الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ (2)
Segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam. (2)
“Al-Hamdulillaahi
Rabbil ‘Aalamiin”
merupakan ayat kedua dari surat al-Fatihah, dan ayat yang pertama adalah
kalimat “Basmalah”. Pada ayat ini Allah swt memuji
diri-Nya sebagai bimbingan dan pelajaran kepada kita sebagai hamba-Nya,[1] agar
selalu memuji-Nya. Memuji Allah berarti menyanjung-Nya karena Dia adalah
sumber bagi semua nikmat, dan
sumber dari segala kebaikan. Semua nikmat yang telah kita rasakan dan kita dapatkan
di alam semesta ini berasal dari-Nya. Dan Dia pulalah yang mempunyai
sifat-sifat kemahasempurnaan. Oleh karena itu, hanya Dia sajalah yang berhak untuk dipuji. Dan dalam kata (حمد) “Hamdun”
terdapat empat macam pujian, yaitu :
A. Allah Memuji Allah
Terkadang pujian itu datang dari Allah untuk diri-Nya (Allah
memuji Allah), seperti yang terdapat pada ayat 2 surat Al-Fatihah ini,
atau seperti pada ayat 1 surat Al-Kahfi dan surat Al-An’am :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ
الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا (الكهف : 1)
Segala puji bagi Allah yang telah
menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak mengadakan
kebengkokan di dalamnya. (QS.Al-Kahfi : 1)
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ (الأنعام :1)
Segala puji bagi Allah Yang telah
menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang
yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (QS.Al-An’am : 1)
B. Allah Memuji
Hamba
Terkadang
pujian datang dari Allah untuk hamba-Nya
(Allah memuji Hamba), seperti Allah memuji Nabi Muhammad saw, dengan “salam
dan shalawat”, sebagaimana yang diabadikan dalam Al-Qur’an :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
(QS.Al-Ahzab : 56)
"Bershalawat" artinya : kalau dari Allah
berarti memberi rahmat; dari malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari
orang-orang mu'min berarti berdo'a supaya diberi rahmat,[2] seperti dengan perkataan : "Allaahuma
Shalli ‘Alaa Muhammad", artinya : (Semoga rahmat tercurah kepada
Nabi Muhammad). Sedangkan “Salam” dengan mengucapkan perkataan
seperti : "Assalaamu 'Alaika Ayyuhan Nabiyyu" artinya : (Semoga
keselamatan tercurah kepadamu hai Nabi).
Allah tidak hanya mengasihi
dan memuji para Rasulnya; tetapi orang biasa-pun dapat dicintai dan dipuji oleh
Allah dalam bentuk ampunan dan kasih sayang. Hanya saja, bergantung kepada
seberapa besar cinta orang itu kepada Allah. Firman Allah :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ
فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah : Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Ali
‘Imran : 31)
C. Hamba Memuji
Allah
Dan pujian itu
terkadang datang dari hamba kepada Tuhannya (Hamba memuji Allah), sebagai sikap taat terhadap
perintah Allah agar selalu memuji-Nya. Firman Allah melalui lisan Nabi-Nya (Hadits
Qudsi) :
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ بَهْرَامَ الدَّارِمِيُّ حَدَّثَنَا
مَرْوَانُ يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ الدِّمَشْقِيَّ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عَبْدِ
الْعَزِيزِ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلَانِيِّ
عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا رَوَى
عَنْ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ قَالَ......يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا
لَكُمْ ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا
نَفْسَهُ. (رواه مسلم : 4674 – صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب تحريم
الظلم– الجزء : 12– صفحة : 455)
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin 'Abdur
Rahman bin Bahram Ad Darimi; Telah menceritakan kepada kami Marwan yaitu Ibnu
Muhammad Ad Dimasyqi; Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin 'Abdul 'Aziz,
dari Rabi'ah bin Yazid, dari Abu Idris Al Khalwani, dari Abu Dzar, dari Nabi saw dalam meriwayatkan firman Allah SWT yang
berbunyi : "Hai hamba-Ku, ...... sesungguhnya amal perbuatan kalian
senantiasa akan Aku hisab (adakan perhitungan) untuk kalian sendiri dan
kemudian Aku akan berikan balasannya. Barang siapa mendapatkan kebaikan,
maka hendaklah ia memuji Allah. Dan
barang siapa yang mendapatkan selain itu (kebaikan), maka janganlah ia mencela
kecuali dirinya sendiri." (HR.Muslim :
4674, shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab tahriimuzh zhulmi, juz : 12,
hal. 455)
Berkaitan dengan nikmat Allah yang sangat banyak, dan sifat-sifat
kemahasempurnaan yang dimiliki-Nya, maka sudah selayaknyalah seorang hamba
(manusia) selalu memuji-Nya, sebagai tanda rasa syukur kepada-Nya.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah
juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)
Seorang hamba yang pandai bersyukur atas karunia
yang Allah berikan kepadanya, berarti “hamba memuji Allah”. Dan
jika hamba bersyukur, maka Allah akan menambah nikmat kepadanya. Tambahan
nikmat dari Allah kepada hamba-Nya, berarti “Allah memuji hamba”.
Di dalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi, banyak contoh pujian yang dilakukan
seorang hamba kepada Allah antara lain seperti pada ayat 39 surat Ibrahim :
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى
الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ
(إبراهيم: 39)
Segala puji
bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan
Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) do'a. (QS.Ibrahim : 39)
Semua hamba dituntut untuk senantiasa memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah), sebab ia selalu berada dalam nikmat-Nya di
seluruh waktunya, baik berupa nikmat jasmani atau nikmat ruhani. Namun ada waktu-waktu tertentu yang mendapatkan
penekanan khusus, agar seorang hamba memuji Allah, antara lain :
1.
Selesai Makan dan Minum
Apabila seorang hamba memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah) setelah makan dan minum, maka ia akan
mendapatkan ridha-Nya, sebagaimana dijelaskan Rasulullah saw dalam sabdanya
:
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ نُمَيْرٍ وَاللَّفْظُ لِابْنِ نُمَيْرٍ
قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ عَنْ زَكَرِيَّاءَ
بْنِ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ
فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا. (رواه مسلم : 4915 – صحيح مسلم – المكتبة الشاملة
– باب استحباب حمد الله بعد الاكل والشرب – الجزء : 13 – صفحة : 273)
Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakr bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair - dan lafadh ini milik Ibnu Numair-
mereka berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Usamah
dan Muhammad bin Bisyr, dari Zakariya bin Abu Zaidah, dari Sa'id bin Abu
Burdah, dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah sangat
ridha (suka) kepada hamba yang selesai
makan ia memuji-Nya (mengucapkan
Alhamdulillah), atau
sesudah minum ia memuji-Nya
(mengucapkan Alhamdulillah).”(HR.Muslim : 4915, shahih Muslim, Al-Maktabah
Asyamilah, bab Istahbab hamdillah ba’dal akli wasy-Syurb, juz 13, hal. 273)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ
عَنْ أَبِي هَاشِمٍ الْوَاسِطِيِّ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ رَبَاحٍ عَنْ أَبِيهِ
أَوْ غَيْرِهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا فَرَغَ مِنْ طَعَامِهِ قَالَ الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مُسْلِمِينَ.(رواه ابو داود : 3352 – سنن ابو داود –
المكتبة الشاملة –باب ما يقول الرجل اذا طعم– الجزء : 10 – صفحة : 333)
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Al 'Ala, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Sufyan, dari
Abu Hasyim Al Wasithi, dari Isma'il bin Rabah, dari Ayahnya atau selainnya,
dari Abu Sa'id Al Khudri, bahwa Nabi saw jika selesai makan beliau mengucapkan : Al-Hamdulillaahilladzii
Ath'amanaa Wa Saqaanaa Wa Ja'alanaa Muslimiin (Segala puji bagi Allah
Yang telah memberi makan serta minum kami dan menjadikan kami orang-orang
muslim). (HR.Abu
Daud : 3352, Sunan Abu Daud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa yaquulur rajulu
idzaa tha’ima, juz : 10, hal. 333)
حَدَّثَنَا
أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ ثَوْرٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
إِذَا رَفَعَ مَائِدَتَهُ
قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ غَيْرَ مَكْفِيٍّ
وَلَا مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا. (رواه البخاري: 5037 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة –
الباب ما يقول اذا فرغ من طعامه – الجزء :17 – صفحة : 101)
Telah menceritakan kepada kami Abu
Nu'aim berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Tsaur, dari Khalid,
dari Abu Umamah bahwa Nabi
saw jika mengangkat hidanganny (selesai
makan), beliau membaca: 'Alhamdulillahi Katsiiran Thayyiban Mubaarakan Fiihi
Ghaira Makfiyin Wa Laa Muwadda'in Wa Laa Mustaghnan 'Anhu Rabbanaa (Segala
puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik dan yang mengandung
keberkahan di dalamnya, bukan pujian yang tidak dianggap dan tidak dibutuhkan
oleh Tuhan). (HR.Bukhari : 5037, shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab maa yaquulu idzaa faraghaa min tha’aamihii, juz : 17, hal.
101)
2. Bangun Tidur
حَدَّثَنَا
قَبِيصَةُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ
حِرَاشٍ عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ قَالَ بِاسْمِكَ أَمُوتُ وَأَحْيَا وَإِذَا قَامَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا
أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ.(رواه البخاري : 5837-صحيح البخاري - المكتبة
الشاملة– باب ما يقول اذا نام– الجزء : 19–
صفحة: 374)
Telah menceritakan kepada kami
Qabishah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdul Malik, dari Rib'i
bin Hirasy, dari Hudzaifah bin Yaman dia berkata; "Apabila Nabi
saw hendak tidur, beliau mengucapkan : 'Bismika
Amuutu Wa Ahyaa (Dengan nama-Mu aku mati dan aku hidup).' Dan apabila
bangun tidur, beliau mengucapkan : "Al Hamdulillaahilladzii Ahyaana Ba'da
Maa Amaatanaa Wailaihin Nusyuur (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan
kami setelah mematikan kami, dan kepada-Nya lah tempat kembali)." (HR.Bukhari :
5837, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa yaquulun idzaa naama,
juz : 19, hal. 374)
3.
Ketika
i’tidal
حَدَّثَنَا
أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو الزِّنَادِ
عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا جُعِلَ
الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا رَكَعَ
فَارْكَعُوا وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَقُولُوا رَبَّنَا
وَلَكَ الْحَمْدُ وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا وَإِذَا صَلَّى جَالِسًا فَصَلُّوا
جُلُوسًا أَجْمَعُونَ.(رواه البخاري :
692 - صحيح البخاري - المكتبة الشاملة–
باب ايجاب التكبير وافتتاح الصلاة– الجزء
: 3– صفحة: 170)
Telah menceritakan kepada kami Abu
Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, telah
menceritakan kepadaku Abu Az Zinad, dari Al A'raj, dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah
saw bersabda : Dijadikannya Imam itu
untuk diikuti, jika ia takbir maka bertakbirlah kalian, jika ia rukuk maka
rukuklah kalian, jika ia mengucapkan “Sami'allahu Liman Hamidah” (Semoga
Allah mendengar orang yang memuji-Nya), maka ucapkanlah oleh kalian “Rabbanaa
Wa Lakal Hamdu” (Ya Tuhan kami, milik Engkaulah segala pujian), jika
ia sujud maka suudlah kalian, dan jika ia shalat dengan duduk maka shalatlah
kalian semua dengan duduk. (HR.Bukhari : 692, Shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab ijaabut takbir waftitaahush shalaati, juz : 3, hal. 170)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ
حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عُبَيْدِ بْنِ
الْحَسَنِ عَنْ ابْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ
ظَهْرَهُ مِنْ الرُّكُوعِ قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ اللَّهُمَّ
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا
شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ.
(رواه مسلم : 733 - صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب ما يقول اذا رفع رأسه من
الركوع– الجزء :3– صفحة : 16)
Telah menceritakan kepada kami
Abu Bakar bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah dan
Waki', dari Al-A'masy, dari Ubaid bin Al-Hasan, dari Ibnu Abi Aufa dia berkata
: "Dahulu Rasulullah saw apabila
beliau mengangkat punggungnya dari rukuk maka beliau mengucapkan : Sami'allahu
Liman Hamidahu, Allahumma Rabbana laka al-Hamdu Mil'u as-Samawati wa Mil'u
al-Ardh wa Mil'u Ma Syi'ta Min Sya'in Ba'du. (Semoga Allah mendengar
kepada orang yang memujiNya. Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagimu sepenuh
langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu). (HR.Muslim : 733, shahih
Muslim, Al-Maktabah Asyamilah, bab maa
yaquulu idzaa rafa’a ra’sahuu minar rukuu’i, juz 3, hal. 16)
4.
Setelah shalat.
حَدَّثَنِي
عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ بَيَانٍ الْوَاسِطِيُّ أَخْبَرَنَا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ
اللَّهِ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ الْمَذْحِجِيِّ قَالَ مُسْلِم أَبُو
عُبَيْدٍ مَوْلَى سُلَيْمَانَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَزِيدَ
اللَّيْثِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِي دُبُرِ كُلِّ
صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَكَبَّرَ
اللَّهَ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَتْلِكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ
الْمِائَةِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ
كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ.(رواه
مسلم : 939 -صحيح مسلم – المكتبة الشاملة
– باب استحباب الذكر بعد الصلاة وبيان
صفته– الجزء :3– صفحة : 262)
Telah menceritakan kepadaku Abdul
Hamid bin Bayan Al Wasithi, telah mengabarkan kepada kami Khalid bin Abdullah,
dari Suhail, dari Abu 'Ubaid Al Madzhiji. -Muslim menjelaskan bahwa Abu Ubaid
adalah mantan budak Sulaiman bin Abdul Malik- dari 'Atha` bin Yazid Al Laitsi,
dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw beliau
bersabda: "Barangsiapa bertasbih kepada Allah sehabis shalat sebanyak 33 kali,
dan bertahmid kepada Allah 33 kali, dan
bertakbir kepada Allah 33 kali, hingga semuanya berjumlah 99, dan beliau bersabda : Sempurna menjadi
100 (dengan) membaca : Laa Ilaaha
Illallahu Wahdahuu Laa Syariika Lahu, Lahul Mulku Walahul Hamdu Wahuwa 'Alaa
Kulli Syai'in Qadiir, maka kesalahan-kesalahannya akan diampuni walau
sebanyak buih di lautan." (HR.Muslim : 939, shahih
Muslim, Al-Maktabah Asyamilah, bab maa
yaquulu idzaa rafa’a ra’sahuu minar rukuu’i, juz 3, hal. 262)
حَدَّثَنَا
حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : خَصْلَتَانِ
أَوْ خَلَّتَانِ لَا يُحَافِظُ عَلَيْهِمَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ
الْجَنَّةَ هُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ يُسَبِّحُ فِي دُبُرِ
كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَيَحْمَدُ عَشْرًا وَيُكَبِّرُ عَشْرًا فَذَلِكَ خَمْسُونَ
وَمِائَةٌ بِاللِّسَانِ وَأَلْفٌ وَخَمْسُ مِائَةٍ فِي الْمِيزَانِ وَيُكَبِّرُ
أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ وَيَحْمَدُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ
وَيُسَبِّحُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَذَلِكَ مِائَةٌ بِاللِّسَانِ وَأَلْفٌ فِي
الْمِيزَانِ فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَعْقِدُهَا بِيَدِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ هُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ
يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ؟ قَالَ يَأْتِي أَحَدَكُمْ يَعْنِي الشَّيْطَانَ فِي
مَنَامِهِ فَيُنَوِّمُهُ قَبْلَ أَنْ يَقُولَهُ وَيَأْتِيهِ فِي صَلَاتِهِ
فَيُذَكِّرُهُ حَاجَةً قَبْلَ أَنْ يَقُولَهَا.(رواه ابو داود :
4404– سنن ابو داود– المكتبة الشاملة–باب فى التسبيح عند النوم– الجزء :
13– صفحة : 260)
Telah menceritakan kepada kami
Hafsh bin Umar berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Atha bin
As Saib, dari Bapaknya, dari Abdullah bin Amr, dari Nabi saw , beliau bersabda: "Ada dua perkara, sekiranya
keduanya itu selalu dijaga oleh seorang muslim, maka ia akan masuk surga. Dua
perkara itu sangat mudah untuk dikerjakan, tetapi sedikit yang mau
melaksanakannya. Yaitu; setiap selesai shalat mengucapkan tasbih
sebanyak 10 kali, tahmid 10 kali, dan takbir 10 kali. Hal itu
akan sama dengan 150 dengan lisan dan 1500 dalam timbangan. Membaca takbir sebanyak
34 jika akan tidur, membaca tahmid
sebanyak 33 dan membaca tasbih
sebanyak 33, maka itu adalah 100 dalam hitungan lisan dan 1000 dalam hitungan
timbangan." Sungguh, aku telah melihat Rasulullah saw menghitungnya dengan tangan." Lalu para
sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, dua hal itu mudah untuk dilakukan,
tetapi kenapa sedikit yang melakukannya?" beliau menjawab: "Setan
datang kepada salah seorang dari kalian saat tidur, lalu dia akan menidurkan
kalian sebelum kalian membacanya. Setan juga datang saat shalat, lalu dia akan
mengingatkan semua keperluannya sebelum ia membacanya." (HR.Abu Daud :
4404, Sunan Abu Daud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Fittasbiih ‘indan Naum, juz : 13, hal. 260)
5. Ketika khutbah
Mengucapkan hamdalah
ketika khutbah hukumnya waji, karena mengucapkan hamdalah termasuk salah satu rukun khutbah.
وَ حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا
خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ حَدَّثَنِي جَعْفَرُ
بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ كَانَتْ خُطْبَةُ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ يَحْمَدُ اللَّهَ وَيُثْنِي
عَلَيْهِ.(رواه مسلم : 1435 -صحيح مسلم – المكتبة
الشاملة – باب تخفيف الصلاة والخطبة– الجزء : 4– صفحة : 359)
Dan telah menceritakan kepada kami Abdu bin Humaid, telah
menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad, telah menceritakan kepadaku
Sulaiman bin Bilal, telah menceritakan kepadaku Ja'far bin Muhammad, dari
bapaknya ia berkata; Saya mendengar Jabir bin Abdullah berkata; Isi khutbah
Nabi saw pada hari Jum'at adalah, beliau
memuji Allah (mengucapkan hamdalah), dan membaca
puji-pujian atas-Nya. (HR.Muslim
: 1435, shahih Muslim, Al-Maktabah Asyamilah, bab takhfifush shalaati wal-khuthbati, juz 4, hal. 359)
أَخْبَرَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا إِسْحَقَ
يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي عُبَيْدَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
عَلَّمَنَا خُطْبَةَ الْحَاجَةِ الْحَمْدُ لِلَّهِ نَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ - ثُمَّ يَقْرَأُ ثَلَاثَ آيَاتٍ {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}-{يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيبًا}-{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا
قَوْلًا سَدِيدًا}. (رواه النسائي :
1387 – سنن النسائي-المكتبة الشاملة–باب كيفية الخطبة– الجزء :5– صفحة : 257)
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna
dan Muhammad bin Basysyar mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ja'far dia berkata; telah menceritakan kepada kami Syu'bah dia
berkata; aku mendengar Abu Ishaq menceritakan, dari Abu 'Ubaidah, dari
'Abdullah, dari Nabi saw. Abdullah berkata; "Rasulullah saw, telah mengajarkan Khutbah Hajah kepada kami,
yaitu, 'Segala puji bagi Allah, kita memohon pertolongan dan ampunan
kepadanya, berlindung kepadanya dari kejahatan jiwa kami dan kejelekan
perbuatan-perbuatan kami. Barang siapa yang diberikan petunjuk oleh Allah, maka
tidak akan ada yang bisa menyesatkannya. Barangsiapa yang telah Allah sesatkan,
maka tidak akan ada yang bisa memberinya petunjuk. Aku bersaksi tiada tuhan
(yang berhak disembah) kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusannya'. Kemudian beliau membaca tiga ayat berikut ini: 'Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
kepadanya, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam'.
(Qs. Ali 'Imran (3): 102). 'Hai kalian manusia, bertakwalah kepada tuhanmu
yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan
istrinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakan laki-laki dan
perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu dengan yang lain, dan (periharalah) hubungan
Silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu'."(Qs.
An-Nisaa'(4): 1). 'Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan katakanlah perkataan yang benar'."(Qs. Al Ahzaab (33): 70). (HR.Nasai
: 1387, Sunan Nasai, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab kaifiyatul khutbah, juz : 5, hal. 257)
6.
Ketika Meraih Nikmat Atau Terhindar Dari Bahaya
Sunat mengucapkan hamdalah ketika
mendapatkan nikmat atau terhindar dari sesuatu yang ditakuti terjadinya.[4]
حَدَّثَنَا
أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ
بْنُ الْمُسَيَّبِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ بِإِيلِيَاءَ بِقَدَحَيْنِ
مِنْ خَمْرٍ وَلَبَنٍ فَنَظَرَ إِلَيْهِمَا ثُمَّ أَخَذَ اللَّبَنَ فَقَالَ
جِبْرِيلُ : الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَاكَ لِلْفِطْرَةِ وَلَوْ أَخَذْتَ
الْخَمْرَ غَوَتْ أُمَّتُكَ.(رواه
البخاري : 5148- صحيح البخاري - المكتبة الشاملة– باب قوله تعالى انماالخمر
والميسر– الجزء : 17– صفحة: 280)
Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman, telah
mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri, telah mengabarkan kepadaku Sa'id
bin Musayyib bahwa dia mendengar Abu Hurairah ra, bahwa pada malam Rasulullah saw diisra`kan yaitu ketika sampai di Iliya`,
dihidangkan ke hadapan beliau dua gelas yang berisikan susu dan berisikan
khamer, lalu beliau melihat keduanya dan mengambil gelas yang berisi susu, maka
Jibril berkata : Segala puji bagi Allah yang telah memberimu petunjuk
kepada fitrah, seandainya engkau memilih khamer maka umatmu akan tersesat.'(HR.Bukhari :
5148, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab qauluhuu Ta’aala Innasl
khamry wal-Maiysiru, juz : 17, hal. 280)
7. Ketika memakai pakaian
Sunat mengucapkan
hamdalah ketika mengenakan pakaian,
terutama pada waktu memakai pakaian baru[5] sebagaimana do’a yang
biasa dibaca Rasulullah :
حَدَّثَنَا
عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ
أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا اسْتَجَدَّ ثَوْبًا سَمَّاهُ بِاسْمِهِ إِمَّا قَمِيصًا أَوْ عِمَامَةً
ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ كَسَوْتَنِيهِ أَسْأَلُكَ مِنْ
خَيْرِهِ وَخَيْرِ مَا صُنِعَ لَهُ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا
صُنِعَ لَهُ.(رواه ابو داود : 3504 - سنن ابو داود– المكتبة الشاملة– الجزء
:11– صفحة : 36)
Telah menceritakan kepada kami Amru bin Aun berkata,
telah mengabarkan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Al Jurairi, dari Abu Nadhrah,
dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Rasulullah saw jika mencoba baju baru beliau memulai dengan
menyebutkan namanya (baju tersebut), baik itu kemeja atau imamah (semacam
surban yang diikatkan pada kepala). Kemudian beliau membaca doa: 'Allahumma
Lakal Hamdu Anta Kasautani As-Aluka Min Khairihi Wa Khairi Maa Shuni'a Lahu Wa
A'uudzu Bika Min Syarrihi Wa Syarri Maa Shuni'a Lahu (Ya Allah, hanya
milik-Mu segala puji, Engkaulah yang memberikan pakaian ini kepadaku. Aku
memohon kepada-Mu untuk memperoleh kebaikannya dan kebaikan yang terbuat
karenanya (untuk beribadah dan ketaatan kepada Allah). Aku berlindung kepada-Mu
dari kejahatannya dan kejahatan yang terbuat karenanya (untuk bermaksiat kepada
Allah).(HR.Abu Daud –
3504 Sunan Abu Daud, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
juz : 11, hal. 36)
8.
Ketika bersin.
Bersin
merupakan salah satu nikmat besar dari Allah bagi hamba-Nya. Dengan bersin seorang hamba bisa
mengeluarkan sesuatu dalam hidung yang jika dibiarkan bisa berbahaya bagi
tubuh. Karena itulah, ketika bersin, seorang hamba diperintahkan membaca
hamdalah sebagai perintah sunnat. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا
مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دِينَارٍ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ
فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ
بَالَكُمْ.(رواه البخاري : 5756 -صحيح البخاري - المكتبة الشاملة– باب اذا
عطش كيف يشمت– الجزء : 19– صفحة: 229).
Telah menceritakan kepada kami Malik bin Isma'il telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abu Salamah telah mengabarkan kepada
kami Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu
dari Nabi saw beliau bersabda:
"Ababila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya ia mengucapkan "Al
Hamdulillah" sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah
mengucapkan "Yarhamukallah (semoga Allah merahmatimu),
dan hendaknya ia membalas; "Yahdikumullah Wa Yushlih Baalakum (semoga
Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu)." (HR.Bukhari :
5756, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab idzaa ‘athasya kaiyfa
yansymitu, juz : 19, hal. 229)
9.
Ketika Mendapatkan Cobaan
Sunat
mengucapkan hamdalah ketika mendapatkan cobaan, baik cobaan jasmani maupun
ruhani.
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بَزِيعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ
سَعِيدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ مَوْلَى آلِ الزُّبَيْرِ عَنْ سَالِمِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ رَأَى صَاحِبَ بَلَاءٍ فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي عَافَانِي مِمَّا ابْتَلَاكَ بِهِ وَفَضَّلَنِي عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ
خَلَقَ تَفْضِيلًا إِلَّا عُوفِيَ مِنْ ذَلِكَ الْبَلَاءِ كَائِنًا مَا كَانَ مَا
عَاشَ. (رواه الترمذي : 3353 – سنن الترمذي- المكتبة
الشاملة– باب ما يقول اذا راى مبتلى – الجزء : 11– صفحة: 316).
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin
Bazi', telah menceritakan kepada kami Abdul Warits bin Sa'id, dari 'Amr bin
Dinar mantan budak keluarga Az Zubair, dari Salim bin Abdullah bin Umar, dari
Ibnu Umar, dari Umar bahwa Rasulullah saw
bersabda: "Barang siapa yang melihat orang yang tertimpa musibah
kemudian mengucapkan; Al Hamdulillaahillaadzii 'Aafaanii Mimmaabtalaaka Bihi
Wa Fadhdhalanii 'Alaa Katsiirin Mimman Khalaqa Tafdhiilan (segala puji
bagi Allah yang telah menyelamatkanku dari musibah yang diberikan kepadamu, dan
melebihkanku atas kebanyakan orang yang Dia ciptakan) kecuali ia
diselamatkan dari ujian tersebut, apapun hal tersebut selama ia masih
hidup." (HR.Tirmidzi : 3353, Sunan
Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa
yaquulu maa yaquulu idzaa ra-aa mubatli, juz : 19, hal. 229)
Memuji Allah dapat dilakukan dengan mengucapkan hamdalah dan dapat
pula dengan perbuatan berupa ketaatana menjalankan aturan-Nya.
D. Hamba
Memuji Hamba
Dan terkadang pujian datang dari seorang hamba
kepada sesamanya, yaitu (Hamba
Memuji Hamba), seperti seseorang memuji orang lain, pada
dasarnya adalah memuji Allah. Apabila
ada manusia yang dipuji oleh manusia lainnya
karena jasa baiknya atau karena akhlaknya yang mulia, maka pujian itu
pada hakekatnya adalah memuji Allah, karena Allah-lah yang menjadi pangkal bagi
semua yang ada atau terjadi. Apa yang dikerjakan manusia kepastian hasilnya
tidak ditentukan oleh manusia melainkan oleh ”perbuatan Allah”. Firman Allah :
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا
تَعْمَلُونَ
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. (QS.Ash-Shaffat : 96)
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَر
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut
ukuran. (QS.Al-Qamar :49)
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآَمَنَ
مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا
Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka
bumi seluruhnya. (QS.Yunus : 99)
Adapun
dalil bolehnya memuji orang lain selama tidak menimbulkan sikap ujub atau
sombong adalah hadits dari Abu Hurairah berikut :
حَدَّثَنَا
قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي
صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَ الرَّجُلُ أَبُو بَكْرٍ نِعْمَ الرَّجُلُ
عُمَرُ نِعْمَ الرَّجُلُ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ نِعْمَ الرَّجُلُ
أُسَيْدُ بْنُ حُضَيْرٍ نِعْمَ الرَّجُلُ ثَابِتُ بْنُ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ
نِعْمَ الرَّجُلُ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ نِعْمَ الرَّجُلُ مُعَاذُ بْنُ عَمْرِو بْنِ
الْجَمُوحِ. (رواه الترمذي : 3728 - سنن الترمذي- المكتبة الشاملة– باب
مناقب مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ – الجزء : 12–
صفحة: 267).
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad, dari Suhail bin Abu Shalih,
dari ayahnya, dari Abu Hurairah ra, dia
berkata; Rasulullah saw, bersabda:
"Sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Abu Bakar, Sebaik-baik
orang (dari kaum laki-laki) adalah Umar, Sebaik-baik orang (dari kaum
laki-laki) adalah Abu 'Ubadah bin Jarrah, Sebaik-baik orang (dari kaum
laki-laki) adalah Usaid bin Hudlair, Sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki)
adalah Tsabit bin Qais bin Syammas, Sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki)
adalah Mu'adz bin Jabal, Sebaik-baik orang (dari kaum laki-laki) adalah Mu'adz
bin 'Amru bin Al Jamuh." (Tirmidzi :3728, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab manaaqib Mu’adz
bin Jabal, juz : 12, hal. 267)
Sebaiknya
bersikap hati-hati dalam memberikan pujian kepada sesama hamba di hadapannya secara langsung, karena bisa jadi
akan membuat orang yang dipuji itu ujub dan sombong. Rasulullah
saw menegaskan :
حَدَّثَنَا
آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي
بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلًا
ذُكِرَ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَثْنَى عَلَيْهِ
رَجُلٌ خَيْرًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيْحَكَ
قَطَعْتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ يَقُولُهُ مِرَارًا إِنْ كَانَ أَحَدُكُمْ مَادِحًا لَا
مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ أَحْسِبُ كَذَا وَكَذَا إِنْ كَانَ يُرَى أَنَّهُ كَذَلِكَ
وَحَسِيبُهُ اللَّهُ وَلَا يُزَكِّي عَلَى اللَّهِ أَحَدًا.(رواه البخاري : 5601 - صحيح البخاري -
المكتبة الشاملة– باب ما يكره من التمادح– الجزء : 19– صفحة:
2).
Telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan
kepada kami Syu'bah, dari Khalid, dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari Ayahnya
bahwa seorang laki-laki disebut-sebut disamping Nabi saw, lalu laki-laki lain
memuji kebaikan laki-laki tersebut, lalu Nabi saw bersabda: "Celaka kamu, kamu telah
memenggal leher saudaramu." -Beliau mengatakannya hingga berkali-kali-,
bila salah seorang dari kalian memuji temannya -tidak mustahil (tidak boleh
tidak)- hendaklah mengucapkan : 'Aku kira si Fulan seperti ini dan ini,
walaupun jika diperlihatkan ia memang seperti itu, dan Allah lah yang akan
menilainya, supaya ia tidak menyucikan seorang pun atas Allah."
(HR.Bukhari – 5601, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa yukrahu minattamaaduhi, juz : 19, hal. 2)
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى جَمِيعًا عَنْ
ابْنِ مَهْدِيٍّ وَاللَّفْظُ لِابْنِ الْمُثَنَّى قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّحْمَنِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ حَبِيبٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ أَبِي مَعْمَرٍ
قَالَ قَامَ رَجُلٌ يُثْنِي عَلَى أَمِيرٍ مِنْ
الْأُمَرَاءِ فَجَعَلَ الْمِقْدَادُ يَحْثِي عَلَيْهِ التُّرَابَ وَقَالَ أَمَرَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَحْثِيَ فِي وُجُوهِ
الْمَدَّاحِينَ التُّرَابَ.(رواه
مسلم : 5322 - صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب النهي عن المدح– الجزء : 14–
صفحة : 285)
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al Mutsanna
semuanya, dari Ibnu Mahdi dan teksnya milik Ibnu Al Mutsanna keduanya berkata:
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman, dari Sufyan, dari Habib, dari
Mujahid, dari Abu Ma'mar berkata: Seseorang berdiri memuji salah seorang
amir, lalu Al Miqdad menaburkan tanah padanya dan berkata: Rasulullah saw memerintahkan
kami untuk menaburkan tanah dimuka orang yang memuji-muji. (HR.Muslim :
5322, shahih
Muslim, Al-Maktabah Asyamilah, bab maa An-Nahyu ‘anil madhi,, juz 14, hal. 285)
Al-Hafiz
Ibn Hajar Al-Asqalani menyebutkan perkataan
Al-Imam Ibn Batthal : Larangan memberikan pujian ini terjadi kepada orang yang melampaui batas dalam memuji orang lain,
sedangkan apa yang dipujikan itu tidak ada
pada orang yang dipuji; begitu juga apabila pujian itu menyebabkan
munculnya rasa ujub bagi orang yang dipuji walaupun keadaan orang yang puji itu
memang seperti apa yang dipujikan. Dan Umar berkata : Pujian
adalah sembelihan. Dia berkata : Adapun jika orang yang dipuji itu memang pantas untuk dipuji, maka pujian itu
tidak dilarang. Rasulullah saw sendiri pernah dipuji dalam sya'ir dan khutbah; tetapi
beliau saw tidak menyiramkan pasir
kepada orang yang memujinya. [6]
Dari
uraian di atas dapat dipahami, bahwa pujian yang terlarang adalah : (1) Pujian
yang berlebihan. (2) Pujian yang mengandung sifat yang tidak ada pada diri
orang yang dipuji. (3) Pujian yang menimbulkan ujub pada orang yang dipuji.
رَبِّ الْعَالَمِينَ
Tuhan semesta alam
Kata رَبِّ (Rabb) artinya adalah pemilik (مالك), pendidikan (التربية), perbaikan dan
perdamaian .[7](الإصلاح)Arti lain adalah pemimpin. Dalam kata-kata orang Arab, menurut Labid bin
Rabi’ah, setiap pemimpin yang mesti ditaati disebut dengan Rabb[8].
Jadi, kata Rabb adalah sifat dari Allah[9] yang menjadi pemilik, pendidik dan pemimpin semesta alam,
tidak ada satu-pun dari makhluk-Nya yang terlepas
dari kepemilikan dan kepemimpinan serta didikan-Nya. Dia yang meciptakan,
menumbuhkan, menjaga, memberikan daya (tenaga) kepada makhluk, agar
masing-masing meraih kesempurnaan hidupnya. Dari kata Rabb inilah lalu muncul
istilah Tauhid Rububiyyah, yaitu pengakuan bahwa yang
menciptakan, memiliki dan mengatur langit dan bumi serta seisinya adalah Allah
semata. Sedangkan dari kata Allah, lalu muncul istilah Tauhid
Uluhiyyah, yaitu pelaksanaan ibadah hanya ditujukan kepada
Allah semata tanpa mempersekutukan-Nya.[10]
Sedangkan kata الْعَالَمِينَ (Al-‘Alamiin) adalah semesta alam yang meliputi
segala sesuatu selain Allah. Adanya alam semesta, seperti langit, bumi, gunung,
laut, barang tambang, tumbuh-tumbuhan, binatang dan lain sebagainya, semuanya berhajat
atau membutuhkan adanya sang Maha Pencipta yang mewujudkan sesuatu dari tidak
ada menjadi ada, yang menata dan mengatur sehingga semuanya berjalan secara
seimbang dan teratur, yaitu Allah.[11] Termasuk bagian dari alam adalah makhluk
gaib, seperti malaikat, jin, neraka, surga dan alam lainnya yang kita tidak
bisa melihat dengan mata secara fisik, semuanya berhajat kepada Allah. Dan
adanya segala sesuatu selain Allah adalah menunjukan (sebagai dalil) adanya
Allah. Dan apabila kita menyaksikan, lalu merenungkan keadaan alam semesta yang
teratur, rapi dan tertib, seperti peredaran matahari, bumi dan bulan, maka kita akan menangkap, betapa sempurnanya rahmat dan karunia Allah Yang
Maha kasih dan Maha Penyayang.
[1]. Lihat tafsir Al-Baghawi :
قوله: "الحمد لله" حمد الله نفسه
تعليما لعباده. (تفسيرالبغوي – المكتبة الشاملة – باب : 2 – الجزء : 3 – صفحة
: 126)
[2] . Lihat Tafsir Al-Baghawi,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/juz : 1, hal. 63
قوله: "إن الله وملائكته يصلون على النبي"إن
الصلاة من الله : الرحمة، ومن الملائكة : الاستغفار، ومن المؤمنين: الدعاء.
[3]. Lihat Syarhun Nawawi ‘alaa Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab
Syurbil Laban, juz 9, hal.99
وَفِيهِ : اِسْتِحْبَاب حَمْد اللَّه تَعَالَى
عَقِب الْأَكْل وَالشُّرْب
[4]. Lihat Syarhun Nawawi ‘alaa Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab
Syurbil Laban, juz 7, hal. 44
وَقَوْله : ( الْحَمْد لِلَّهِ ) ، فِيهِ
اِسْتِحْبَاب حَمْد اللَّه عِنْد تَجَدُّد النِّعَم ، وَحُصُول مَا كَانَ
الْإِنْسَان يَتَوَقَّع حُصُوله وَانْدِفَاع مَا كَانَ يَخَاف وُقُوعه .
[5]. Lihat A’uunul Ma’but, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 9, hal. 44
وَالْحَدِيث يَدُلّ عَلَى اِسْتِحْبَاب حَمْد
اللَّه تَعَالَى عِنْد لُبْس الثَّوْب الْجَدِيد
[6]. Lihat Fathul Bari oleh Ubn Hajar, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab
ma Yukrahu minat Tamaduh, juz : 7, hal. 225
[7]. Lihat Tafsir Al-Baghawi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/juz: 1,
hal : 52
[8]. Lihat Tafsir Aththabari,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab : 2, juz: 1, hal : 141
[9]. Lihat tafsir Al-Bahrul Muhith,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/ juz: 1, hal : 7
[10]. Laihat tafsir Assua’di, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab/ juz: 1, hal : 39
[11]. Lihat tafsir Ar-Raazi,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab : 7,
juz: 1, hal : 162 - 163
Tidak ada komentar:
Posting Komentar