SURAT AL-BAQARAH AYAT 38
Ayat 38
surat Al-Baqarah ini masih membicarakan soal kisah Adam, Hawa dan setan.
Setelah setan berhasil menggoda Adam dan Hawa’ untuk tidak mematuhi perintah
Allah, maka mereka semua diperintah untuk turun dari surga ke bumi. Allah
menegaskan dan sekaligus memberi peringatan bahwa jika nanti datang petunjuk
dari-Nya, lalu petunjuk itu diikuti, dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari,
maka mereka tidak akan ada kekhawatiran dan tidak pula akan bersedih hati,
mereka akan hidup damai, tenang dan bahagia dunia akhirat. Firman Allah :
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي
هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Kami berfirman : "Turunlah
kalian semuanya dari surga itu! kemudian jika datang petunjuk-Ku kepada kalian,
maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak
(pula) mereka bersedih hati"
Pada pertengahan ayat 36 surat
Al-Baqarah telah terdapat perintah turun dari surga ke bumi kepada Adam, Hawa’
dan Setan yang menggelincirkan keduanya. Kemudian dalam ayat 38 ini
terdapat pula perintah yang sama, yaitu : Turunlah kalian semuanya dari surga itu! Pengulangan perintah ini adalah untuk mengokohkan atau menguatkan serta
penegasan terhadap perintah tersebut.[1]
Awal ayat 38 : قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا
جَمِيعًا “Kami berfirman : "Turunlah
kalian semuanya dari surga itu!” - Allah telah memerintahkan
Adam, Hawa’ dan Iblis
agar turun dari surga ke bumi karena mereka telah melakukan pelanggaran
terhadap aturan Allah. Hal ini terjadi, setelah kedua insan tersebut digoda oleh
setan supaya memakan buah dari pohon kekekalan (Syajaratul
Khuldi),[2]
dan mereka berdua memakanny, karena
menurut setan, orang yang memakan buahnya akan kekal, tidak akan mati. Sedangkan Iblis, dia yang menggoda, memperdayakan
keduanya sehingga mereka berdua melakukan pelanggaran itu.
Perintah “turun” kepada Adam, Hawa
dan Iblis di dalam tafsir Al-Baghawi disebutkan, bahwa dua kali perintah itu
berbeda antara perintah yang pertama dan perintah yang kedua. Perintah
yang pertama adalah turun dari surga ke langit dunia; sedangkan perintah turun
yang kedua adalah turun dari langit dunia ke bumi.[3]
Ayat ini
menunjukkan, bahwa orang yang melakukan maksiat dengan melanggar larangan Allah
akan kehilangan nikmat yang dimilikinya.[4]
Mereka hidup senang dan tenang di dalam surga, lalu semua disuruh turun dari
surga itu, yaitu tempat yang mulia, tempat yang penuh kenikmatan, tempat yang
penuh kebahagian dalam naungan rahmat dan ridha Allah. Mereka tidak boleh lagi
tinggal di sana, karena melanggar larangan Allah. Artinya, orang yang melakukan
suatu perbuatan maksiat, ia akan mendapatkan balasannya, dan demikian pula
orang yang mengajaknya atau menjadi penyebabnya, semuanya akan mendapatkan
akibat dari perbuatannya.
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ
بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
Barangsiapa yang mengerjakan
amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa
mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan
sekali-kali tidaklah Tuhan-mu menganiaya hamba-hambaNya. (QS. Fushshilat : 46)
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ
تُرْجَعُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan
amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada
Tuhanmulah kamu dikembalikan. (QS. Al-Jaatsiyah : 15)
Pertengahan
ayat 38 : فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى “kemudian jika datang petunjuk-Ku
kepada kalian” - yaitu kapan pun petunjuk-Ku datang kepada
kalian wahai sekalian makhluk, berupa seorang Rasul dan sebuah kitab yang
menunjukkan kalian kepada perkara yang mendekatkan kalian kepada-Ku dan kepada
ridha-Ku, فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ “maka barangsiapa di antara kalian yang
mengikuti petunjukKu”, yaitu dengan beriman kepada Rasul-Ku dan kitab-Ku lalu
mengambil petunjuk dari mereka, dan hal tersebut direaliasikan dengan
membenarkan segala kabar-kabar para Rasul dari kitab-kitab, dan menunaikan
perintah-perintah serta menjauhi larangan-larangan فَلَا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ “Niscaya tidak ada kekhawatiran
atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati”.[5]
Yang dimaksud dengan kata “kalian”
pada pertengan ini
yaitu anak keturunan Adan dan
Hawa’, bahwa Allah akan menurunkan kitab-kitab dan akan mengutus para Nabi dan
Rasul. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Abu Al-‘Aliyah, bahwa yang
dimaksud dengan “petunjuk” adalah para Nabi, Rasul, serta
penjelasan dan keterangan. Menurut Muqatil bin Hayyan, yang dimaksud dengan “petunjuk”
adalah Nabi Muhammad saw. Sedangkan menurut Al-Hasan adalah Al-Qur’an.[6]
Akhir ayat 38 : فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ “maka barang siapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula)
mereka bersedih hati" - Allah memberitahukan bahwa bila
kalian mengikuti petunjuk-Nya dalam kitab-kitab-Nya yang diturunkan dan menyambut para Nabi dan
Rasul-Rasul-Nya yang diutus; “niscaya tidak ada kekhawatiran atas
mereka”, yaitu dalam hal urusan akhirat yang akan mereka hadapi,
“dan tidak (pula) mereka bersedih hati", yaitu atas berbagai
urusan dunia yang tidak mereka peroleh.[7]
Dalam ayat yang lain, yaitu Al-Qur’an
Surat Thaahaa ayat 123 Allah menegaskan
:
فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ
فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى
Lalu barangsiapa yang mengikut
petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (QS. Thaahaa: 123)
Allah
juga akan menghilangkan kesesatan dan penderitaan dari orang-orang yang
mengikuti petunjuk-Nya. Kemudian akan muncul dua hal yang menjadi kebalikannya,
yaitu hidayah dan kebahagiaan (yaitu kebahagiaan dunia maupun akhirat).
Pelajaran
atau hikmah yang dapat diambil dari surat Al-Baqarah ayat 38 ini, adalah
sebagai berikut :
1.
Siapapun yang melanggar
larangan-larangan Allah bisa berakibat kepada keadaan yang sangat tidak
menyenangkan, hidup menjadi sengsara, susah dan menderita. Kehidupan yang
semula senang, enak dan nyaman berubah menjadi kehidupan yang sangat tidak
disukainya.
2.
Allah mengutus Rasul-Rasul-Nya
dengan membawa kitab-kitab suci. Rasulullah
Muhammad saw adalah utusan Allah yang terakhir yang dianugerahi kitab
suci Al-Qur’an dan juga membawa sunnah yang merupakan petunjuk kepada manusia
seluruhnya yang harus diterima dan diamalkan. Ketaatan dengan melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan Allah akan menjadikan manusia selamat dan
bahagia di dunia dan akhirat.
[1]. Baca tafsir Al-Alusi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz: 1, hal. 282;
dan tafsir Al-Qurthuby, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz: 1, hal.
[2]. Baca Al-Qur’an surat Thaahaa ayat 120
[3]. Baca tafsir Al-Baghawi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz: 1, hal. 86
[4]. Baca tafsir Bahrul ‘ulum Lis-Samarqandi, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, juz: 1, hal. 44
[5]. Baca tafsir As-Sa’di, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz: 1, hal. 50
[6]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal.
240
[7]. Baca tafsir Al-Maisir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 52
Tidak ada komentar:
Posting Komentar