AL-BAQARAH AYAT 21
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu
yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
(QS.Al-Baqarah : 21)
Ayat ini
dimulai dengan kalimat يأيها الناس “Hai manusia”,
menurut ‘Alqamah dan Mujahid : Setiap ayat yang dimulai dengan kalimat يأيها الناس “Hai manusia”,
maka kalimat itu menjadi ciri bahwa ayat tersebut diturunkan di Makkah (atau dikenal
dengan ayat Makkiyyah), dan setiap ayat yang dimulai dengan kalimat يأيها الذين آمنوا “Hai orang-orang yang beriman”,
maka kalimat itu menjadi ciri bahwa ayat tersebut diturunkan di Madinah (atau dikenal
dengan ayat Madaniyyah).[1]
Pada awal
ayat terdapat kalimat يَا أَيُّهَا النَّاسُ
اعْبُدُوا رَبَّكُمُ “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu”, menurut
Ibnu ‘Abbas, ayat ini ditujukan kepada dua golongan besar , yaitu golongan orang-orang
kafir dan golongan orang-orang munafik. Arti dari ayat ini adalah : “Esakanlah
Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian”.
[2]
Walaupun ayat ini ditujukan kepada golongan orang-orang kafir dan golongan orang-orang
munafik, namun Allah menyeru dengan seruan yang bersifat umum, yaitu seruan kepada
seluruh umat manusia, baik bangsa Arab atau bangsa ‘Ajam (bukan
Arab), orang yang pandai atau orang yang bodoh,[3]
orang kaya atau orang miskin, penguasa atau rakyat jelata dan seterusnya,
mereka semua diseru untuk menyembah atau beribadah kepada Allah. Seruan dari Allah kepada seluruh umat manusia
untuk menyembah kepada-Nya karena Dia telah mengucurkan nikmat-Nya, Dia
menciptakan hamba-Nya dari tiada menjadi
ada, dan Dia pula yang menciptakan orang-orang yang terdahulu.[4]
Kemudian
kata “Allah” yang diperintahkan untuk disembah dalam ayat ini
diabadikan dengan kata “Rabb” yang diterjemahkan dengan “Tuhan”.
Dan dari kata “Rabb” inilah lalu muncul istilah “Tauhid
Rububiyyah”, yaitu pengakuan bahwa yang menciptakan, memiliki dan mengatur
semua makhluk adalah Allah semata. Sedangkan dari kata “Allah”,
lalu muncul istilah “Tauhid Uluhiyyah”, yaitu pelaksanaan ibadah
hanya ditujukan kepada Allah semata, tanpa ada sekutu bagi-Nya.[5]
Pertengahan
ayat berbunyi الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن
قَبْلِكُمْ
“….yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu….,
Pada ayat ini kata “Allah” disebut dengan "Rabb",
kemudian diiringi dengan perkataan "...yang telah menciptakanmu dan
orang-orang sebelummu". Hal ini memberi pengertian bahwa Allah
menciptakan manusia, mengembang biakkannya, memberi taufik dan hidayah, menjaga
dan memelihara, memberi nikmat agar dengan nikmat itu manusia dapat
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Semua nikmat tersebut diberikan kepada manusia sejak
permulaan adanya, sampai akhir kehidupannya di dunia ini. Untuk itu pantaslah
kita bersyukur kepada-Nya. Dan barangsiapa yang mensyukuri nikmat Allah akan
ditambahkan-Nya nikmat itu, sebaliknya barang siapa yang mengingkari nikmat-Nya
akan menerima azab di dunia sebagaimana yang telah ditimpakan-Nya kepada
umat-umat yang terdahulu dan di akhirat nanti akan disediakan azab yang pedih. Firman
Allah :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu
memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azab
Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim: 7)
Perintah
beribadat dan menyembah hanya kepada Allah yang dipahami dari ayat 21 ini, adalah mengandung perintah pula agar menjauhi sesembahan selain dari-Nya.
Firman Allah :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ
اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللهُ
وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ
فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus
Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah Thaghut[6]
itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Nahl: 36)
Beribadah
berarti tunduk kepada Allah dengan penuh ketaatan kepada-Nya,[7]
menghambakan diri dengan penuh keikhlasan, karena kita meyakini bahwa hanya
Allah-lah yang menciptakan, menguasai, memelihara dan mendidik seluruh makhluk-Nya.
Akhir ayat
berbunyi لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ “agar kamu
bertakwa” Beribadah kepada Allah
sebagaimana yang diperintahkan itu, agar kita menjadi orang yang bertakwa,
yaitu orang-orang yang menjelankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, sehingga
terpelihara dari azab-Nya dan mencapai derajat yang tinggi lagi sempurna.
Rasulullah saw menegaskan, bahwa takwa adalah salah satu sarana untuk bisa masuk
surga.
حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ
الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ
وَالْفَرْجُ. (رواه الترمذي : 1927 – سنن الترمذي – المكتبة الشاملة- باب ما جاء في حسن الخلق – الجزء : 7 – صفحة : 286)
Telah menceritakan kepada kami
[Abu Kuraib Muhammad bin Al-Ala`], telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin
Idris], telah menceritakan kepadaku [bapakku] dari [kakekku] dari [Abu
Hurairah] ia berkata; Rasulullah saw, pernah ditanya tentang sesuatu yang paling
banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, maka beliau pun menjawab:
"Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia." Dan beliau juga ditanya
tentang sesuatu yang paling banyak memasukkan orang ke dalam neraka, maka
beliau menjawab: "Mulut dan kemaluan." (HR.Tirmidzi :
1927, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Maa jaa-a fii Husnil
Khuluq, juz : 7, hal. 286)
AL-BAQARAH AYAT 22
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ
بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ
رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dialah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan)
dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai
rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[8],
padahal kamu mengetahui. (QS.Al-Baqarah : 22)
Allah menerangkan
bahwa Dia menciptakan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai atap, menurunkan
air hujan, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan menjadikan tumbuh-tumbuhan itu
berbuah. Semuanya itu diciptakan Allah untuk manusia, agar manusia
memperhatikan proses penciptaan itu, merenungkan, mempelajari dan mengolahnya
sehingga bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan sesuai dengan ketentuan Allah.
Karena Dia yang memberikan nikmat-nikmat itu, maka manusia wajib menyembah-Nya saja.
Allah memberikan semua nikmat itu kepada manusia, agar mereka dapat melaksanakan
tugas-tugasnya. Tugas-lugas itu dapat dipahami dari firman Allah :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (QS. Adz- Dzariyat: 56)
Kemudian
di akhir ayat Allah menegaskan فَلَا تَجْعَلُوا
لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ “karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”. Karena
perintah beribadah hanya kepada Allah di atas telah diketahui oleh manusia dan
telah diketahui pula tentang keesaan dan
kekuasaan-Nya, maka Allah memberi peringatan : “Janganlah manusia
menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah”. Artinya, janganlah ada sesuatu
apapun yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala,
dewa-dewa, dan sebagainya. Rsulullah saw
menegaskan bahwa menjadikan sekutu bagi Allah adalah dosa yang sangat besar :
حَدَّثَنِي عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ
قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قُلْتُ إِنَّ ذَلِكَ
لَعَظِيمٌ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ وَأَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ تَخَافُ أَنْ
يَطْعَمَ مَعَكَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ قَالَ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ. (رواه البخاري : 4117–صحيح
البخاري - المكتبة الشاملة- باب قوله تعالى فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا –
الجزء : 13 – صفحة : 394)
Telah
menceritakan kepadaku ['Utsman bin Abu Syaibah] Telah menceritakan kepada kami
[Jarir] dari [Manshur] dari [Abu Wail] dari ['Amru bin Syurahbil] dari
['Abdullah] dia berkata; Aku bertanya kepada Nabi saw ; 'Dosa apakah yang paling besar
di sisi Allah? Beliau menjawab;'Bila kamu menyekutukan Allah, padahal Dialah
yang menciptakanmu. Aku berkata; tentu itu sungguh besar.' Aku bertanya lagi;
'Kemudian apa? Beliau menjawab; 'Apabila kami membunuh anakmu karena takut
membuat kelaparan.' Aku bertanya lagi; 'kemudian apa? beliau menjawab; 'berzina
dengan istri tetanggamu. (HR.Bukhari
: 4117, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab QauluhuuTa’aalaa Falaa
Taj’aluu Lillaahi Andaadan, juz : 13,
hal. 394)
[1]. Baca Tafsir Al-Qurthuby,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 225
[2]. Baca Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 195
[3]. Baca Tafsir Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 373
[4]. Baca Tafsir At-Taisir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 35
[5].Baca Aisarut Tafaasir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 1398
[6]. Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang
disembah selain dari Allah s.w.t
[7]. Baca Tafsir Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 362
[8]. Sekutu-sekutu bagi Allah Ialah segala sesuatu
yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa,
dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar