Sabtu, 08 Maret 2014

PUASA (MATERI LANJUTAN)



1.    Suci Dari Haid Dan Nifas
Orang yang berpuasa harus suci dari haid dan nifas. Oleh karenanya orang yang haid dan nifas wajib berbuka, tidak sah puasanya, bahkan haram berpuasa[1] dan setelah ramadhan wajib mengganti (mengqadha’) sebanyak yang ditinggalkan.
و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ مُعَاذَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ مَا بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قُلْتُ لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ وَلَكِنِّي أَسْأَلُ قَالَتْ كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ. (رواه مسلم : 508 - صحيح مسلم –المكتبة الشاملة – بَاب وجوب قضاء الصوْمِ على الحائض دون الصلاة – الجزء : 2– صفحة :  232) 
Dan telah menceritakan kepada kami Abd bin Humaid, telah mengabarkan kepada kami Abdurrazzaq, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar, dari Ashim, dari Mu'adzah dia berkata : Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata : Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha' puasa dan tidak mengqadha' shalat?  Maka Aisyah menjawab : Apakah kamu dari golongan Haruriyah?[2] Aku menjawab : Aku bukan Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya. Dia (Aisyah) menjawab : Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha' shalat. (HR.Muslim : 508, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab wajib qadha puasa bagi orang haid, tidak untuk shalat, juz : 5, hal. 473)
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ عُبَيْدَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كُنَّا نَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ نَطْهُرُ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصِّيَامِ وَلَا يَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ. (رواه الترمذي : 717 –سنن الترمذي - المكتبة الشاملة – باب ما جاء في قضاء الحائض الصيام دون الصلاة– الجزء :  3– صفحة :  269)
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Hujr, telah mengabarkan kepada kami Ali bin Mushir, dari 'Ubaidah, dari Ibrahim, dari Al Aswad, dari 'Aisyah berkata : "Dahulu kami haidl pada zaman Rasulullah saw. Setelah kami bersuci, beliau menyuruh kami mengqadla’ puasa dan tidak mengqadla shalat." (Tirmidzi : 717, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii  qadhail haaidhi Ash-Syiyaama duunas shalaati,  juz : 3, hal. 269)
2.      Kuat Berpuasa
Walaupun berpuasa diwajibkan, tetapi diberi kemudahan atau kelonggaran bagi orang-orang yang tidak kuat karena sakit dan musafir untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadan dan menggantikannya (mengqadha’nya) pada hari-hari yang lain sebanyak hari yang ditinggalkannya.
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS.Al-Baqarah : 185)
Dan bagi orang-orang yang tidak sanggup melakukan puasa ramadhan disebabkan usia lanjut atau penyakit yang tidak ada harapan untuk sembuh, maka hendaklah membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin setiap hari dari makanan pokok penduduk negeri.
....وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ....
Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fid-yah, (yaitu): Memberi makan seorang miskin. (QS.Al-Baqarah : 184)
حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ بْنُ إِسْحَاقَ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ عَنْ عَطَاءٍ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقْرَأُ وَعَلَى الَّذِينَ يُطَوَّقُونَهُ فَلَا يُطِيقُونَهُ {فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ} قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ لَيْسَتْ بِمَنْسُوخَةٍ هُوَ الشَّيْخُ الْكَبِيرُ وَالْمَرْأَةُ الْكَبِيرَةُ لَا يَسْتَطِيعَانِ أَنْ يَصُومَا فَيُطْعِمَانِ مَكَانَ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا. (رواه البخاري : 4145 - صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب قوله اياما معدودات فمن كان منكم مريضا - الجزء : 13– صفحة :  444)
Telah menceritakan kepadaku Ishaq, telah mengabarkan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Zakaria bin Ishaq, telah menceritakan kepada kami Amru bin Dinar, dari Atha dia mendengar Ibnu Abbas membaca ayat : "Dan bagi orang-orang yang berat menjalankannya maka wajib membayar fidya yaitu memberi makan orang miskin, "(QS. Al-Baqarah : 184), Ibnu Abbas berkata : Ayat ini tidak dimanshukh, namun ayat ini hanya untuk orang yang sudah sangat tua dan nenek tua, yang tidak mampu menjalankannya, maka hendaklah mereka memberi makan setiap hari kepada orang miskin.' (HR.Bukhari : 4145, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab qauluhuu Ayyaaman ma’duudaat fa man kaana minkum,  juz : 13, hal. 444) 
Allah suka jika hamba-Nya mengambil rukhshah (keringanan). Hadits Nabi :
أَخْبَرَنِي شُعَيْبُ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ إِسْحَقَ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ قَالَ حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ قَالَ أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ أَخْبَرَنِي جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِرَجُلٍ فِي ظِلِّ شَجَرَةٍ يُرَشُّ عَلَيْهِ الْمَاءُ قَالَ مَا بَالُ صَاحِبِكُمْ هَذَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ صَائِمٌ قَالَ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ الْبِرِّ أَنْ تَصُومُوا فِي السَّفَرِ وَعَلَيْكُمْ بِرُخْصَةِ اللَّهِ الَّتِي رَخَّصَ لَكُمْ فَاقْبَلُوهَا.(رواه  النسائي : 2226 – سنن النسائي–المكتبة الشاملة – بَاب العلة التي من اجلها قيل ذالك وذكر– الجزء : 7– صفحة : 445)
Telah mengabarkan kepadaku Syu'aib bin Syu'aib bin Ishaq dia berkata : Telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahhab bin Sa'id dia berkata :  Telah menceritakan kepada kami Syu'aib dia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al Auza'i dia berkata : Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abu Katsir dia berkata : Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin 'Abdurrahman dia berkata : Telah mengabarkan kepadaku Jabir bin 'Abdullah bahwa Rasulullah saw  melewati seseorang yang berada di bawah naungan pohon, dirinya disiram air, beliau bertanya : "Apa yang telah terjadi pada teman kalian ini?!"  Mereka menjawab : "Wahai Rasulullah saw, ia sedang berpuasa." Beliau bersabda : "Bukan termasuk kebaikan jika kalian berpuasa dalam perjalanan dan hendaklah kalian mengambil keringanan (rukhshah) yang Allah berikan kepada kalian, terimalah keringanan tersebut." (HR. Nasa’i :  2226, Sunan Nasa’i, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab  Al’lllati allatii min ajlihaa qiila dzaalika wa dzukira,  juz : 7, hal. 445)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ جَمِيعًا عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْحَسَنِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَرَأَى رَجُلًا قَدْ اجْتَمَعَ النَّاسُ عَلَيْهِ وَقَدْ ظُلِّلَ عَلَيْهِ فَقَالَ مَا لَهُ قَالُوا رَجُلٌ صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنْ الْبِرِّ أَنْ تَصُومُوا فِي السَّفَرِ.(رواه مسلم : 1879- صحيح مسلم –المكتبة الشاملة – بَاب  جواز الصوْمِ والفطر فى شهر رمضان للمسافر – الجزء :  5– صفحة : 437)
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar semuanya dari Muhammad bin Ja'far - Abu Bakar berkata : Telah menceritakan kepada kami Ghundar, dari Syu'bah, dari Muhammad bin Abdurrahman bin Sa'd, dari Muhammad bin Amru bin Al Hasan, dari Jabir bin Abdullah ra,  ia berkata : Suatu ketika Rasulullah saw,  berada dalam suatu perjalanan, lalu beliau melihat seorang laki-laki dikerumuni oleh orang banyak dan dibawa ke tempat yang teduh. Beliau bertanya : "Mengapa dia?" Mereka menjawab : "Ia sedang berpuasa." Maka Rasulullah saw,  pun bersabda : "Bukanlah termasuk kebaikan, jika kalian berpuasa saat dalam perjalanan." (HR.Muslim : 1879, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab jawaazis shawmi wal fithri fii syahri ramadhaana lil musaafiri,  juz : 5, hal. 437)
Imam Nawawi dalam syarah Muslim menjelaskan matan hadits yang artinya berbunyi : “Bukanlah termasuk kebaikan, jika kalian berpuasa saat dalam perjalanan”, maksudnya adalah jika berpuasa dalam perjalanan dapat memberatkan (menyulitkan) dan dikhawatirkan akan mendatangkan bahaya,[3] maka berpuasa dalam keadaan sepert itu bukanlah termasuk kebaikan, artinya lebih baik berbuka (tidak berpuasa) dengan mengambil rukhshah (keringanan).
Dalam perjalanan terdapat rukhshah (keringanan), kita boleh  memilih antara berpuasa dan berbuka. Suatu ketika di bulan Ramadlan yang panas matahari begitu  menyengat, Rasulullah saw, bepergian bersama beberapa orang sahabat dan mereka tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah saw dan Abdullah bin Rawahah.
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ فِي حَرٍّ شَدِيدٍ حَتَّى إِنْ كَانَ أَحَدُنَا لَيَضَعُ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ وَمَا فِينَا صَائِمٌ إِلَّا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ.(رواه مسلم : 1892 -صحيح مسلم –المكتبة الشاملة – بَاب التخيير فى الصوم والفطر فى السفر– الجزء :  5– صفحة :  452)
Telah menceritakan kepada kami Dawud bin Rusyaid, telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim, dari Sa'id bin Abdul Aziz, dari Isma'il bin Ubaidullah, dari Ummu Darda`, dari Abu Darda' ra, ia berkata : "Kami pernah keluar bersama Rasulullah saw,  di bulan Ramadlan saat terik matahari begitu menyengat hingga salah seorang dari kami meletakkan tangannya di atas kepala. Di antara kami tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah saw dan Abdullah bin Rawahah." (HR.Muslim : 1892, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Attakhyir fis shawmi wal-Fathri Fissafar,  juz : 5, hal. 452)
Dalam perjalanan berpuasa adalah baik bagi yang kuat dan berbuka juga baik bagi yang merasa lemah. Menurut imam Nawawi  lebih utama tetap berpuasa bagi yang kuat apabila berpuasa tidak akan mendatangkan bahaya dan tidak akan memberatkan (menyulitkan). [4]
حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا نَغْزُو مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَمِنَّا الصَّائِمُ وَمِنَّا الْمُفْطِرُ فَلَا يَجِدُ الصَّائِمُ عَلَى الْمُفْطِرِ وَلَا الْمُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ يَرَوْنَ أَنَّ مَنْ وَجَدَ قُوَّةً فَصَامَ فَإِنَّ ذَلِكَ حَسَنٌ وَيَرَوْنَ أَنَّ مَنْ وَجَدَ ضَعْفًا فَأَفْطَرَ فَإِنَّ ذَلِكَ حَسَنٌ.(رواه مسلم :  1882 -صحيح مسلم –المكتبة الشاملة – بَاب  جواز الصوْمِ والفطر فى شهر رمضان للمسافر – الجزء :  5– صفحة :  440)
Telah menceritakan kepadaku Amru An-Naqid, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim, dari Al-Jurairi, dari Abu Nadlrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri ra,  ia berkata : "Kami pernah ikut berperang bersama Rasulullah saw, di bulan Ramadlan. Di antara kami ada yang berpuasa dan ada pula yang berbuka. Orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka begitu juga orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa. Mereka berpendapat bahwa siapa yang kuat lalu ia berpuasa, maka itu adalah baik, dan siapa yang merasa lemah hingga ia berbuka, maka itu pun juga baik." (HR.Muslim : 1882, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab jawaazis shawmi wal fithri fii syahri ramadhaana lil musaafiri,  juz : 5, hal. 440)
Dalam perjalanan tercela berpuasa bila dapat membahayakan (memadaratkan), bahkan termasuk maksiat. Hadits Nabi : 
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الْمَجِيدِ حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَامَ الْفَتْحِ إِلَى مَكَّةَ فِي رَمَضَانَ فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ كُرَاعَ الْغَمِيمِ فَصَامَ النَّاسُ ثُمَّ دَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ فَرَفَعَهُ حَتَّى نَظَرَ النَّاسُ إِلَيْهِ ثُمَّ شَرِبَ فَقِيلَ لَهُ بَعْدَ ذَلِكَ إِنَّ بَعْضَ النَّاسِ قَدْ صَامَ فَقَالَ أُولَئِكَ الْعُصَاةُ أُولَئِكَ الْعُصَاةُ. (رواه مسلم : 1878 - صحيح مسلم –المكتبة الشاملة – بَاب  جواز الصوْمِ والفطر فى شهر رمضان للمسافر – الجزء :  5– صفحة :  436) 
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab yakni Ibnu Abdul Majid, telah menceritakan kepada kami Ja'far, dari bapaknya, dari Jabir bin Abdullah ra,  bahwa pada tahun Fathu Makkah (pembebasan kota Mekkah) Rasulullah saw keluar menuju Makkah, yakni tepatnya pada bulan Ramadhan. Saat itu, beliau berpuasa hingga sampai di Kura' Al-Ghamim, dan para sahabat pun ikut berpuasa. Kemudian beliau meminta semangkuk  air, lalu beliau mengangkatnya hingga terlihat oleh para sahabat, kemudian beliau meminumnya. Setelah itu dikatakanlah kepada beliau, "Sesungguhnya sebahagian sahabat ada yang terus berpuasa." Maka beliau bersabda : "Mereka adalah orang-orang yang bermaksiat (kepadaku), mereka adalah orang-orang yang bermaksiat (kepadaku)." (HR.Muslim : 1878, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab jawaazis shawmi wal fithri fii syahri ramadhaana lil musaafiri,  juz : 5, hal. 436)
Dalam riwayat yang lain ditambahkan :
و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ عَنْ جَعْفَرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَزَادَ فَقِيلَ لَهُ : إِنَّ النَّاسَ قَدْ شَقَّ عَلَيْهِمْ الصِّيَامُ وَإِنَّمَا يَنْظُرُونَ فِيمَا فَعَلْتَ فَدَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.(رواه مسلم : 1878 - صحيح مسلم –المكتبة الشاملة – بَاب  جواز الصوْمِ والفطر فى شهر رمضان للمسافر – الجزء :  5– صفحة :  436) 
Dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz yakni Ad Darawardi, dari Ja'far dengan isnad ini, dan ia menambahkan; Lalu dikatakan kepada beliau : "Sebenarnya orang-orang merasa berat untuk melaksanakan puasa, tapi berhubung mereka melihat Tuan melaksanakannya maka merekapun berpuasa." Akhirnya beliau meminta semangkuk air setelah shalat 'Ashar. (HR.Muslim : 1878, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab jawaazis shawmi wal fithri fii syahri ramadhaana lil musaafiri,  juz : 5, hal. 436)
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى مَكَّةَ عَامَ الْفَتْحِ فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ كُرَاعَ الْغَمِيمِ وَصَامَ النَّاسُ مَعَهُ فَقِيلَ لَهُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ شَقَّ عَلَيْهِمْ الصِّيَامُ وَإِنَّ النَّاسَ يَنْظُرُونَ فِيمَا فَعَلْتَ فَدَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ بَعْدَ الْعَصْرِ فَشَرِبَ وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ إِلَيْهِ فَأَفْطَرَ بَعْضُهُمْ وَصَامَ بَعْضُهُمْ فَبَلَغَهُ أَنَّ نَاسًا صَامُوا فَقَالَ أُولَئِكَ الْعُصَاةُ. (رواه الترمذي : 644 – سنن الترمذي -المكتبة الشاملة – باب ما جاء في كراهية الصوم فى السفر– الجزء :  3– صفحة :146)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Muhammad, dari Ja'far bin Muhammad, dari ayahnya, dari Jabir bin Abdullah, bahwasanya Rasulullah saw keluar menuju Makkah pada tahun penaklukan kota Makkah sambil berpuasa bersama para shahabatnya, ketika sampai di Kuraa'ul ghamim dikatakan kepada beliau : Sesungguhnya orang-orang keberatan berpuasa dan mereka melihat apa yang  tuan perbuat, lantas beliau meminta semangkuk air setelah ashar kemudian meminumnya dengan disaksikan oleh seluruh shahabat. Maka sebagian mereka ikut berbuka dan sebagian yang lain memilih tetap berpuasa, ternyata berita orang-orang yang tetap berpuasa sampai kepada beliau saw, lantas beliau bersabda :   "Mereka adalah orang-orang yang durhaka."  (Tirmidzi : 644, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii  karassafari,  juz : 3, hal. 146)
Orang yang sedang hamil dan menyusukan mendapatkan rukhshah (keringanan)
أَخْبَرَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ أَنْبَأَنَا عَبْدُ اللَّهِ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ رَجُلٍ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَةٍ فَإِذَا هُوَ يَتَغَدَّى قَالَ هَلُمَّ إِلَى الْغَدَاءِ فَقُلْتُ إِنِّي صَائِمٌ قَالَ هَلُمَّ أُخْبِرْكَ عَنْ الصَّوْمِ إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ الْمُسَافِرِ نِصْفَ الصَّلَاةِ وَالصَّوْمَ وَرَخَّصَ لِلْحُبْلَى وَالْمُرْضِعِ.(رواه  النسائي : 2240 - سنن النسائي–المكتبة الشاملة – بَاب اختلاف معاوية بن سلام– الجزء : 7– صفحة : 463)
Telah mengabarkan kepada kami Suwaid bin Nashr dia berkata : Telah memberitakan kepada kami 'Abdullah, dari Khalid Al Hadza', dari Abu Qilabah, dari seseorang, ia berkata : "Aku pernah menemui Rasulullah saw  karena suatu kebutuhan, ternyata beliau sedang makan siang, beliau bersabda : "Marilah makan siang." Maka aku berkata :  “aku sedang berpuasa." Beliau bersabda : "Kemarilah, kuberitahukan kepadamu tentang puasa, Allah telah membebaskan setengah shalat (shalat qashar) dan puasa dari orang yang bepergian memberikan keringanan kepada wanita hamil dan yang sedang menyusui." (HR. Nasa’i :  2240, Sunan Nasa’i, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab  Al’lllati allatii min ajlihaa qiila dzaalika wa dzukira,  juz : 7, hal. 463)
Menurut Sufyan, Malik, Syafi'i dan Ahmad  bahwa wanita hamil dan menyusui yang berbuka wajib mengqadla' puasa dan memberi makan (fakir miskin). Menurut sebagian ‘Ulama’ seperti Ishaq  bahwa wanita hamil dan menyusui yang berbuka wajib memberi makan namun tidak wajib mengqadla' puasanya.[5] 
Tidak boleh meninggalkan puasa ramadhan tanpa ada rukhshah
حَدَّثَنَا بَهْزٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي حَبِيبُ بْنُ أَبِي ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ عُمَارَةَ بْنَ عُمَيْرٍ عَنْ أَبِي الْمُطَوِّسِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ فِي غَيْرِ رُخْصَةٍ رَخَّصَهَا اللَّهُ لَهُ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ الدَّهْرَ كُلَّهُ. (رواه احمد : 8653 -مسند احمد - المكتبة الشاملة – باب مسند  ابي هريرة رضي الله عنه– الجزء :   18– صفحة :  195)  
Telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah mengabarkan kepadaku Habib bin Abu Tsabit berkata :  Aku mendengar Umarah bin 'Umair, dari Abu Al-Muthawwis, dari bapaknya, dari Abu Hurairah berkata : Rasulullah saw  bersabda : "Barangsiapa yang berbuka satu hari (di siang) Ramadhan bukan karena rukhshah yang Allah berikan kepadanya, maka tidak akan diterima puasanya meskipun Ia menggantinya selama satu tahun." (HR.Ahmad : 8653, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Musnad Abu Hurairah ra,  juz : 18, hal.  195)


[1].  Baca Fiqhussunnah oleh Sayyid Sabiq, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/juz 1, hal. 444
[2]. Haruriyyah adalah sekelompok orang yang berada di suatu desa  di Iraq  dekat dengan Kufah, mereka mewajibkan mengganti shalat setelah darah haidnya habis.
[3]. Baca Syarhun Nawawi ‘Alaa Muslim oleh Imam Nawawi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab  jawaazis shawmi wal fithri fii syahri ramadhaana lil musaafiri,  juz : 4, hal. 105)
[4]. Ibid, hal. 101  
[5].  Baca  keterangan dari hadits no. 649 yang diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaail-Ifthar lil-Hubla,  juz : 3, hal. 154

Tidak ada komentar:

Posting Komentar