila salah seorang dari kalian berdiri sesudah dua rakaat (lupa tasyahud awwal) dan belum sempurna berdirinya, maka hendaklah ia duduk. Tetapi jika telah sempurna berdirinya, maka janganlah ia duduk (kembali), dan hendaklah ia sujud sahwi dengan dua kali sujud.(HR.Ibnu Majah:1198, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babussahwi Fishshalati Wassujudi lahuu, juz:4, hal. 61)
Berdasarkan hadits ini, bagi orang yang meninggalkan tasyahhud awwal karena lupa dan berdirinya belum tegak, maka boleh kembali ke duduk. Dan jika berdirinya telah tegak, maka kembali ke duduk adalah haram hukumnya dan batal shalatnya.
Sujud sahwi juga dilakukan karena meninggalkan sunat-sunat Ab'adh, yaitu 1. Tasyahhud awwal, 2. Duduk ketika tsyahhud awwal, 3. Qunut subuh, 4. Qunut witir pada akhir separoh bulan ramadhan, 5. Berdiri untuk qunut, 6. Do'a shalawat Nabi pada tasyahhud awwal dan do'a shalawat bagi keluarga Nabi dalam tsyahhud akhir.
Dan juga melakukan sujud sahwi karena meninggalkan perbuatan yang diperintahkan, seperti meninggalkan ruku', sujud, berdiri, bacaan wajib, tasyahhud wajib, sedangkan tempatnya telah lewat, maka orang yang mengalami seperti ini disyariatkan melakukan sujud sahwi setelah menyusulkan perbuatan yang ditinggalkannya. Jika yang ditinggalkan itu ingat pada waktu masih di dalam shalat, maka ia harus mengerjakan apa yang ditinggalkan itu dan menyempurnakan shalatnya (wajib diulangai dari rukun yang ditinggalkannya). Dan jika ingat setelah salam dan waktunya belum lama, maka ia boleh menyuslkannya, lalu sujud sahwi. Dan jika telah lama, maka wajib mengulangi shalatnya dari awal. Ukuran lama menurut imam Syafi'I dikembalikan kepada kebiasaan. Dan menurut pendapat lain dalam kitab Al-Buhaithi adalah masa yang melebihi masa satu rakaat.
Cara Melakukan Sujud Sahwi
Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud sebelum salam berdasarkan hadits Nabi berikut ini :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدٍ ابْنُ عَثْمَةَ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَقَ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ كُرَيْبٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا سَهَا أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلَمْ يَدْرِ وَاحِدَةً صَلَّى أَوْ ثِنْتَيْنِ فَلْيَبْنِ عَلَى وَاحِدَةٍ-فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثِنْتَيْنِ صَلَّى أَوْ ثَلَاثًا فَلْيَبْنِ عَلَى ثِنْتَيْنِ- فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثَلَاثًا صَلَّى أَوْ أَرْبَعًا فَلْيَبْنِ عَلَى ثَلَاثٍ وَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ.(رواه الترمذي : 364-سنن الترمذي– المكتبة الشاملة- بَاب مَا جَاءَ فِي الرَّجُلِ يُصَلِّي فَيَشُكُّ فِي الزِّيَادَةِ وَالنُّقْصَانِ- الجزء : 2- صفحة : 161)
Muammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Khalid bin 'Atsmah Al-Bashri telah menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Sa'id telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Muhammad bin Ishaq telah menceritakan kepadaku, dari Makhul, dari Ibnu 'Abbas, dari Abdurrahman bin Auf, ia berkata : Aku pernah mendengar Nabi saw, bersabda : Apabila salah seorang dari kalian lupa dalam shalatnya, lalu ia tidak tahu telah mengerjakan shalat satu rakaat atau dua rakaat, maka hendaklah ia tetapkan satu rakaat. Jika ia tidak tahu mengerjakan shalat dua atau tiga rakaat, maka hendaklah ia tetapkan dua rakaat. Dan jika ia tidak tahu mengerjakan shalat tiga atau empat rakaat, maka hendaklah ia tetapkan tiga rakaat. Setelah itu hendaklah ia sujud dua kali sebelum salam. (HR.Ibnu Tirmidzi : 1198, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab maa jaa-a firrajuli Yushalli Fayasyukku Fizziyadah wannuqshan, juz : 2, hal. 1 61)
أَخْبَرَنَا أَبُو دَاوُدَ سُلَيْمَانُ بْنُ سَيْفٍ قَالَ حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فَقَامَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ فَسَبَّحُوا فَمَضَى - فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ.(رواه النسائي : 1165– سنن النسائي – المكتبة الشاملة- بَاب تَرْكِ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ - الجزء : 4- صفحة : 404)
Abu Daud dan Sulaiman bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami, ia berkata : Wahab bin Jarir telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Syu'bah telah menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Sa'id, dari Abdurrahman Al-A'raj, dari Ibnu Buhainah, bahwa Nabi saw mengerjakan shalat, lalu beliau terus berdiri setelah sampai dua rakaat, maka orang-orang-pun mengucapkan tasbih, namun beliau meneruskan shalatnya. Dan setelah selesai shalatnya, barulah beliau sujud dua laki kemudian memberi salam. (HR. An-Nasai : 1165, Sunan An-Nasai, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Tarkuttasyahhud Al-Awwal, juz: 4, hal. 404)
Berdasarkan hadits ini jelaslah, bahwa sujud sahwi dilakukan dua kali sebelum salam. Imam Syafi'I berpendapat, bahwa semua sujud sahwi dilakukan sebelum salam. Beliau berkata : Hadits Buhainah ini membatalkan hadits lainnya. Beliau menuturkan, demikianlah terakhir Nabi saw melakukannya. Ini adalah pendapat terbesar ahli fiqih kota Madinah, seperti Yahya bin Sa'id dan Rabi'ah, dll. Sedangkan Imam Malik bin Anas berpendapat : Bila terjadi penambahan dalam shalat, maka sujud sahwi dilakukan sesudah salam; dan bila terjadi pengurangan dalam shalat, maka sujud sahwi dilakukan sebelum salam.
Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud dan setiap akan melakukan sujud bertakbir terlebih dahulu berdasarkan hadits Nabi berikuti ini :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ الْأَسْدِيِّ حَلِيفِ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِي صَلَاةِ الظُّهْرِ وَعَلَيْهِ جُلُوسٌ- فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ وَسَجَدَهُمَا النَّاسُ مَعَهُ مَكَانَ مَا نَسِيَ مِنْ الْجُلُوسِ.(رواه البخاري : 1154– صحيح البخاري – المكتبة الشاملة- بَاب مَنْ يُكَبِّرُ فِي سَجْدَتَيْ السَّهْوِ - الجزء : 4- صفحة : 444 )
Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami, Laits telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari Al-A'raj, dari Abdullah bin Buhainah Al-Asadi Halif Bani Abdi Al-Muththalib, bahwa Rasulullah saw pernah melaksanakan shalat Zhuhur dan semestinya beliau duduk, namun tidak duduk, (tidak tasyahud awwal). Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali, beliau bertakbir pada setiap akan sujud, dan beliau dalam posisi duduk sebelum salam. Maka orang-orang bersujud dua kali sujud bersama beliau sebagai ganti yang terlupa dari duduk (tasyahud awwal) (HR. Bukhari :1154, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Man Yukabbiru Fii sajdatayissahwi, juz : 4, hal.444)
Adapun do'a sujud sahwi tidak ditemukan yang khusus, sehingga yang dibaca adalah sama dengan apa yang dibaca dalam sujud lainnya dalam shalat. Namun masyarakat bila melakukan sujud sahwi banyak yang membaca do'a berikut ini yang berbunyi :
سُبْحَانَ الَّذِي لاَ يَنَامُ وَلاَ يَسْهُو
”Maha Suci Dzat yang tidak tidur dan tidak lupa”.
Doa ini antara lain terdapat dalam kitab "Hasyiyah Al-Bujairimy 'Alal-Khathib", salah satu kitab mazhab Syafi'I, dan mengamalkannya adalah boleh dan bahkan ditegaskan dalam kitab tersebut adalah paling cocok dalam sujud sahwi sesuai dengan nama sujud itu sendiri. Namun do'a yang begitu poluler ini tidak ditemukan keterangan yang sahih, dan tidak ada contohnya dari Nabi saw.
والله اعلم
Sujud sahwi menurut bahasa berarti "sujud lupa". Menurut istilah, sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan di akhir shalat atau setelah shalat untuk menutupi cacat yang terjadi dalam shalat.
Sebab-sebab dilakukan sujud sahwi adalah sebagai berikut :
1. Ragu
Sujud sahwi dilakukan karena ragu tentang jumlah rakaat yang telah dikerjakan. Apakah 3 rakaat atau 4 rakaat-kah yang telah dikerjakan? Dalam keaadaan ragu seperti ini, hendaklah diambil bilangan yang paling sedikit, yaitu 3 rakaat dan wajib menambah satu rakaat lagi untuk shalat yang jumlah rakaatnya memang 4 rakaat. Dan dalam melaksanakan keyakinan tidak boleh terpengaruh dengan ucapan orang lain walaupun yang mengucapkan itu orang banyak dan dapat dipercaya . Hadits Nabi :
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي خَلَفٍ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَمْ أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحْ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ - فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلَاتَهُ وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لِأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ.(رواه مسلم : 888 – صحيح مسلم – المكتبة الشاملة-بَاب السَّهْوِ فِي الصَّلَاةِ وَالسُّجُودِ لَهُ- الجزء : 3- صفحة : 204)
Muhammad bin Ahmad bin Abi Khalaf telah menceritakan kepadaku, Musa bin Daud telah menceritakan kepada kami, Sulaiman bin Bilal telah menceritakan kepada kami, dari Zaid bin Aslam, dari 'Atha bin Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Apabila salah seorang dari kamu sekalian ragu-ragu dalam shalatnya, lalu ia tidak tahu, berapa rakaat ia telah menegerjakan shalat, tiga atau empat rakaat, maka hendaklah ia membuang keraguan dan menetapkan (melanjutkan shalat) menurut keyakinan, lalu sujud dua kali sebelum salam. Jika ternyata ia shalat lima rakaat, maka genaplah shalatnya itu baginya, dan jika ternyata shalatnya sempurna empat rakaat, maka dua sujudnya itu adalah sebagai pengusir setan yang lari terhina (untuk menjengkelkan setan).(HR.Muslim : 888, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babussahwi Fishshalati Wassujudi lahuu, juz: 3, hal.204)
2. Lupa
Sujud sahwi dilakukan karena lupa, sehingga tidak mengetahui jumlah rakaat yang dikerjakan dalam shalat. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ الدَّسْتَوَائِيُّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا نُودِيَ بِالصَّلَاةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ حَتَّى لَا يَسْمَعَ الْأَذَانَ - فَإِذَا قُضِيَ الْأَذَانُ أَقْبَلَ - فَإِذَا ثُوِّبَ بِهَا أَدْبَرَ - فَإِذَا قُضِيَ التَّثْوِيبُ أَقْبَلَ حَتَّى يَخْطِرَ بَيْنَ الْمَرْءِ وَنَفْسِهِ يَقُولُ : اذْكُرْ كَذَا وَكَذَا مَا لَمْ يَكُنْ يَذْكُرُ حَتَّى يَظَلَّ الرَّجُلُ إِنْ يَدْرِي كَمْ صَلَّى - فَإِذَا لَمْ يَدْرِ أَحَدُكُمْ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَوْ أَرْبَعًا فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ.(رواه البخاري : 1155 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة- بَاب إِذَا لَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَوْ أَرْبَعًا - الجزء : 4- صفحة : 446)
Muadz bin Fadhalah telah menceritakan kepada kami, Hisyam bin Abi Abdillah Ad-Dasdawa-i telah menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Abi Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Apabila panggilan shalat (adzan) dikumandangkan, maka setan berpaling sambil kentut hingga dia tidak mendengar suara adzan. Apabila adzan selesai dikumandangkan, maka ia kembali lagi. Apabila iqamah dikumandangkan, setan berpaling lagi. Apabila iqamah selesai dikumandangkan, setan kembali lagi, hingga ia melintas antara seseorang dan hatinya, seraya berkata : Ingatlah yang demikian, dan demikian itu untuk sesuatu yang sebelumnya tidak mengingatnya lagi, hingga seseorang itu tidak mengetahui berapa rakaat dia mengerjakan shalat. Apabila salah seorang dari kalian tidak tahu berapa rakaat mengerjakan shalat, tiga atau empat rakaat, maka hendaklah bersujud dua kali dalam keadaan duduk.(HR. Bukhari :1155, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Idza lam yadri Kam Shalla Tsalatsan am arba'an, juz: 4, hal. 446)
3. Lebih Rakaat
Sujud sahwi dilakukan karena kelebihan rakaat disebabkan lupa. Umpama shalat yang 2 rakaat dikerjakan 3 rakaat, atau yang 3 rakaat dikerjakan 4 rakaat, dan seterusnya. Dan demikian pula disyariatkan melakukan sujud sahwi karena menambah berdiri, ruku', duduk atau sujud karena lupa. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَاه عَوْنُ بْنُ سَلَّامٍ الْكُوفِيُّ أَخْبَرَنَا أَبُو بَكْرٍ النَّهْشَلِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَسْوَدِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسًا فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَزِيدَ فِي الصَّلَاةِ؟ قَالَ وَمَا ذَاكَ؟ قَالُوا صَلَّيْتَ خَمْسًا – قَالَ : إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَذْكُرُ كَمَا تَذْكُرُونَ وَأَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ - ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْ السَّهْوِ.(رواه مسلم :892 – صحيح مسلم – المكتبة الشاملة-بَاب السَّهْوِ فِي الصَّلَاةِ وَالسُّجُودِ لَهُ- الجزء : 3- صفحة : 208)
'Aun bin Sallam Al-Kufi telah menceritakan sebuah hadits kepada kami, Abu Bakar An-Nahsyaly telah mengabarkan kepada kami, dari Abdurrahman bin Al-Aswad, dari ayahnya, dari Abdullah, ia berkata : Rasulullah saw, pernah shalat bersama kami lima rakaat. Lalu kami bertanya : Wahai Rasulullah! Apakah engkau menambah dalam shalat? Beliau bersabda : Memang ada apa tadi?” Para sahabat pun menjawab : Engkau telah mengerjakan shalat lima rakaat. Lantas beliau bersabda : Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian. Aku bisa memiliki ingatan sebagaimana kalian memiliki ingatan. Begitu pula aku bisa lupa sebagaimana kalian pun bias lupa. Setelah itu beliau melakukan dua kali sujud sahwi. (HR.Muslim : 892, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babussahwi Fishshalati Wassujudi lahuu, juz: 3, hal.208)
4. Kurang Rakaat
Sujud sahwi dilakukan karena kurang jumlah rakaat disebabkan lupa. Umpama shalat yang 2 rakaat dikerjakan 1 rakaat, atau yang 3 rakaat dikerjakan 1 atau 2 rakaat, dan seterusnya. Hadits Nabi :
حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُيَيْنَةَ قَالَ عَمْرٌو حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ قَالَ سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ سِيرِينَ يَقُولُ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ إِمَّا الظُّهْرَ وَإِمَّا الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ أَتَى جِذْعًا فِي قِبْلَةِ الْمَسْجِدِ فَاسْتَنَدَ إِلَيْهَا مُغْضَبًا - وَفِي الْقَوْمِ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرَ فَهَابَا أَنْ يَتَكَلَّمَا - وَخَرَجَ سَرَعَانُ النَّاسِ قُصِرَتْ الصَّلَاةُ فَقَامَ ذُو الْيَدَيْنِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَقُصِرَتْ الصَّلَاةُ أَمْ نَسِيتَ؟ فَنَظَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمِينًا وَشِمَالًا فَقَالَ: مَا يَقُولُ ذُو الْيَدَيْنِ؟ قَالُوا صَدَقَ لَمْ تُصَلِّ إِلَّا رَكْعَتَيْنِ. فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَعَ.(رواه مسلم : 896– صحيح مسلم – المكتبة الشاملة-بَاب السَّهْوِ فِي الصَّلَاةِ وَالسُّجُودِ لَهُ- الجزء : 3- صفحة : 212)
'Amer An-Naqid dan Zuhair bin Harb semuanya telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu 'Uyaynah, 'Amer berkata : Sufyan bin 'Uyaynah telah menceritakan kepada kami, Ayyub telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Aku pernah mendengar Muhammad bin Sirin berkata : Aku pernah mendengar Abu Huraiah berkata : Rasulullah saw, pernah shalat bersama kami pada salah satu dari dua shalat petang, mungkin shalat Zhuhur atau Ashar. Lalu pada rakaat kedua beliau smengucapkan salam. Kemudian beliau pergi ke sebatang pohon kurma di arah kiblat masjid, lalu bersandar ke pohon tersebut dalam keadaan marah. Di antara jamaah terdapat Abu Bakar dan Umar, namun keduanya takut berbicara. Orang-orang yang suka cepat-cepat telah keluar sambil berujar : Shalat telah diqoshor (dipendekkan). Sekonyong-konyong Dzul Yadain berdiri seraya berkata : Wahai Rasulullah, apakah shalat telah diqoshor (dipendekkan) ataukah anda lupa? Maka Nabi saw menengok ke kanan dan ke kiri, lalu bersabda : Betulkan apa yang dikatakan oleh Dzul Yadain tadi? Mereka menjawab : Betul, engkau shalat hanya dua rakaat. Lalu beliau shalat dua rakaat lagi, kemudian memberi salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit. (HR.Muslim : 896, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babussahwi Fishshalati Wassujudi lahuu, juz: 3, hal.212)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ جَمِيعًا عَنْ ابْنِ عُلَيَّةَ قَالَ زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ خَالِدٍ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي الْمُهَلَّبِ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِي ثَلَاثِ رَكَعَاتٍ - ثُمَّ دَخَلَ مَنْزِلَهُ - فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ الْخِرْبَاقُ وَكَانَ فِي يَدَيْهِ طُولٌ فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ! فَذَكَرَ لَهُ صَنِيعَهُ- وَخَرَجَ غَضْبَانَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى النَّاسِ فَقَالَ : أَصَدَقَ هَذَا؟ قَالُوا نَعَمْ، فَصَلَّى رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ.(رواه مسلم : 898– صحيح مسلم – المكتبة الشاملة-بَاب السَّهْوِ فِي الصَّلَاةِ وَالسُّجُودِ لَهُ- الجزء : 3- صفحة : 214)
Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb semuanya telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu 'Ulayyah, ia berkata : Isma'il bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami, dari Khalid, dari Abu Qilabah, dari Abi Al-Muhallab, dari 'Imran bin Gushain, bahwa Rasulullah saw, pernah shalat ‘Ashar lalu beliau salam pada rakaat ketiga. Setelah itu beliau memasuki rumahnya. Lalu seorang laki-laki bernama Al-Khirbaq yang tangannya panjang menghadap Nabi saw seraya berkata : Wahai Rasulullah! Lalu ia menyebutkan sesuatu yang dikerjakan oleh beliau tadi. Akhirnya, beliau keluar dalam keadaan marah sambil menyeret rida’nya (selendangnya) hingga berhenti pada orang-orang, lalu bertanya : Apakah benar yang dikatakan orang ini? Mereka menjawab, Ya benar. Lalu beliau shalat satu rakaat (menambah rakaat yang kurang tadi). Kemudian beliau mengucapkan salam. Setelah itu beliau melakukan sujud sahwi dengan dua kali sujud. Kemudian beliau salam lagi. (HR.Muslim : 898, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babussahwi Fishshalati Wassujudi lahuu, juz: 3, hal.214)
Pada akhir hadits ini ditegaskan, bahwa Nabi saw setelah menambah rakaat yang kurang, lalu mengucapkan salam, baru kemudian setelah salam beliau melakukan sujud sahwi, dan setelah sujud sahwi beliau mengucapkan salam lagi. Berdasarkan perbuatn Nabi tersebut, Sufyan Ats-Tsauri dan penduduk Kufah berpendapat, bahwa sujud sahwi dilakukan setelah salam.
5. Ketinggalan Tasyahhud Awwal
Sujud sahwi dilakukan karena ketinggalan tasyahhud awwal atau lupa mengerjakan salah satu di antara sunat-sunat shalat. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ جَابِرٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُبَيْلٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ- فَإِذَا اسْتَتَمَّ قَائِمًا فَلَا يَجْلِسْ وَيَسْجُدْ سَجْدَتَيْ السَّهْوِ.(رواه ابن ماجه : 1198– سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة-بَاب السَّهْوِ فِي الصَّلَاةِ وَالسُّجُودِ لَهُ- الجزء : 4- صفحة : 61)
Muhammad bin Yahya telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami, Sufyan telah menceritakan kepada kami, dari Jabir, dari Al-Mughirah bin Syubail, dari Qais bin Abi Hazim, dari Al-Mughirah bin Syu'bah, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Apabila salah seorang dari kalian berdiri sesudah dua rakaat (lupa tasyahud awwal) dan belum sempurna berdirinya, maka hendaklah ia duduk. Tetapi jika telah sempurna berdirinya, maka janganlah ia duduk (kembali), dan hendaklah ia sujud sahwi dengan dua kali sujud.(HR.Ibnu Majah:1198, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Babussahwi Fishshalati Wassujudi lahuu, juz:4, hal. 61)
Berdasarkan hadits ini, bagi orang yang meninggalkan tasyahhud awwal karena lupa dan berdirinya belum tegak, maka boleh kembali ke duduk. Dan jika berdirinya telah tegak, maka kembali ke duduk adalah haram hukumnya dan batal shalatnya.
Sujud sahwi juga dilakukan karena meninggalkan sunat-sunat Ab'adh, yaitu 1. Tasyahhud awwal, 2. Duduk ketika tsyahhud awwal, 3. Qunut subuh, 4. Qunut witir pada akhir separoh bulan ramadhan, 5. Berdiri untuk qunut, 6. Do'a shalawat Nabi pada tasyahhud awwal dan do'a shalawat bagi keluarga Nabi dalam tsyahhud akhir.
Dan juga melakukan sujud sahwi karena meninggalkan perbuatan yang diperintahkan, seperti meninggalkan ruku', sujud, berdiri, bacaan wajib, tasyahhud wajib, sedangkan tempatnya telah lewat, maka orang yang mengalami seperti ini disyariatkan melakukan sujud sahwi setelah menyusulkan perbuatan yang ditinggalkannya. Jika yang ditinggalkan itu ingat pada waktu masih di dalam shalat, maka ia harus mengerjakan apa yang ditinggalkan itu dan menyempurnakan shalatnya (wajib diulangai dari rukun yang ditinggalkannya). Dan jika ingat setelah salam dan waktunya belum lama, maka ia boleh menyuslkannya, lalu sujud sahwi. Dan jika telah lama, maka wajib mengulangi shalatnya dari awal. Ukuran lama menurut imam Syafi'I dikembalikan kepada kebiasaan. Dan menurut pendapat lain dalam kitab Al-Buhaithi adalah masa yang melebihi masa satu rakaat.
Cara Melakukan Sujud Sahwi
Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud sebelum salam berdasarkan hadits Nabi berikut ini :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَالِدٍ ابْنُ عَثْمَةَ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَقَ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ كُرَيْبٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا سَهَا أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلَمْ يَدْرِ وَاحِدَةً صَلَّى أَوْ ثِنْتَيْنِ فَلْيَبْنِ عَلَى وَاحِدَةٍ-فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثِنْتَيْنِ صَلَّى أَوْ ثَلَاثًا فَلْيَبْنِ عَلَى ثِنْتَيْنِ- فَإِنْ لَمْ يَدْرِ ثَلَاثًا صَلَّى أَوْ أَرْبَعًا فَلْيَبْنِ عَلَى ثَلَاثٍ وَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ.(رواه الترمذي : 364-سنن الترمذي– المكتبة الشاملة- بَاب مَا جَاءَ فِي الرَّجُلِ يُصَلِّي فَيَشُكُّ فِي الزِّيَادَةِ وَالنُّقْصَانِ- الجزء : 2- صفحة : 161)
Muammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Khalid bin 'Atsmah Al-Bashri telah menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Sa'id telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Muhammad bin Ishaq telah menceritakan kepadaku, dari Makhul, dari Ibnu 'Abbas, dari Abdurrahman bin Auf, ia berkata : Aku pernah mendengar Nabi saw, bersabda : Apabila salah seorang dari kalian lupa dalam shalatnya, lalu ia tidak tahu telah mengerjakan shalat satu rakaat atau dua rakaat, maka hendaklah ia tetapkan satu rakaat. Jika ia tidak tahu mengerjakan shalat dua atau tiga rakaat, maka hendaklah ia tetapkan dua rakaat. Dan jika ia tidak tahu mengerjakan shalat tiga atau empat rakaat, maka hendaklah ia tetapkan tiga rakaat. Setelah itu hendaklah ia sujud dua kali sebelum salam. (HR.Ibnu Tirmidzi : 1198, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab maa jaa-a firrajuli Yushalli Fayasyukku Fizziyadah wannuqshan, juz : 2, hal. 1 61)
أَخْبَرَنَا أَبُو دَاوُدَ سُلَيْمَانُ بْنُ سَيْفٍ قَالَ حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ ابْنِ بُحَيْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فَقَامَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ فَسَبَّحُوا فَمَضَى - فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ صَلَاتِهِ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ.(رواه النسائي : 1165– سنن النسائي – المكتبة الشاملة- بَاب تَرْكِ التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ - الجزء : 4- صفحة : 404)
Abu Daud dan Sulaiman bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami, ia berkata : Wahab bin Jarir telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Syu'bah telah menceritakan kepada kami, dari Yahya bin Sa'id, dari Abdurrahman Al-A'raj, dari Ibnu Buhainah, bahwa Nabi saw mengerjakan shalat, lalu beliau terus berdiri setelah sampai dua rakaat, maka orang-orang-pun mengucapkan tasbih, namun beliau meneruskan shalatnya. Dan setelah selesai shalatnya, barulah beliau sujud dua laki kemudian memberi salam. (HR. An-Nasai : 1165, Sunan An-Nasai, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Tarkuttasyahhud Al-Awwal, juz: 4, hal. 404)
Berdasarkan hadits ini jelaslah, bahwa sujud sahwi dilakukan dua kali sebelum salam. Imam Syafi'I berpendapat, bahwa semua sujud sahwi dilakukan sebelum salam. Beliau berkata : Hadits Buhainah ini membatalkan hadits lainnya. Beliau menuturkan, demikianlah terakhir Nabi saw melakukannya. Ini adalah pendapat terbesar ahli fiqih kota Madinah, seperti Yahya bin Sa'id dan Rabi'ah, dll. Sedangkan Imam Malik bin Anas berpendapat : Bila terjadi penambahan dalam shalat, maka sujud sahwi dilakukan sesudah salam; dan bila terjadi pengurangan dalam shalat, maka sujud sahwi dilakukan sebelum salam.
Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud dan setiap akan melakukan sujud bertakbir terlebih dahulu berdasarkan hadits Nabi berikuti ini :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ الْأَسْدِيِّ حَلِيفِ بَنِي عَبْدِ الْمُطَّلِبِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ فِي صَلَاةِ الظُّهْرِ وَعَلَيْهِ جُلُوسٌ- فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ وَسَجَدَهُمَا النَّاسُ مَعَهُ مَكَانَ مَا نَسِيَ مِنْ الْجُلُوسِ.(رواه البخاري : 1154– صحيح البخاري – المكتبة الشاملة- بَاب مَنْ يُكَبِّرُ فِي سَجْدَتَيْ السَّهْوِ - الجزء : 4- صفحة : 444 )
Qutaibah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami, Laits telah menceritakan kepada kami, dari Ibnu Syihab, dari Al-A'raj, dari Abdullah bin Buhainah Al-Asadi Halif Bani Abdi Al-Muththalib, bahwa Rasulullah saw pernah melaksanakan shalat Zhuhur dan semestinya beliau duduk, namun tidak duduk, (tidak tasyahud awwal). Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali, beliau bertakbir pada setiap akan sujud, dan beliau dalam posisi duduk sebelum salam. Maka orang-orang bersujud dua kali sujud bersama beliau sebagai ganti yang terlupa dari duduk (tasyahud awwal) (HR. Bukhari :1154, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Man Yukabbiru Fii sajdatayissahwi, juz : 4, hal.444)
Adapun do'a sujud sahwi tidak ditemukan yang khusus, sehingga yang dibaca adalah sama dengan apa yang dibaca dalam sujud lainnya dalam shalat. Namun masyarakat bila melakukan sujud sahwi banyak yang membaca do'a berikut ini yang berbunyi :
سُبْحَانَ الَّذِي لاَ يَنَامُ وَلاَ يَسْهُو
”Maha Suci Dzat yang tidak tidur dan tidak lupa”.
Doa ini antara lain terdapat dalam kitab "Hasyiyah Al-Bujairimy 'Alal-Khathib", salah satu kitab mazhab Syafi'I, dan mengamalkannya adalah boleh dan bahkan ditegaskan dalam kitab tersebut adalah paling cocok dalam sujud sahwi sesuai dengan nama sujud itu sendiri. Namun do'a yang begitu poluler ini tidak ditemukan keterangan yang sahih, dan tidak ada contohnya dari Nabi saw.
والله اعلم
Sabtu, 11 Desember 2010
SURAT AL-BAQARAH AYAT 53-58
MERUJUK KEPAD TAFSIR JALALAIN :
وَإِذْ آَتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (53)
53. Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) dan pemisah (antara yang benar dan yang salah), agar kamu mendapat petunjuk.
{وَإِذْ ءاتَيْنَا مُوسَى الكتاب} التوراة {والفرقان} عطف تفسير، أي الفارق بين الحق والباطل والحلال والحرام {لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ} به من الضلال.
(Dan ingatlah ketika Kami berikan kepada Musa Al-kitab) yaitu Taurat (dan pemisah) merupakan 'athaf tafsir' –kata الفرقان diathafkan kepada kata الكتاب sebagai penjelasan bagi Al-kitab yaitu Taurat- yang berfungsi sebagai pemisah antara yang hak dengan yang batil, yang halal dengan yang haram (agar kamu mendapat petunjuk) dengan kitab Taurat itu sehingga jauh dari kesesatan.
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (54)
54. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sesembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu . hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
{وَإِذْ قَالَ موسى لِقَوْمِهِ} الذين عبدوا العجل{ياقوم إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُمْ باتخاذكم العجل} إلهاً {فَتُوبُواْ إلى بَارِئِكُمْ} خالقكم من عبادته {فاقتلوا أَنفُسَكُمْ} أي ليقتل البريءُ منكم المجرم {ذلكم} القتل {خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ} فوفقكم لفعل ذلك وأرسل عليكم سحابة سوداء لئلا يبصر بعضكم بعضاً فيرحمه حتى قُتِلَ منكم نحو سبعين ألفاً {فَتَابَ عَلَيْكُمْ} قبل توبتكم {إِنَّهُ هُوَ التواب الرحيم}.
(Dan ketika Musa berkata kepada kaumnya) yang telah menyembah patung anak lembu itu (Hai kaumku! Sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu karena kamu telah mengambil anak lembu) sebagai sesembahan, (maka bertobatlah kamu kepada Tuhanmu) yang telah menciptakan kamu, yaitu bertobat atas kesalahanmu berupa penyembahan terhadap patung anak lembu, (maka bunuhlah dirimu) maksudnya hendaklah yang tidak bersalah di antaramu membunuh yang bersalah. (Demikian itu) yakni membunuh itu (lebih baik bagimu di sisi Tuhanmu) hingga dituntun-Nya kamu untuk melakukannya dan dikirim-Nya awan hitam agar sebagian kamu tidak melihat lainnya yang akan menyebabkan timbulnya rasa kasihan di antara kamu yang akan menghalangi pembunuhan ini. Maka berhasillah pembunuhan masal itu sehingga yang tewas di antara kamu tidak kurang dari tujuh 70.000 orang banyaknya. (Maka Allah menerima tobatmu) sebelum kamu melakukan pertobatan. (Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang).
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (55)
55. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata : "Hai Musa, Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum Kami melihat Allah dengan terang , karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya ".
{وَإِذْ قُلْتُمْ} وقد خرجتم مع موسى لتعتذروا إلى الله من عبادة العجل وسمعتم كلامه {ياموسى لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حتى نَرَى الله جَهْرَةً} عيانا {فَأَخَذَتْكُمُ الصاعقة} الصيحة فمُتُّم {وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ} ما حلّ بكم .
(Dan ketika kamu berkata) yaitu setelah kamu pergi bersama Musa untuk memohon ampun kepada Allah sebab menyembah patung anak lembu dan kamu telah dengar pula firman-Nya. ("Hai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah secara terang!") secara nyata. (Sebab itu kamu disambar petir) atau halilintar hingga kamu tewas (sedang kamu menyaksikannya) atas peristiwa yang menimpa dirimu itu.
ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (56)
56. setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati , supaya kamu bersyukur.
{ ثُمَّ بعثناكم } أحييناكم { مّن بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ } نعمتنا بذلك .
(Setelah itu Kami bangkitkan kamu) maksudnya Kami hidupkan kamu, (setelah kematian kamu agar kamu bersyukur) atas nikmat karunia Kami itu.
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (57)
57. Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa" . makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka Menganiaya kami; akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.
{وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الغمام} سترناكم بالسحاب الرقيق من حرّ الشمس في التيه {وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ} فيه {المن والسلوى} هما الترَنْجبِين والطير السُّمَاني- بتخفيف الميم والقصر- ، وقلنا : {كُلُواْ مِن طيبات مَا رزقناكم} ولا تدَّخروا، فكفروا النعمة وادَّخروا فقطع عنهم {وَمَا ظَلَمُونَا} بذلك {ولكن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ} لأنّ وباله عليهم .
(Dan Kami naungi kamu dengan awan), artinya Kami tutupkan di atas kepalamu awan tipis agar kamu terlindung dari panasnya cahaya matahari di padang Tih, (dan Kami turunkan padamu) di padang Tih itu (manna dan salwa) yakni makanan manis seperti madu dan daging burung sebangsa puyuh dan firman Kami, ("Makanlah di antara makanan yang baik yang Kami karuniakan kepadamu.") dan janganlah kamu simpan! Tetapi mereka mengingkari nikmat itu dan mereka menyimpannya. Maka Allah pun menghentikan rezeki itu atas mereka (dan tidaklah mereka menganiaya Kami) dengan perbuatan itu, (tetapi mereka menganiaya diri mereka sendiri) karena bencananya kembali kepada mereka juga.
وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ (58)
58. dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud , dan Katakanlah : "Bebaskanlah Kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".
{وَإِذْ قُلْنَا} لهم بعد خروجهم من التيه {ادخلوا هذه القرية} بيت المقدس أو أريحا { فَكُلُواْ مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا} واسعاً لا حَجْرَ فيه {وادخلوا الباب} أي بابها {سُجَّدًا} منحنين {وَقُولُواْ} مسألَتُنا {حِطَّةٌ} أي أن تَحُطُّ عنا خطايانا {نَّغْفِرْ} وفي قراء بالياء والتاء مبنيًّا للمفعول فيهما {لَكُمْ خطاياكم وَسَنَزِيدُ المحسنين} بالطاعة ثواباً .
(Dan ingatlah ketika Kami berfirman,) kepada mereka setelah mereka keluar dari bukit Tih, ("Masuklah kamu ke negeri ini"), yakni Baitulmakdis atau Ariha (Maka makanlah di antara makanannya yang baik lagi enak mana yang kamu sukai) dengan leluasa tanpa ada larangan (dan masukilah pintu gerbangnya) yaitu pintunya (dalam keadaan bersujud) artinya menundukkan diri (dan ucapkanlah) sebagai permohonan, ("Bebaskanlah kami dari dosa!"), yaitu hapuskan kesalahan kami (niscaya Kami ampuni) menurut suatu qiraat 'yughfar', sedangkan menurut suatu qiraat lainnya 'tughfar', keduanya kata kerja pasif yang berarti 'diampuni' (bagimu kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami tambah pula pemberian Kami kepada orang-orang yang berbuat baik) maksudnya diampuni karena berlaku taat, diberi tambahan, yakni pahalanya.
وَإِذْ آَتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (53)
53. Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) dan pemisah (antara yang benar dan yang salah), agar kamu mendapat petunjuk.
{وَإِذْ ءاتَيْنَا مُوسَى الكتاب} التوراة {والفرقان} عطف تفسير، أي الفارق بين الحق والباطل والحلال والحرام {لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ} به من الضلال.
(Dan ingatlah ketika Kami berikan kepada Musa Al-kitab) yaitu Taurat (dan pemisah) merupakan 'athaf tafsir' –kata الفرقان diathafkan kepada kata الكتاب sebagai penjelasan bagi Al-kitab yaitu Taurat- yang berfungsi sebagai pemisah antara yang hak dengan yang batil, yang halal dengan yang haram (agar kamu mendapat petunjuk) dengan kitab Taurat itu sehingga jauh dari kesesatan.
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (54)
54. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sesembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu . hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
{وَإِذْ قَالَ موسى لِقَوْمِهِ} الذين عبدوا العجل{ياقوم إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُمْ باتخاذكم العجل} إلهاً {فَتُوبُواْ إلى بَارِئِكُمْ} خالقكم من عبادته {فاقتلوا أَنفُسَكُمْ} أي ليقتل البريءُ منكم المجرم {ذلكم} القتل {خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ} فوفقكم لفعل ذلك وأرسل عليكم سحابة سوداء لئلا يبصر بعضكم بعضاً فيرحمه حتى قُتِلَ منكم نحو سبعين ألفاً {فَتَابَ عَلَيْكُمْ} قبل توبتكم {إِنَّهُ هُوَ التواب الرحيم}.
(Dan ketika Musa berkata kepada kaumnya) yang telah menyembah patung anak lembu itu (Hai kaumku! Sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu karena kamu telah mengambil anak lembu) sebagai sesembahan, (maka bertobatlah kamu kepada Tuhanmu) yang telah menciptakan kamu, yaitu bertobat atas kesalahanmu berupa penyembahan terhadap patung anak lembu, (maka bunuhlah dirimu) maksudnya hendaklah yang tidak bersalah di antaramu membunuh yang bersalah. (Demikian itu) yakni membunuh itu (lebih baik bagimu di sisi Tuhanmu) hingga dituntun-Nya kamu untuk melakukannya dan dikirim-Nya awan hitam agar sebagian kamu tidak melihat lainnya yang akan menyebabkan timbulnya rasa kasihan di antara kamu yang akan menghalangi pembunuhan ini. Maka berhasillah pembunuhan masal itu sehingga yang tewas di antara kamu tidak kurang dari tujuh 70.000 orang banyaknya. (Maka Allah menerima tobatmu) sebelum kamu melakukan pertobatan. (Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang).
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (55)
55. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata : "Hai Musa, Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum Kami melihat Allah dengan terang , karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya ".
{وَإِذْ قُلْتُمْ} وقد خرجتم مع موسى لتعتذروا إلى الله من عبادة العجل وسمعتم كلامه {ياموسى لَن نُّؤْمِنَ لَكَ حتى نَرَى الله جَهْرَةً} عيانا {فَأَخَذَتْكُمُ الصاعقة} الصيحة فمُتُّم {وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ} ما حلّ بكم .
(Dan ketika kamu berkata) yaitu setelah kamu pergi bersama Musa untuk memohon ampun kepada Allah sebab menyembah patung anak lembu dan kamu telah dengar pula firman-Nya. ("Hai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah secara terang!") secara nyata. (Sebab itu kamu disambar petir) atau halilintar hingga kamu tewas (sedang kamu menyaksikannya) atas peristiwa yang menimpa dirimu itu.
ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (56)
56. setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati , supaya kamu bersyukur.
{ ثُمَّ بعثناكم } أحييناكم { مّن بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ } نعمتنا بذلك .
(Setelah itu Kami bangkitkan kamu) maksudnya Kami hidupkan kamu, (setelah kematian kamu agar kamu bersyukur) atas nikmat karunia Kami itu.
وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (57)
57. Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa" . makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka Menganiaya kami; akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.
{وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الغمام} سترناكم بالسحاب الرقيق من حرّ الشمس في التيه {وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ} فيه {المن والسلوى} هما الترَنْجبِين والطير السُّمَاني- بتخفيف الميم والقصر- ، وقلنا : {كُلُواْ مِن طيبات مَا رزقناكم} ولا تدَّخروا، فكفروا النعمة وادَّخروا فقطع عنهم {وَمَا ظَلَمُونَا} بذلك {ولكن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ} لأنّ وباله عليهم .
(Dan Kami naungi kamu dengan awan), artinya Kami tutupkan di atas kepalamu awan tipis agar kamu terlindung dari panasnya cahaya matahari di padang Tih, (dan Kami turunkan padamu) di padang Tih itu (manna dan salwa) yakni makanan manis seperti madu dan daging burung sebangsa puyuh dan firman Kami, ("Makanlah di antara makanan yang baik yang Kami karuniakan kepadamu.") dan janganlah kamu simpan! Tetapi mereka mengingkari nikmat itu dan mereka menyimpannya. Maka Allah pun menghentikan rezeki itu atas mereka (dan tidaklah mereka menganiaya Kami) dengan perbuatan itu, (tetapi mereka menganiaya diri mereka sendiri) karena bencananya kembali kepada mereka juga.
وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ (58)
58. dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud , dan Katakanlah : "Bebaskanlah Kami dari dosa", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".
{وَإِذْ قُلْنَا} لهم بعد خروجهم من التيه {ادخلوا هذه القرية} بيت المقدس أو أريحا { فَكُلُواْ مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا} واسعاً لا حَجْرَ فيه {وادخلوا الباب} أي بابها {سُجَّدًا} منحنين {وَقُولُواْ} مسألَتُنا {حِطَّةٌ} أي أن تَحُطُّ عنا خطايانا {نَّغْفِرْ} وفي قراء بالياء والتاء مبنيًّا للمفعول فيهما {لَكُمْ خطاياكم وَسَنَزِيدُ المحسنين} بالطاعة ثواباً .
(Dan ingatlah ketika Kami berfirman,) kepada mereka setelah mereka keluar dari bukit Tih, ("Masuklah kamu ke negeri ini"), yakni Baitulmakdis atau Ariha (Maka makanlah di antara makanannya yang baik lagi enak mana yang kamu sukai) dengan leluasa tanpa ada larangan (dan masukilah pintu gerbangnya) yaitu pintunya (dalam keadaan bersujud) artinya menundukkan diri (dan ucapkanlah) sebagai permohonan, ("Bebaskanlah kami dari dosa!"), yaitu hapuskan kesalahan kami (niscaya Kami ampuni) menurut suatu qiraat 'yughfar', sedangkan menurut suatu qiraat lainnya 'tughfar', keduanya kata kerja pasif yang berarti 'diampuni' (bagimu kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami tambah pula pemberian Kami kepada orang-orang yang berbuat baik) maksudnya diampuni karena berlaku taat, diberi tambahan, yakni pahalanya.
Jumat, 10 Desember 2010
MENJAGA HAFALAN AL-QU'AN
Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh para penghapal Al-Qur'an adalah bahwa hapalan seseorang mudah hilang dari ingatan jika orang tersebut tidak membacanya secara berulang ulang dengan hapalan. Hal ini berbeda dengan ilmu ilmu lainnya. Nabi saw, pernah mengingatkan kepada para penghapal Al-Qur'an agar supaya memerhatikan dan menjaga hapalannya, sebab Al-Qur'an itu sangat mudah hilang dari ingatan jika tidak diperhatikan dan dijaga. Nabi saw, mengingatkan kepada para penghapal Al-Qur'an agar selalu membaca Al-Qur'an dari waktu ke waktu agar hapalannya tidak cepat hilang. Digambarkan dalam hadis bahwa jika pemilik unta tidak selalu menengok unta yang ada di dalam kandangnya, unta tersebut akan cepat keluar dan mencari makanan sendiri.
Sabda Nabi saw :
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا وَقَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِئْسَمَا لِأَحَدِهِمْ يَقُولُ نَسِيتُ آيَةَ كَيْتَ وَكَيْتَ بَلْ هُوَ نُسِّيَ اسْتَذْكِرُوا الْقُرْآنَ فَلَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ صُدُورِ الرِّجَالِ مِنْ النَّعَمِ بِعُقُلِهَا.(رواه مسلم : 1314–صحيح مسلم - المكتبة الشاملة- بَاب الْأَمْرِ بِتَعَهُّدِ الْقُرْآنِ وَكَرَاهَةِ قَوْلِ نَسِيتُ آيَةَ كَذَا وَجَوَازِ قَوْلِ أُنْسِيتُهَا- الجزء : - 4-صفحة : 199)
Zuhair bin Harb dan 'Utsman bin Abi Syaibah, dan Ishaq bin Ibrahim telah bercerita kepada kami, Ishaq berkata : telah menceritakan kepada kami, dan yang lain berkata : Jarir telah bercerita kepada kami, dari Manshur, dari Abu Wa-il, diterima dari Abdullah, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Jelek sekali bagi seseorang yang berkata : Aku telah lupa ayat ini dan ayat itu. Sebenarnya dia dilupakan. Bersungguh-sungguhlah mengingat Al-Qur'an, sungguh Al-Qur'an itu lebih gampang lepas dari ingatan sesorang daripada unta yang ada di kandangnya. (HR.Muslim : 1314, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Al-Amru bita'ahhudilil Qur'an wa karaahiyati Qauli nasitu aayata kadzaa wa yajuzu Qauli Unsituiha, Juz : 4, hal.199 (
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَعَاهَدُوا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ الْإِبِلِ فِي عُقُلِهَا.(رواه البخاري : 4645 –صحيح البخاري- المكتبة الشاملة- بَاب اسْتِذْكَارِ الْقُرْآنِ وَتَعَاهُدِهِ- الجزء : - 15-صفحة : 447)
Muhammad bin Al-'Ala' telah menceritakan kepada kami, Abu Usamah telah menceritakan kepada kami, dari Buraidah, dari Burdah, darei Abu Musa, diterima dari Nabi saw, beliau bersabda : Perhatikanlah Al-Quran! Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada ditangan-Nya, sesungguhnya Al-Quran lebih cepat kaburnya (dari ingatan) dari pada unta dalam tambatannya. (HR. Bukhari : 4645, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Istidzkaril Qur'an wa ta'aahudih, Juz : 15, hal.447 (
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ الْقُرْآنِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْإِبِلِ الْمُعَقَّلَةِ إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ(رواه البخاري : 4643 –صحيح البخاري- المكتبة الشاملة- بَاب اسْتِذْكَارِ الْقُرْآنِ وَتَعَاهُدِهِ- الجزء : - 15-صفحة : 445)
Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami, Malik telah mengabarkan kepada kami, dari Nafi', Dario Ibnu 'Umar ra, bahwa Rasulullah saw, bersabda : Permisalan shaahibul-qur’an (orang yang selalu membaca dan mempelajari Al-Qur’an) adalah seperti pemilik seekor onta yang terikat. Jika ia menjaganya, maka ia dapat menahannya (tidak terlepas). Namun jika ia melepaskannya, niscaya ia akan pergi” (HR. Bukhari : 4643, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Istidzkaril Qur'an wa ta'aahudih, Juz : 15, hal.445 (
Sabda Nabi saw :
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَعُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا وَقَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِئْسَمَا لِأَحَدِهِمْ يَقُولُ نَسِيتُ آيَةَ كَيْتَ وَكَيْتَ بَلْ هُوَ نُسِّيَ اسْتَذْكِرُوا الْقُرْآنَ فَلَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ صُدُورِ الرِّجَالِ مِنْ النَّعَمِ بِعُقُلِهَا.(رواه مسلم : 1314–صحيح مسلم - المكتبة الشاملة- بَاب الْأَمْرِ بِتَعَهُّدِ الْقُرْآنِ وَكَرَاهَةِ قَوْلِ نَسِيتُ آيَةَ كَذَا وَجَوَازِ قَوْلِ أُنْسِيتُهَا- الجزء : - 4-صفحة : 199)
Zuhair bin Harb dan 'Utsman bin Abi Syaibah, dan Ishaq bin Ibrahim telah bercerita kepada kami, Ishaq berkata : telah menceritakan kepada kami, dan yang lain berkata : Jarir telah bercerita kepada kami, dari Manshur, dari Abu Wa-il, diterima dari Abdullah, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Jelek sekali bagi seseorang yang berkata : Aku telah lupa ayat ini dan ayat itu. Sebenarnya dia dilupakan. Bersungguh-sungguhlah mengingat Al-Qur'an, sungguh Al-Qur'an itu lebih gampang lepas dari ingatan sesorang daripada unta yang ada di kandangnya. (HR.Muslim : 1314, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Al-Amru bita'ahhudilil Qur'an wa karaahiyati Qauli nasitu aayata kadzaa wa yajuzu Qauli Unsituiha, Juz : 4, hal.199 (
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَعَاهَدُوا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ الْإِبِلِ فِي عُقُلِهَا.(رواه البخاري : 4645 –صحيح البخاري- المكتبة الشاملة- بَاب اسْتِذْكَارِ الْقُرْآنِ وَتَعَاهُدِهِ- الجزء : - 15-صفحة : 447)
Muhammad bin Al-'Ala' telah menceritakan kepada kami, Abu Usamah telah menceritakan kepada kami, dari Buraidah, dari Burdah, darei Abu Musa, diterima dari Nabi saw, beliau bersabda : Perhatikanlah Al-Quran! Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada ditangan-Nya, sesungguhnya Al-Quran lebih cepat kaburnya (dari ingatan) dari pada unta dalam tambatannya. (HR. Bukhari : 4645, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Istidzkaril Qur'an wa ta'aahudih, Juz : 15, hal.447 (
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا مَثَلُ صَاحِبِ الْقُرْآنِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْإِبِلِ الْمُعَقَّلَةِ إِنْ عَاهَدَ عَلَيْهَا أَمْسَكَهَا وَإِنْ أَطْلَقَهَا ذَهَبَتْ(رواه البخاري : 4643 –صحيح البخاري- المكتبة الشاملة- بَاب اسْتِذْكَارِ الْقُرْآنِ وَتَعَاهُدِهِ- الجزء : - 15-صفحة : 445)
Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami, Malik telah mengabarkan kepada kami, dari Nafi', Dario Ibnu 'Umar ra, bahwa Rasulullah saw, bersabda : Permisalan shaahibul-qur’an (orang yang selalu membaca dan mempelajari Al-Qur’an) adalah seperti pemilik seekor onta yang terikat. Jika ia menjaganya, maka ia dapat menahannya (tidak terlepas). Namun jika ia melepaskannya, niscaya ia akan pergi” (HR. Bukhari : 4643, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Istidzkaril Qur'an wa ta'aahudih, Juz : 15, hal.445 (
Sabtu, 04 Desember 2010
SURAT AL-BAQARAH AYAT 47-52
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ (47)
47. Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya aku telah melebihkan kamu atas penduduk dunia .
(Hai Bani Israel! Ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu), yaitu mensyukurinya dengan cara taat kepada-Ku (dan ingatlah pula bahwa Aku telah melebihkan kamu), maksudnya adalah melebihkan nenek moyangmu (atas penduduk dunia) di zaman mereka itu.
وَاتَّقُوا يَوْمًا لَا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ (48)
48. Dan jagalah dirimu, yang pada hari itu seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan tidak diterima syafa'at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.
(Dan jagalah dirimu), takutlah dari azab (yang pada hari itu seseorang tidak dapat membela orang lain walau sedikit pun) yaitu pada hari kiamat (dan tidak diterima dari padanya syafaat) artinya pada hari kiamat tidak ada suatu manfaat bagi orang lain atau mengilakkan dari madarat dan tidak ada orang yang dapat dijadikan sebagai pemberi syafaat (dan tidak pula tebusan dan tidaklah mereka akan ditolong), artinya tidak ada yang dapat mencegah dari azab Allah.
وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آَلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ (49)
49. Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari kaum keluarga Fir'aun; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan hal yang demikian itu menjadi cobaan yang besar dari Tuhanmu.
(Dan) ingatlah (ketika Kami selamatkan kamu) maksudnya nenek moyangmu. Ungkapan ini ditujukan kepada generasi di masa Nabi kita (Nabi Muhammad saw), tentang nikmat yang telah dilimpahkan kepada nenek moyangnya, agar ingat akan nikmat Allah itu dan beriman kepada-Nya, (dari kaum keluarga Firaun yang menimpakan kepadamu) maksudnya yang merasakan (siksaan yang seberat-beratnya) maksudnya adalah siksaan yang amat berat. (Mereka menyembelih anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup anak- anak perempuanmu). Hal ini disebabkan adanya ramalan tukang tenung bahwa akan ada seorang anak lelaki kelahiran Bani Israel yang akan menjadi penyebab lenyapnya kerajaan Firaun itu. (Dan hal yang demikian itu) yakni siksaan atau keselamatan (menjadi cobaan) ujian atau pemberian nikmat (yang besar dari Tuhanmu).
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آَلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (50)
50. Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan keluarga Fir'aun, sedang kamu sendiri menyaksikan .
(Dan) ingatlah (ketika Kami pisah) maksudnya Kami belah (untukmu) maksudnya dengan sebab kamu, (lautan) sehingga kamu dapat masuk dan melintasinya ketika melarikan diri dari musuhmu (lalu Kami selamatkan kamu) dari bahaya tenggelam, (dan Kami tenggelamkan keluarga Firaun) beserta kaumnya (sedang kamu sendiri menyaksikan) hal itu, yaitu terkatupnya lautan yang menenggelamkan mereka.
وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ (51)
51. Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa selama empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. (memberikan Taurat, sesudah)
(Dan ingatlah ketika Kami berjanji kepada Musa selama empat puluh malam) maksudnya Kami berjanji akan memberinya Taurat setelah 40 malam, agar kamu menjadikannya sebagai pedoman (lalu kamu menjadikan anak lembu) maksudnya patung anak lembu yang ditempa oleh Samiri menjadi sesembahan, (sepeninggalnya) artinya setelah ia pergi memenuhi perjanjian dengan Kami, (dan kamu adalah orang-orang yang zalim) disebabkan meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, yaitu mengambil anak lembu itu sebagai sesembahan.
ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (52)
52. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.
(Kemudian Kami maafkan kamu), maksudnya Kami hapuskan dosa-dosamu (setelah itu) setelah menjadikan patung sebagai sesembahan (agar kamu bersyukur) atas nikmat kami yang diberikan kepadamu.
47. Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya aku telah melebihkan kamu atas penduduk dunia .
(Hai Bani Israel! Ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu), yaitu mensyukurinya dengan cara taat kepada-Ku (dan ingatlah pula bahwa Aku telah melebihkan kamu), maksudnya adalah melebihkan nenek moyangmu (atas penduduk dunia) di zaman mereka itu.
وَاتَّقُوا يَوْمًا لَا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ (48)
48. Dan jagalah dirimu, yang pada hari itu seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan tidak diterima syafa'at dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.
(Dan jagalah dirimu), takutlah dari azab (yang pada hari itu seseorang tidak dapat membela orang lain walau sedikit pun) yaitu pada hari kiamat (dan tidak diterima dari padanya syafaat) artinya pada hari kiamat tidak ada suatu manfaat bagi orang lain atau mengilakkan dari madarat dan tidak ada orang yang dapat dijadikan sebagai pemberi syafaat (dan tidak pula tebusan dan tidaklah mereka akan ditolong), artinya tidak ada yang dapat mencegah dari azab Allah.
وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آَلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ (49)
49. Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari kaum keluarga Fir'aun; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan hal yang demikian itu menjadi cobaan yang besar dari Tuhanmu.
(Dan) ingatlah (ketika Kami selamatkan kamu) maksudnya nenek moyangmu. Ungkapan ini ditujukan kepada generasi di masa Nabi kita (Nabi Muhammad saw), tentang nikmat yang telah dilimpahkan kepada nenek moyangnya, agar ingat akan nikmat Allah itu dan beriman kepada-Nya, (dari kaum keluarga Firaun yang menimpakan kepadamu) maksudnya yang merasakan (siksaan yang seberat-beratnya) maksudnya adalah siksaan yang amat berat. (Mereka menyembelih anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup anak- anak perempuanmu). Hal ini disebabkan adanya ramalan tukang tenung bahwa akan ada seorang anak lelaki kelahiran Bani Israel yang akan menjadi penyebab lenyapnya kerajaan Firaun itu. (Dan hal yang demikian itu) yakni siksaan atau keselamatan (menjadi cobaan) ujian atau pemberian nikmat (yang besar dari Tuhanmu).
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آَلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (50)
50. Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan keluarga Fir'aun, sedang kamu sendiri menyaksikan .
(Dan) ingatlah (ketika Kami pisah) maksudnya Kami belah (untukmu) maksudnya dengan sebab kamu, (lautan) sehingga kamu dapat masuk dan melintasinya ketika melarikan diri dari musuhmu (lalu Kami selamatkan kamu) dari bahaya tenggelam, (dan Kami tenggelamkan keluarga Firaun) beserta kaumnya (sedang kamu sendiri menyaksikan) hal itu, yaitu terkatupnya lautan yang menenggelamkan mereka.
وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ (51)
51. Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa selama empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. (memberikan Taurat, sesudah)
(Dan ingatlah ketika Kami berjanji kepada Musa selama empat puluh malam) maksudnya Kami berjanji akan memberinya Taurat setelah 40 malam, agar kamu menjadikannya sebagai pedoman (lalu kamu menjadikan anak lembu) maksudnya patung anak lembu yang ditempa oleh Samiri menjadi sesembahan, (sepeninggalnya) artinya setelah ia pergi memenuhi perjanjian dengan Kami, (dan kamu adalah orang-orang yang zalim) disebabkan meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya, yaitu mengambil anak lembu itu sebagai sesembahan.
ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (52)
52. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.
(Kemudian Kami maafkan kamu), maksudnya Kami hapuskan dosa-dosamu (setelah itu) setelah menjadikan patung sebagai sesembahan (agar kamu bersyukur) atas nikmat kami yang diberikan kepadamu.
Jumat, 03 Desember 2010
PERMULAAN WAHYU DITURUNKAN
Permulaan wahyu diturunkan kepada Rasulullah saw sebagai berikut :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ الْحَارِثَ بْنَ هِشَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Malik telah mengabarkan kepada kami, dari Hisyam bin 'Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah Ibu Kaum Mu'minin ra, bahwa Al-Harits bin Hisyam ra, bertanya kepada Rasulullah saw :
فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْيُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ.
Maka ia (Al-Harits bin Hisyam) berkata : Wahai Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada engkau? Maka Rasulullah saw, menjawab : Terkadang datang kepadaku seperti suara gemerincing lonceng dan cara ini yang paling berat buatku, lalu terhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang disampaikan.
وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ - قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فِي الْيَوْمِ الشَّدِيدِ الْبَرْدِ فَيَفْصِمُ عَنْهُ وَإِنَّ جَبِينَهُ لَيَتَفَصَّدُ عَرَقًا.(رواه البخاري)
Dan terkadang Malaikat datang menyerupai seorang laki-laki, lalu berbicara kepadaku maka aku ikuti apa yang diucapkannya. Aisyah ra, berkata : Sungguh aku pernah melihat turunnya wahyu kepada beliau saw, pada suatu hari yang sangat dingin, lalu terhenti, dan aku lihat dahi beliau mengucurkan keringat. (HR.Bukhari)
3- حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ
Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Al-Laits telah menceritakan kepada kami, dari 'Uqail, dari Ibnu Syihab, dari 'Urwah bin Az-Zubair, diterima dari 'Aisyah -Ibu Kaum Mu'minin-, bahwasanya ia berkata : Permulaaan wahyu yang datang kepada Rasulullah saw, adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh.
ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ - وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ - ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ
Kemudian beliau tertarik untuk mengasingkan diri, yaitu mengasingkan diri di gua Hira'. Di dalamnya beliau bertahannuts, yaitu beribadah beberapa malam dalam beberapa waktu lamanya sebelum kembali kepada isterinya. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Kemudian beliau pulang menemui Khadijah, lalu mempersiapkan bekal untuk kegiatan yang serupa, hingga pada akhirnya datanglah kepadanya kebenaran (wahyu), yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua Hira.
فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فَقَالَ : اقْرَأْ! قَالَ : مَا أَنَا بِقَارِئٍ - قَالَ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي
Malaikat datang kepada Nabi saw, seraya berkata : Bacalah! Nabi saw, menjawab : Aku tidak bisa membaca. Nabi saw, menjelaskan : Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat hingga aku kepayahan kemudian ia melepaskan aku
فَقَالَ اقْرَأْ! قُلْتُ : مَا أَنَا بِقَارِئٍ - فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي
Maka malaikat berkata lagi : Bacalah! Aku (Nabi saw) menjawab : Aku tidak bisa membaca. Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat untuk kedua kalinya hingga aku kepayahan kemudian melepaskan aku
فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ
: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
Maka malaikat berkata lagi : Bacalah! Aku (Nabi saw) menjawab : Aku tidak bisa membaca. Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskan aku. Maka malaikat itu berkata lagi : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.
فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُفُ فُؤَادُهُ - فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَقَالَ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ
Nabi saw, kembali kepada Khadijah binti Khuwailid yang hatinya dalam keadaan gelisah. Beliau menemui Khadijah binti Khawailidh seraya berkata : Selimuti aku, selimuti aku!. Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya.
فَقَالَ لِخَدِيجَةَ وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ - لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي - فَقَالَتْ خَدِيجَةُ كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
Nabi bersabda kepada Khadijah dan menceritakan peristiwa yang terjadi kepadanya : Sesungguhnya aku cemas atas diriku. Khadijah berkata: Jangan takut, demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selamanya, sesungguhnya engkau selalu menyambung tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengusahakan barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran.
فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى ابْنَ عَمِّ خَدِيجَةَ وَكَانَ امْرَأً قَدْ تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعِبْرَانِيَّ فَيَكْتُبُ مِنْ الْإِنْجِيلِ بِالْعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ
Maka kemudian Khadijah mengajak beliau untuk bertemu dengan Waroqoh bin Naufal bin Asad bin Abdul 'Uzza, putra paman Khadijah, yang beragama Nasrani di masa Jahiliyyah, dia menulis buku dalam bahasa Ibrani, juga menulis Kitab Injil dalam bahasa Ibrani apa yang dikehendaki Allah untuk menulisnya. Saat itu Waroqoh sudah tua dan matanya buta.
فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ - فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ : يَا ابْنَ أَخِي - مَاذَا تَرَى؟ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَبَرَ مَا رَأَى - فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ : هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى
Khadijah berkata kepada Waraqah : Wahai anak pamanku. Dengarkan kabar dari anak saudaramu ini. Waraqah bertanya kepada Nabi : Wahai anak saudaraku. Apa yang kamu alami? Maka Rasulullah saw, menuturkan peristiwa yang dialaminya. Waraqah berkata : Inilah Namus yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa.
يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ - فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ؟ قَالَ نَعَمْ - لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ - وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ
Duhai seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh kaummu. Rasulullah saw, bertanya : Apakah aku akan diusir mereka? Waroqoh menjawab : Iya betul. (Karena) tidak pernah ada satu orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi). Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu dengan sekuat-kuatnya. Kemudian tidak berapa lama kemudian Waraqah meninggal dunia dan dan wahyu pun terputus untuk sementara.
قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ قَالَ وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْيِ فَقَالَ فِي حَدِيثِهِ : بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ - فَرُعِبْتُ مِنْهُ فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي - فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فَحَمِيَ الْوَحْيُ وَتَتَابَعَ
Ibnu Syihab berkata, Abu Salamah bin Abdurrahman telah mengabarkan kepadaku bahwa Jabir bin Abdullah Al-Anshari berkata, ia bercerita tentang "KEKOSONGAN WAHYU". Rasululah saw bercerita dalam haditsnya : Ketika sedang berjalan aku mendengar suara dari langit, aku memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hira', duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan dan pulang, lalu aku katakan : Selimuti aku. Selimuti aku. Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu : (Wahai orang yang berselimut) sampai firman Allah (dan berhala-berhala tinggalkanlah). Sejak saat itu wahyu terus turun berkesinambungan.
تَابَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ وَأَبُو صَالِحٍ وَتَابَعَهُ هِلَالُ بْنُ رَدَّادٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَقَالَ يُونُسُ وَمَعْمَرٌ بَوَادِرُهُ.(رواه البخاري)
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Yusuf dan Abu Shalih juga oleh Hilal bin Raddad dari Az Zuhri. Dan Yunus berkata; dan Ma'mar menyepakati bahwa dia mendapatkannya dari Az Zuhri.(HR.Bukhari)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ الْحَارِثَ بْنَ هِشَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Malik telah mengabarkan kepada kami, dari Hisyam bin 'Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah Ibu Kaum Mu'minin ra, bahwa Al-Harits bin Hisyam ra, bertanya kepada Rasulullah saw :
فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَأْتِيكَ الْوَحْيُ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَحْيَانًا يَأْتِينِي مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَيَّ فَيُفْصَمُ عَنِّي وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ.
Maka ia (Al-Harits bin Hisyam) berkata : Wahai Rasulullah, bagaimana caranya wahyu turun kepada engkau? Maka Rasulullah saw, menjawab : Terkadang datang kepadaku seperti suara gemerincing lonceng dan cara ini yang paling berat buatku, lalu terhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang disampaikan.
وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِي الْمَلَكُ رَجُلًا فَيُكَلِّمُنِي فَأَعِي مَا يَقُولُ - قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ يَنْزِلُ عَلَيْهِ الْوَحْيُ فِي الْيَوْمِ الشَّدِيدِ الْبَرْدِ فَيَفْصِمُ عَنْهُ وَإِنَّ جَبِينَهُ لَيَتَفَصَّدُ عَرَقًا.(رواه البخاري)
Dan terkadang Malaikat datang menyerupai seorang laki-laki, lalu berbicara kepadaku maka aku ikuti apa yang diucapkannya. Aisyah ra, berkata : Sungguh aku pernah melihat turunnya wahyu kepada beliau saw, pada suatu hari yang sangat dingin, lalu terhenti, dan aku lihat dahi beliau mengucurkan keringat. (HR.Bukhari)
3- حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ
Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Al-Laits telah menceritakan kepada kami, dari 'Uqail, dari Ibnu Syihab, dari 'Urwah bin Az-Zubair, diterima dari 'Aisyah -Ibu Kaum Mu'minin-, bahwasanya ia berkata : Permulaaan wahyu yang datang kepada Rasulullah saw, adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh.
ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ - وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ - ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ
Kemudian beliau tertarik untuk mengasingkan diri, yaitu mengasingkan diri di gua Hira'. Di dalamnya beliau bertahannuts, yaitu beribadah beberapa malam dalam beberapa waktu lamanya sebelum kembali kepada isterinya. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Kemudian beliau pulang menemui Khadijah, lalu mempersiapkan bekal untuk kegiatan yang serupa, hingga pada akhirnya datanglah kepadanya kebenaran (wahyu), yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua Hira.
فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فَقَالَ : اقْرَأْ! قَالَ : مَا أَنَا بِقَارِئٍ - قَالَ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي
Malaikat datang kepada Nabi saw, seraya berkata : Bacalah! Nabi saw, menjawab : Aku tidak bisa membaca. Nabi saw, menjelaskan : Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat hingga aku kepayahan kemudian ia melepaskan aku
فَقَالَ اقْرَأْ! قُلْتُ : مَا أَنَا بِقَارِئٍ - فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي
Maka malaikat berkata lagi : Bacalah! Aku (Nabi saw) menjawab : Aku tidak bisa membaca. Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat untuk kedua kalinya hingga aku kepayahan kemudian melepaskan aku
فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ
: اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
Maka malaikat berkata lagi : Bacalah! Aku (Nabi saw) menjawab : Aku tidak bisa membaca. Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskan aku. Maka malaikat itu berkata lagi : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.
فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُفُ فُؤَادُهُ - فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَقَالَ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ
Nabi saw, kembali kepada Khadijah binti Khuwailid yang hatinya dalam keadaan gelisah. Beliau menemui Khadijah binti Khawailidh seraya berkata : Selimuti aku, selimuti aku!. Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya.
فَقَالَ لِخَدِيجَةَ وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ - لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي - فَقَالَتْ خَدِيجَةُ كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
Nabi bersabda kepada Khadijah dan menceritakan peristiwa yang terjadi kepadanya : Sesungguhnya aku cemas atas diriku. Khadijah berkata: Jangan takut, demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selamanya, sesungguhnya engkau selalu menyambung tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengusahakan barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, menolong orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran.
فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى ابْنَ عَمِّ خَدِيجَةَ وَكَانَ امْرَأً قَدْ تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعِبْرَانِيَّ فَيَكْتُبُ مِنْ الْإِنْجِيلِ بِالْعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ
Maka kemudian Khadijah mengajak beliau untuk bertemu dengan Waroqoh bin Naufal bin Asad bin Abdul 'Uzza, putra paman Khadijah, yang beragama Nasrani di masa Jahiliyyah, dia menulis buku dalam bahasa Ibrani, juga menulis Kitab Injil dalam bahasa Ibrani apa yang dikehendaki Allah untuk menulisnya. Saat itu Waroqoh sudah tua dan matanya buta.
فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ - فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ : يَا ابْنَ أَخِي - مَاذَا تَرَى؟ فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَبَرَ مَا رَأَى - فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ : هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى
Khadijah berkata kepada Waraqah : Wahai anak pamanku. Dengarkan kabar dari anak saudaramu ini. Waraqah bertanya kepada Nabi : Wahai anak saudaraku. Apa yang kamu alami? Maka Rasulullah saw, menuturkan peristiwa yang dialaminya. Waraqah berkata : Inilah Namus yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa.
يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ - فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ؟ قَالَ نَعَمْ - لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ - وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ
Duhai seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh kaummu. Rasulullah saw, bertanya : Apakah aku akan diusir mereka? Waroqoh menjawab : Iya betul. (Karena) tidak pernah ada satu orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi). Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu dengan sekuat-kuatnya. Kemudian tidak berapa lama kemudian Waraqah meninggal dunia dan dan wahyu pun terputus untuk sementara.
قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ قَالَ وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْيِ فَقَالَ فِي حَدِيثِهِ : بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ - فَرُعِبْتُ مِنْهُ فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي - فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فَحَمِيَ الْوَحْيُ وَتَتَابَعَ
Ibnu Syihab berkata, Abu Salamah bin Abdurrahman telah mengabarkan kepadaku bahwa Jabir bin Abdullah Al-Anshari berkata, ia bercerita tentang "KEKOSONGAN WAHYU". Rasululah saw bercerita dalam haditsnya : Ketika sedang berjalan aku mendengar suara dari langit, aku memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hira', duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan dan pulang, lalu aku katakan : Selimuti aku. Selimuti aku. Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu : (Wahai orang yang berselimut) sampai firman Allah (dan berhala-berhala tinggalkanlah). Sejak saat itu wahyu terus turun berkesinambungan.
تَابَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ وَأَبُو صَالِحٍ وَتَابَعَهُ هِلَالُ بْنُ رَدَّادٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَقَالَ يُونُسُ وَمَعْمَرٌ بَوَادِرُهُ.(رواه البخاري)
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Yusuf dan Abu Shalih juga oleh Hilal bin Raddad dari Az Zuhri. Dan Yunus berkata; dan Ma'mar menyepakati bahwa dia mendapatkannya dari Az Zuhri.(HR.Bukhari)
Langganan:
Postingan (Atom)