KISAH BAL’AM BIN BA’URA
Berkaitan
ayat Al-Qur’an surat Al-A’raaf ayat 175 –
177 terdapat sebuah kisah yang
menggambarkan seorang bernama Bal’am bin ba’ura, (bernama Bal’am
bin Abar dalam suatu riawayat). Dia adalah seorang ulama atau
seorang yang ahli ibadah dizaman Nabi Musa yang berasal dari Yaman[1] (menurut
Ibnu Abbas) atau seorang dari golongan Bani
Israil (menurut Ibnu Ma’ud)[2] dan tinggal
bersama kaum Jababirah. Bahkan Allah telah mengaurianakan kelebihan untuknya
yaitu sebuah penglihatan yang apabila dia melihat kesemua penjuru dia bisa
melihat semua ciptaan Allah beserta isinya, karena kelebihanya itu Bal’am bisa
melihat jin dan malaikat, bahkan jika Bal’am melihat kelangit dia bisa melihat
Arsy atau tempat Dimana Allah mengawasi setiap mahluk-Nya. Dan dia juga
mengetahui nama-nama Allah yang maha sempurna, setiap do’a yang dimunajadkan
oleh Bal’am pastilah akan dikabulkan oleh Allah.
Tapi
sayangnya Bal’am hidup dilingkungan orang-orang kufur dan tidak mau beribadah, hingga
suatu saat Nabi Musa AS ingin mengajak bal’am untuk bersama-sama menegakkan
kebenaran dijalan Allah atau untuk berda’wah bersama. Tapi sebelum niat Nabi
Musa terlaksana dan sampai kerumah Bal’am, orang orang didaerah Bal’am melihat
kedatangan Nabi Musa dipadang Taih yang membawa rombongan tentara yang cukup
banyak dan mengetahui niat dari Nabi Musa yang ingin mengajak Bal’am berda’wah
bersama, mereka mencoba menghasut Bal’am agar berdo’a kepada Allah supaya Musa
dan pengikutnya binasa.
Diantara
mereka berkata kepada Bal’am : ”Musa adalah orang kuat, dan dia memiliki banyak
tentara, seandainya mereka menyerang kita, maka kita akan hancur. Oleh karena
itu, berdo’alah kepada Allah agar mencegah mereka untuk datang kemari,”
Bal’am dengan pengetahuanya berkata : ”Celakalah kamu, Sesungguhnya Nabi Allah itu disertai oleh malaikat dan kaum mukminin. bagai mana mungkin aku mendo’akan sesuatu yang buruk kepada mereka padahal aku mengetahui semua itu dari Allah.”
Bal’am dengan pengetahuanya berkata : ”Celakalah kamu, Sesungguhnya Nabi Allah itu disertai oleh malaikat dan kaum mukminin. bagai mana mungkin aku mendo’akan sesuatu yang buruk kepada mereka padahal aku mengetahui semua itu dari Allah.”
Tetapi
kaum Jababirah tidak begitu saja menyerah untuk merayu Bal’am, semua harta
yang ada dikerahkan untuk diberikan kepada Bal’am agar mau mendo’akan Nabi
Musa supaya binasa sebelum sampai
didaerah Bal’am tinggal. Sebenarnya Bal’am tidak mau melakukan itu, tapi apa
daya istri Bal’am merayu dan berkata :” “Berdoalah!, mengingat kalau harta
yang berharga itu harus diraih dengan kerja, pastilah akan memakan usia,
bahkan belum tentu seumur hidup akan bisa mendapatkannya”.
Akhirnya Bal’am pun terhasut dan membenarkan setiap ucapan istrinya dan mengikuti nafsu dunia yang fana ini. Kemudian Bal’am beserta pasukan mencoba mengintai pasukan Nabi musa dipuncak gunung Husban. Kemudia disitulah Bal’am memanjatkan do’a kepada Allah sesuatu hal yang buruk agar menimpa Nabi Musa dan pasukanya.
Akhirnya Bal’am pun terhasut dan membenarkan setiap ucapan istrinya dan mengikuti nafsu dunia yang fana ini. Kemudian Bal’am beserta pasukan mencoba mengintai pasukan Nabi musa dipuncak gunung Husban. Kemudia disitulah Bal’am memanjatkan do’a kepada Allah sesuatu hal yang buruk agar menimpa Nabi Musa dan pasukanya.
Maka
terjadilah apa yang terjadi, sebelum berdoa Bal’am mengatakan bahwa Allah
sangat membenci pada perzinahan, padahal kaum Bani Israil yang dipimpin Nabi
Musa itu merupakan orang pelarian yang kebanyakan tidak memiliki isteri.
Untuk menghancurkan mereka, hendaknya seluruh wanita kaum Jababirah disarankan
segera mendekati kaum Bani Israel dan menyerahkan tubuh-tubuh mereka agar
disetubuhi tanpa dengan ikatan tali perkawinan, dimana perbuatan itu segera akan
mengundang murka Allah yang selanjutnya mereka akan dihancurkan-Nya dengan
tanpa pertumpahan darah.
Maka
wanita-wanita itu segera bersolek sedemikian rupa seperti yang dianjurkan
Bal’am dengan di pimpin oleh anak gadis raja mereka sendiri untuk menjebak Bani
Israel. Sebelum berangkat, anak gadis itu disarankan oleh Bal’am. “Untuk
dirimu, wahai putri junjunganku, janganlah kau mau dizina terkecuali oleh Musa
sendiri.”
Maka
rombongan para wanita dari kaum Jababirah-pun datang kekamp kamp kaum Bani
Israel dipadang Taih. Dan disitulah kaum bani israil yang kebanyakan imannya
keropos itu pun berpesta pora mengadakan perzinahan besar-besaran tanpa
menggubris lagi seluruh saran dan nasehat Nabi Musa. Akan halnya anak gadis
raja itu setelah mencari-cari Nabi Musa dan ternyata tidak ada sebuah
tanggapan, maka segera mendekati seorang pemimpin dari dua belas suku keturunan
Nabi Ya’qub. Dan ternyata lelaki itu pun jatuh dalam rayuannya, namun setelah
mau berzina, wanita itu melaporkan dulu mengenai hasil usahanya kepada sang
ayah bahwa yang terkena rayuannya bukan Nabi Musa, akan tetapi hanya seorang
pemimpin dari dua belas pemimpin suku-suku mereka. Setelah berpikir cukup, sang
ayah segera mengizinkan sang putri untuk berzina dengan lelaki itu.
Dan
ketika perbuatan itu berlangsung, seorang lelaki dari keturunan Nabi Harun
dapat mengetahui kebejadan dari kaumnya yang berzinah dengan wanita wanita kaum
Jababirah, maka segera saja keduanya dilempar dengan tombak hingga menemui
ajalnya, kemudian tubuhnya diangkat dengan tombak tinggi-tinggi, agar kaum Bani
Israel melihat atas hukuman yang ditimpakan pada mereka.
Akibat
doa Bal’am ini, kaum Bani Israel terkungkung dan terjebak di Padang Taih,
sebuah kawasan yang selalu membuat bingung mereka yang di dalamnya. Dikisahkan jika
saja Bani israel itu pagi-pagi berangkat ke utara agar bisa keluar dari kawasan
itu, maka ketika sore tiba-tiba telah berada pada tempat mereka ketika
berangkat. Demikian pula jika saja ke daerah timur menjelang petang, maka
paginya mereka telah berada di tempat berangkat itu lagi.
Dari
kejadian kejadian itu yang tanpa henti akhirnya Nabi Musa pun berdo’a dan
bertanya kepada Allah sebenarnya Dosa apakah yang telah diperbuat olehnya
sehingga Nabi Musa ikut terkurung didalamnya. Dan Allah pun menjawab pertanyaan
Nabi Musa bahwa yang terjadi dikarenakan do’a Bal’am bin Bauro. Nabi Musapun
tak tinggal diam atas yang dilakukan oleh Bal’am terhadapnya. Dan Nabi musa pun
berdo’a :
“Sebagaimana Engkau telah memperkenankan doa Bal’am untuk mencelakan aku beserta kaumku, maka perkenankanlah doaku agar dia celaka. Lepaskan pula ismul A’zham dan iman yang telah Engkau karuniakan kepadanya, ya Allah.”
Begitu
Nabi Musa memohon. Allah pun memperkenankan doa Rasul-Nya, sehingga ismul
A’zham dan iman serta makrifat yang dimiliki Bal’am terlepas dan keluar dari
tubuhnya bagaikan seekor merpati putih yang terbang. Dan dilain pihak Bal’am
merasakan apa yang diakhawatirkan dan Bal’am berkata :” Sekarang hilang sudah
dariku Dunia dan Akhirat, tidak tersisa padaku kecuali tipu daya muslihat. Dari
do’a Musa maka semua karunia yang dimiliki Bal’am pun lenyap dan dia menjadi
manusia biasa yang hidup dalam kekufuran dan kekafiran sampai dia meninggal. Wallaahu
a’lam
Berkaitan dengan kisah Bal’am,
maka turunlah ayat berikut QS. Al-A’raaf ayat 175 -177) :
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آَتَيْنَاهُ آَيَاتِنَا
فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175)
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ
وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ
يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا
بِآَيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176) سَاءَ مَثَلًا
الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ
(177)
175. dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami
berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian
Dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan
(sampai Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang yang sesat.
176. dan kalau
Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat
itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang
rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian
Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka
Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
177. Amat
buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada
diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar