ZAKAT FITRAH
Kata Fitrah dalam bahasa Arab yaitu
“FITHRAH” ( فِطْرَة
) yang berarti ( الْخِلْقَةُ )
“penciptaan”).[1]
Arti ini merujuk pada saat manusia baru diciptakan dalam keadaan iman, yaitu
pengakuan bahwa Allah adalah Tuhannya, Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana yang
tergambar dalam Al-Qur’an
وَإِذْ أَخَذَ
رَبُّكَ مِنْ بَنِي آَدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى
أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman):` Bukankah Aku ini Tuhanmu? `Mereka menjawab:
Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi`. (Kami lakukan yang demikian
itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (QS. Al-A’raaf :
172)
Zakat Fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan
atas diri setiap individu seorang muslim
lelaki dan perempuan dengan syarat-syarat tertentu. Dengan mengeluarkan zakat
tersebut manusia dengan izin Allah akan kembali kepada fitrah
sebagaiman anak yang baru lahir. Nabi
saw bersabda :
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ
الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ
الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ. (رواه البخاري :
1296 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب ما قيل في اولاد
المشركين – الجزء : 5 – صفحة : 182)
Telah menceritakan kepada kami
Adam telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu
Salamah bin 'Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi
saw, bersabda: "Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan
menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang
ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat
ada cacat padanya?" (HR.Bukhari : 1296, Shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab maa qiila fii awlaadil musyrikin, juz : 5, hal. 182)
Zakat Fitrah dinamakan
juga dengan “Zakat An-Nafs” (زكاة النفس),
yaitu zakat diri untuk mensucikan jiwa dengan mengeluarkan sebagian bahana
makanan pokok yang dapat mengenyangkan, menurut ukuran yang telah ditentukan
oleh syara’.[2] Firman Allah :
قَدْ
أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى - وَذَكَرَ اسْمَ
رَبِّهِ فَصَلَّى
Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),
dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. (QS.Al-A’laa : 14 –15)
Fungsi Zakat Fitrah
Zakat
fitrah merupakan sarana untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perbuatan
sia-sia dan kata-kata keji, dan juga
untuk memberi makan orang miskin. Hadits
Nabi saw :
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ خَالِدٍ الدِّمَشْقِيُّ وَعَبْدُ
اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ السَّمْرَقَنْدِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا مَرْوَانُ
قَالَ عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنَا أَبُو يَزِيدَ الْخَوْلَانِيُّ وَكَانَ شَيْخَ
صِدْقٍ وَكَانَ ابْنُ وَهْبٍ يَرْوِي عَنْهُ حَدَّثَنَا سَيَّارُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
قَالَ مَحْمُودٌ الصَّدَفِيُّ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ
اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ
فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ
مِنْ الصَّدَقَاتِ.(رواه ابو داود
: 1371 – سنن ابو داود – المكتبة الشاملة– باب الصدقة قبل العيد– الجزء : 4– صفحة
: 413)
Telah menceritakan kepada Kami
Mahmud bin Khalid Ad Dimasyqi dan Abdullah bin Abdurrahman As Samarqandi
berkata; telah menceritakan kepada kami Marwan, Abdullah berkata; telah
menceritakan kepada Kami Abu Yazid Al Khaulani ia adalah syekh yang jujur, dan
Ibnu Wahb telah meriwayatkan darinya, telah menceritakan kepada kami Sayyar bin
Abdurrahman, Mahmud Ash Shadafi berkata; dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia
berkata : Rasulullah saw mewajibkan
zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi
makan orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya
diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya
sedekah diantara berbagai sedekah. (HR.Abu Daud : 1371, Sunan Abu Daud,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Ash-shadaqtul ‘ied, juz : 4, hal. 413)
Syarat
Wajib Zakat Fitrah
Setiap muslim
diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya dan orang lain yang menjadi
tanggungannya baik orang dewasa, anak kecil, laki-laki maupun wanita dengan
syarat-syarat sebagai berikut :
1.
Islam. Orang yang tidak beragama Islam tidak wajib
membayar zakat.
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ
أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنْ
الْمُسْلِمِينَ. (رواه البخاري : 1408 - صحيح البخاري – المكتبة
الشاملة – باب صدقة الفطر على العبد وغيره من المسلمين – الجزء :5 – صفحة : 372)
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Yusuf telah
mengabarkan kepada kami Malik dari Nafi' dari Ibnu 'Umar ra bahwa Rasulullah saw mewajibkan zakat fithri satu sha' dari kurma
atau sha' dari gandum bagi setiap orang yang merdeka maupun hamba sahaya
(budak), laki-laki maupun perempuan dari kaum Muslimin.
(HR.Bukhari–1408, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab shadaqatul
fithri ‘alal ‘abdi wa ghairihi minal muslimin,
juz : 5, hal. 372)
2.
Anak yang lahir sebelum terbenam matahari pada akhir
bulan Ramadan dan hidup selepas terbenam matahari. Atau seseorang yang
meninggal setelah terbenam matahari
akhir Ramadan. Demikian pula orang yang baru memeluk agama Islam sebelum
terbenam matahari pada akhir bulan Ramadan dan tetap dalam Islamnya.
حَدَّثَنَا
أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ
نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ فَرَضَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ .... وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
يُعْطِيهَا الَّذِينَ يَقْبَلُونَهَا وَكَانُوا يُعْطُونَ قَبْلَ الْفِطْرِ
بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ. (رواه
البخاري : 1415 - صحيح البخاري – المكتبة
الشاملة – باب صدقة الفطر على الحر والمملوك – الجزء :5 – صفحة : 385)
Telah
menceritakan kepada kami Abu An-Nu'man, telah menceritakan kepada kami Hammad
bin Zaid, telah menceritakan kepada kami Ayyub dari Nafi' dari Ibnu 'Umar
ra, ia berkata : Na bi saw mewajibkan zakat fithri..... dan Ibnu 'Umar ra memberikannya kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dan dia mengeluarkan zakatnya itu sehari atau dua hari sebelum hari
Raya 'Iedul Fithri. (HR.Bukhari
: 1415, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab shadaqtul fithri
‘alalhurri wal-Mamluk, juz : 5, hal. 385)
Terbenamnya
matahari pada akhir Ramadhan dijadikan batasan bagi seseorang, apakah ia wajib
atau tidak wajib membayar zakat fitrah. Hal ini merujuk kepada kalimat “Qablal fithri” dalam
hadits di atas, yang juga dapat diartikan
dengan “sebelum berbuk” pada bulan Ramadhan di malam hari
raya. Jadi, pada malam hari raya itulah waktu wajibnya mengeluarkan zakat
fitrah.[3]
3.
Orang yang mempunyai kelebihan makanan atau harta dari
keperluan diri dan tanggungannya pada malam dan siang hari raya. Hadits Nabi saw :
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ النُّفَيْلِيُّ حَدَّثَنَا مِسْكِينٌ حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُهَاجِرِ عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ يَزِيدَ عَنْ أَبِي كَبْشَةَ
السَّلُولِيِّ حَدَّثَنَا سَهْلُ ابْنُ الْحَنْظَلِيَّةِ..... فَقَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَأَلَ وَعِنْدَهُ مَا يُغْنِيهِ فَإِنَّمَا
يَسْتَكْثِرُ مِنَ النَّارِ. فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا يُغْنِيهِ؟ قَالَ
قَدْرُ مَا يُغَدِّيهِ وَيُعَشِّيهِ.(رواه ابو داود : 1388 - سنن ابو داود – المكتبة الشاملة– باب من يعطي من
الصدقة وحد الغنى– الجزء : 4– صفحة : 436)
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad An
Nufaili, telah menceritakan kepada kami Miskin, telah menceritakan kepada Kami
Muhammad bin Al Muhajir, dari Rabi'ah bin Yazid dari Abu Kabsyah As Saluli,
telah menceritakan kepada Kami Sahl bin Al Hanzhalah......Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang
meminta-minta sementara ia memiliki sesuatu yang mencukupinya maka sesungguhnya
ia memperbanyak api Neraka." Kemudian mereka berkata; wahai
Rasulullah, apa yang dimaksud dengan mencukupinya? Beliau bersabda: "Seukuran sesuatu yang
dapat memberinya makan siang dan malam."(HR.Abu Daud:1388,Sunan Abu Daud,Al-Maktabah
Asy-Syamilah,bab man yu’thi minash-Ash-shadaqati wa haddul ghina,juz:4,
hal.436)
Yang Wajib Menunaikan Zakat Fitrah
Zakat fitrah diwajibkan bagi
setiap muslim, baik orang dewasa, anak kecil, laki-laki, wanita, orang
yang merdeka, hamba sahaya, orang kaya dan
orang fakir. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ
اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ أَوْ
صَاعًا مِنْ تَمْرٍ عَلَى الصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ وَالْحُرِّ وَالْمَمْلُوكِ. (رواه البخاري : 1416 – صحيح البخاري –
المكتبة الشاملة – باب صدقة الفطر على الصغير والكبير – الجزء :5 – صفحة : 387)
Telah menceritakan kepada kami
Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidullah berkata, telah
menceritakan kepada saya Nafi' dari Ibnu 'Umar ra, ia berkata : "Rasulullah saw mewajibkan
zakat fithri satu sha' dari gandum atau satu sha' dari kurma bagi setiap anak
kecil maupun dewasa, orang yang merdeka maupun hamba sahaya (budak)".
(HR.Bukhari : 1416, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab shadaqtul
fithri ‘alashshghiiri wal-Kabiri, juz : 5, hal. 387)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ مُحَمَّدُ بْنُ مَحْمُودِ بْنِ
الْمُنْذِرِ السَّرَّاجُ الأَصَمُّ مِنْ كِتَابِهِ حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ
أَيُّوبَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنِ
النُّعْمَانِ بْنِ رَاشِدٍ عَنِ الزُّهْرِىِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ ثَعْلَبَةَ
بْنِ صُعَيْرٍ أَوْ عَنْ ثَعْلَبَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ أَدُّوا عَنْ كُلِّ
إِنْسَانٍ صَاعًا مِنْ بُرٍّ عَنِ الصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ وَالذَّكَرِ
وَالأُنْثَى وَالْغَنِىِّ وَالْفَقِيرِ فَأَمَّا الْغَنِىُّ فَيُزَكِّيهِ اللَّهُ
وَأَمَّا الْفَقِيرُ فَيَرُدُّ اللَّهُ عَلَيْهِ أَكْثَرَ مِمَّا أَعْطَى. (رواه الدارقطني : 2127 – سنن الدارقطني -– المكتبة الشاملة– الجزء : 5– صفحة : 360)
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar
Muhammad bin Mahmud bin Al-Mundzir Assarraaj Al-Asham dari kitabnya, telah menceritakan kepada Kami Ziyad bin Ayyub, telah menceritakan kepada
kami Yazid bin Harun, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, dari
An-Nu’man bin Rasyid, dari Az-Zuhri, dari Abdullah bin Tsa’labah bin Shu’air
atau dari Tsa’labah dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw bersabda : Tunaikanlah
(zakat fitrah) untuk setiap orang satu sha’ gandum dari kalangan anak kecil,
orang dewasa, laki-laki, perempuan, orang kaya dan orang fakir. Adapun orang
kaya kalian maka Allah menzakatinya, dan adapun orang fakir kalian maka Allah
akan mengembalikan kepadanya lebih banyak daripada apa yang telah ia berikan. (HR.
Daruquthni : 2127, Sunan Daruquthni, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 5,
hal.360)
حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ
زَيْدٍ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا قَالَ فَرَضَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ أَوْ قَالَ
رَمَضَانَ عَلَى الذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالْحُرِّ وَالْمَمْلُوكِ صَاعًا مِنْ
تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ ....فَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا يُعْطِي التَّمْرَ فَأَعْوَزَ أَهْلُ الْمَدِينَةِ مِنْ التَّمْرِ
فَأَعْطَى شَعِيرًا فَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُعْطِي عَنْ الصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ
حَتَّى إِنْ كَانَ لِيُعْطِي عَنْ بَنِيَّ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا يُعْطِيهَا الَّذِينَ يَقْبَلُونَهَا وَكَانُوا يُعْطُونَ قَبْلَ
الْفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ. (رواه البخاري : 1415 - صحيح
البخاري – المكتبة الشاملة – باب صدقة الفطر على الحر والمملوك – الجزء :5 – صفحة
: 385)
Telah menceritakan kepada kami Abu An-Nu'man, telah
menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, telah menceritakan kepada kami Ayyub
dari Nafi' dari Ibnu 'Umar ra, ia
berkata : Nabi saw mewajibkan zakat
fithri, atau katanya zakat Ramadhan bagi setiap laki-laki maupun perempuan,
orang merdeka maupun budak satu sha' dari kurma atau satu sha' dari
gandum".... Adalah Ibnu 'Umar ra
bila berzakat dia memberikannya dengan kurma. Kemudian penduduk Madinah
kesulitan mendapatkan kurma akhirnya mereka mengeluarkan gandum. Ibnu 'Umar
ra memberikan zakatnya atas nama anak
kecil maupun dewasa hingga atas nama bayi sekalipun dan Ibnu 'Umar ra memberikannya kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dan dia mengeluarkan zakatnya itu sehari atau dua hari sebelum hari
Raya 'Iedul Fithri. (HR.Bukhari
: 1415, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab shadaqtul fithri
‘alalhurri wal-Mamluk, juz : 5, hal. 385)
Waktu Menunaikan Zakat Fitrah
Zakat
fitrah diperintahkan agar ditunaikan sebelum
keluar untuk shalat 'Ied, dan jika ditunaikan setelah shalat
'Ied, maka menjadi sedekah biasa, namun boleh didahulukan sehari atau dua hari
sebelum hari Raya 'Iedul Fithri sebagaimana dijelasan dalam hadit s tersebut di
atas. Hadits Nabi saw :
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَمَرَ بِزَكَاةِ الْفِطْرِ قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ.(رواه البخاري: 1413 – صحيح البخاري– المكتبة
الشاملة– باب الصدقة قبل العيد– الجزء :5 – صفحة : 382)
Telah menceritakan kepada kami
Adam telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Maisarah telah menceritakan
kepada kami Musa bin 'Uqbah dari Nafi' dari Ibnu 'Umar ra, bahwa Nabi saw memerintahkan (untuk menunaikan) zakat fithri
sebelum orang-orang keluar untuk shalat ('Ied). (HR.Bukhari–1413, Shahih
Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Ash-shadaqatu qablash shalaati, juz : 5, hal. 382)
Seorang muzakki disamping wajib mengeluarkan
zakat fitrah untuk dirinya sendiri, juga wajib mengeluarkannya untuk orang lain
yang menjadi tanggungannya. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَعِيدٍ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُفَضَّلِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ الأَشْعَرِىُّ
حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ هَمَّامٍ حَدَّثَنِى عَلِىُّ بْنُ مُوسَى الرِّضَا
عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ عَنْ آبَائِهِ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم- فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَلَى الصَّغِيرِ
وَالْكَبِيرِ وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى مِمَّنْ تُمَوِّنُونَ.(رواه الدارقطني : 2100 - سنن الدارقطني -– المكتبة الشاملة – الجزء : 5– صفحة :
334)
Telah menceritakan kepada kami
Ahmad bin Muhammad bin Sa’id, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Al-Mufadhdhal bin Ibrahim Al-Asy’ari, telah menceritakan kepada kami Isma’il
bin Hammam, telah menceritakan kepadaku ‘Ali bin Musa Ar-Ridha, dari kakeknya
dari ayahnya, bahwa Nabi saw,
mewajibkan zakat fithrah unutk anak
kecil, orang dewasa, laki-laki dan
perempuan dari orang yang kamu sediakan makanan mereka (tanggunganmu).
(HR. Daaruquthni : 2100, Sunan Daaruquthni, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 5, hal. 334)
Besar
Zakat Fitrah
Besar
zakat fitrah yang wajib dikeluarkan adalah sebanyak satu sha’ berdasarkan
hadits Nabi saw :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعْدِ
بْنِ أَبِي سَرْحٍ الْعَامِرِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
يَقُولُ كُنَّا نُخْرِجُ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ أَوْ صَاعًا مِنْ
شَعِيرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ أَقِطٍ أَوْ صَاعًا مِنْ
زَبِيبٍ. (رواه البخاري : 1410 - صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب
صدقة الفطر صاع من طعام – الجزء :5 – صفحة : 376)
Telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Zaid bin Aslam
dari 'Iyadh bin 'Abdullah bin Sa'ad bin Abu Sarhi Al 'Amiriy bahwa dia
mendengar Abu Sa'id Al Khudriy ra,
berkata: "Kami mengeluarkan zakat fithri satu sha' dari makanan
atau satu sha' dari gandum atau satu sha' dari kurma atau satu sha' dari keju
(mentega) atau satu sha'dari kismis (anggur kering)". (HR.Bukhari–1410,
Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab shadaqatul fithri shaa’un min tha’aamin, juz : 5, hal. 376)
Banyaknya
zakat fitrah yang harus dikeluarkan adalah satu sha’ dari bahan makanan pokok yang biasa dikonsumsi di daerah
yang bersangkutan. Hadits Nabi:
حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ
حَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عِيَاضِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا نُخْرِجُ فِي عَهْدِ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ طَعَامٍ
وَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ وَكَانَ طَعَامَنَا الشَّعِيرُ وَالزَّبِيبُ وَالْأَقِطُ
وَالتَّمْرُ. (رواه البخاري : 1414 - صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب
الصدقة قبل العيد– الجزء :5 – صفحة :
383).
Telah menceritakan kepada kami
Mu'adz bin Fadhalah telah menceritakan kepada kami Abu 'Umar Hafsh bin Maisarah
dari Zaid bin Aslam dari 'Iyadh bin 'Abdullah bin Sa'ad dari Abu Sa'id Al
Khudriy ra, berkata: "Pada zaman
Nabi saw kami mengeluarkan (zakat
fithri) pada hari Raya 'Iedul fithri satu sha' dari makanan". Dan berkata,
Abu Sa'id: "Dan saat itu makanan kami adalah gandum, kismis, biji-bijian
atau kurma". (HR.Bukhari–1414, Shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Ash-shadaqatu Qablal ‘ied,
juz : 5, hal. 383)
Adapun
Sha’ menurut bahasa Arab adalah nama ukuran takaran (sukatan). Jadi,
berdasarkan hadits tersebut di atas, maka
ukuran banyaknya zakat fitrah adalah berdasarkan ukuran takaran, bukan
ukuran timbangan. Menggunakan ukuran timbangan kurang tepat, karena berat beras
satu sha’ dari beberapa jenis beras tentu berbeda walapun takarannya sama. Para
ulama’ sepakat bahwa satu sha' sama dengan 4 mud,[4]
atau sama dengan 4 cakupan kedua tangan seseorang yang besarnya menurut ukuran
sedang,[5]
atau setara dengan 3,5 liter.[6]
Ulama Mazhab Beda Pendapat
Ukuran banyaknya zakat fitrah
dengan menggunakan timbangan menurut beberapa ulama mazhab fiqh sebagai berikut :
1. Mazhab
imam Maliki Satu Sha' sama dengan empat mud, dan satu mud sama dengan 675 Gram.
Jadi, satu Sha' sama dengan 2700 Gram (2,7 kg).[7]
2. Madzhab
imam Syafi’i dan juga imam Rafi’i, Satu Sha' kalau ditimbang sama dengan 693
1/3 dirham.[8] Jika dikonversi satuan gram, sama dengan 2751
gram (2,75 kg).[9]
3. Mazhab
imam Hanbali berpendapat, satu sha' sama dengan 2751 gram (2,75 kg)
4. Imam
Hanafi ukuran satu sha menurut madzhab ini lebih tinggi dari pendapat para
ulama yang lain, yakni 3,8 kg.[10]
Bahkan menurut mazhab Imam Hanafi, lebih baik
membayar zakat fitrah dengan uang (senilai
bahan makanan pokok yang wajib dibayarkan), karena lebih tepat untuk menolong
orang fakir yang sedang membutuhkan.[11]
Di antara kelompok Hanafiyah adalah Imam Abu Yusuf menyatakan: Saya lebih
senang berzakat fitrah dengan uang dari pada dengan bahan makanan, karena yang
demikian itu lebih tepat mengenai kebutuhan orang miskin.[12]
Juga Mahmud Syaltut di dalam kitab Fatawa-nya menyatakan : Yang saya
anggap baik dan saya laksanakan adalah, bila saya berada di desa, saya
keluarkan bahan makanan seperti kurma, kismis, gandum, dan sebagainya. Tapi
jika saya di kota, maka saya keluarkan uang (harganya).[13]
Hikmah Disyari'atkannya Zakat Fitrah [14]
Di antara hikmah disyari'atkannya zakat fitrah adalah:
1. Zakat
fitrah merupakan zakat diri, di mana Allah memberikan umur panjang baginya
sehingga ia bertahan dengan nikmat-Nya.
2. Zakat
fitrah juga merupakan bentuk pertolongan kepada umat Islam, baik kaya maupun miskin
sehingga mereka dapat berkonsentrasi penuh untuk beribadah kepada Allah Ta'ala
dan bersukacita dengan segala anugerah nikmat-Nya.
3. Hikmahnya
yang paling agung adalah tanda syukur orang yang berpuasa kepada Allah atas
nikmat ibadah puasa.
4. Merupakan pembersih bagi yang melakukannya
dari kesia-siaan dan perkataan buruk dan juga sebagai salah satu sarana
pemberian makan kepada fakir miskin.
[1]. Lihat kitab Al-Mantaqi,
Syarah Al-Muwatha’, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 2, hal. 71
[2]. Lihat Fiqh Syafi’i, oleh H. Idris Ahmad SH, Karya Indah, Jakarta,
1984, hal. 450
[3]. Baca Fiqh Islam oleh H.Sulaiman Rasjid, Sinar Baru, cetakan ke –
32, Bandung, 1998, hal. 208
[4]. Syarhun Nawawi ‘Ala Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 4,
hal. 270
[5]. Ahmad bin Abdurrazaq Addawisy, Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah
Lil-Buhuts Al-‘Ilmiyah wal-Ifta’, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab bab Shaa’ur Rasul, juz : 11, hal.231
[6]. http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat_Fitrah
[7]. Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh
al-Islami wa Adillatuhu, Beirut, Dar al-Fikr, tt, Juz II, hal. 910
[8] . Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini, Kifayat
al-Akhyar, Dar ilm, Surabaya, Indonesia,
hal. 157
[9]. Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiq al Islami Wa Adilatuhu,
Dar al-Fikr, Juz II hal, 911
[10]. al-Fiqh al-Islami w a adillatuhu karya Wahbah Zuhailli Juz
II, hal. 909.
[11]. Lihat, Fatawa Al-Azhar, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab zakatul
fithri wa mashaarifuhaa, juz : 1, hal.173
[12]. Lihat Dr. Ahmad
al-Syarbashi, Yasa’ alunaka fi al-Dini wa al-Hayat, Beirut: Dar al Jail,
Cet. ke III, 1980, Juz II, hal. 174.
[13]. Baca Mahmud
Syaltut, Al-Fatawa, Kairo: Dar al-Qalam, cet. ke III , 1966, hal. 120.
[14]. http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat_Fitrah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar