1.
Suci Dari Haid Dan Nifas
Orang yang berpuasa harus suci
dari haid dan nifas. Oleh karenanya orang yang haid dan nifas wajib berbuka,
tidak sah puasanya, bahkan haram berpuasa[1] dan setelah ramadhan wajib
mengganti (mengqadha’) sebanyak yang ditinggalkan.
و حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ مُعَاذَةَ قَالَتْ سَأَلْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ مَا
بَالُ الْحَائِضِ تَقْضِي الصَّوْمَ وَلَا تَقْضِي الصَّلَاةَ فَقَالَتْ
أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ قُلْتُ لَسْتُ بِحَرُورِيَّةٍ وَلَكِنِّي أَسْأَلُ قَالَتْ
كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ
الصَّلَاةِ. (رواه مسلم : 508 - صحيح مسلم –المكتبة الشاملة
– بَاب وجوب قضاء الصوْمِ على الحائض دون الصلاة – الجزء : 2– صفحة : 232)
Dan telah menceritakan kepada kami
Abd bin Humaid, telah mengabarkan kepada kami Abdurrazzaq, telah mengabarkan
kepada kami Ma'mar, dari Ashim, dari Mu'adzah dia berkata : Saya bertanya
kepada Aisyah seraya berkata : Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha'
puasa dan tidak mengqadha' shalat? Maka
Aisyah menjawab : Apakah kamu dari golongan Haruriyah?[2] Aku menjawab : Aku bukan
Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya. Dia (Aisyah) menjawab : Kami dahulu
juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha' puasa dan tidak
diperintahkan untuk mengqadha' shalat. (HR.Muslim
: 508, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab wajib qadha puasa bagi
orang haid, tidak untuk shalat, juz : 5, hal. 473)
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ
مُسْهِرٍ عَنْ عُبَيْدَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ
قَالَتْ : كُنَّا نَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ نَطْهُرُ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ
الصِّيَامِ وَلَا يَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ. (رواه الترمذي : 717 –سنن الترمذي - المكتبة
الشاملة – باب ما جاء في قضاء الحائض الصيام دون الصلاة– الجزء : 3– صفحة : 269)
Telah menceritakan kepada
kami Ali bin Hujr, telah mengabarkan kepada kami Ali bin Mushir, dari 'Ubaidah,
dari Ibrahim, dari Al Aswad, dari 'Aisyah berkata : "Dahulu kami haidl pada zaman
Rasulullah saw. Setelah kami bersuci, beliau menyuruh kami mengqadla’ puasa dan
tidak mengqadla shalat." (Tirmidzi : 717, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa
jaa-a fii qadhail haaidhi Ash-Syiyaama
duunas shalaati, juz : 3, hal. 269)
2.
Kuat Berpuasa
Walaupun
berpuasa diwajibkan, tetapi diberi kemudahan atau kelonggaran bagi orang-orang
yang tidak kuat karena sakit dan musafir untuk tidak berpuasa pada bulan
Ramadan dan menggantikannya (mengqadha’nya) pada hari-hari yang lain sebanyak
hari yang ditinggalkannya.
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ
أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari
yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan
bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS.Al-Baqarah : 185)
Dan bagi orang-orang yang tidak
sanggup melakukan puasa ramadhan disebabkan usia lanjut atau penyakit yang tidak
ada harapan untuk sembuh, maka hendaklah membayar fidyah, yaitu memberi makan
seorang miskin setiap hari dari makanan pokok penduduk negeri.
....وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ
طَعَامُ مِسْكِينٍ....
Dan wajib bagi orang-orang yang
berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fid-yah, (yaitu):
Memberi makan seorang miskin. (QS.Al-Baqarah : 184)
حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ أَخْبَرَنَا رَوْحٌ حَدَّثَنَا
زَكَرِيَّاءُ بْنُ إِسْحَاقَ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ عَنْ عَطَاءٍ
سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ يَقْرَأُ وَعَلَى الَّذِينَ
يُطَوَّقُونَهُ فَلَا يُطِيقُونَهُ {فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ} قَالَ ابْنُ
عَبَّاسٍ لَيْسَتْ بِمَنْسُوخَةٍ هُوَ الشَّيْخُ الْكَبِيرُ وَالْمَرْأَةُ الْكَبِيرَةُ
لَا يَسْتَطِيعَانِ أَنْ يَصُومَا فَيُطْعِمَانِ مَكَانَ كُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا. (رواه البخاري : 4145 - صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب قوله اياما معدودات فمن كان منكم
مريضا - الجزء : 13– صفحة : 444)
Telah menceritakan kepadaku Ishaq,
telah mengabarkan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Zakaria bin
Ishaq, telah menceritakan kepada kami Amru bin Dinar, dari Atha dia mendengar
Ibnu Abbas membaca ayat : "Dan bagi orang-orang yang berat
menjalankannya maka wajib membayar fidya yaitu memberi makan orang miskin,
"(QS. Al-Baqarah : 184), Ibnu Abbas berkata : Ayat ini tidak
dimanshukh, namun ayat ini hanya untuk orang yang sudah sangat tua dan nenek
tua, yang tidak mampu menjalankannya, maka hendaklah mereka memberi makan
setiap hari kepada orang miskin.' (HR.Bukhari : 4145, Shahih Bukhari,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab qauluhuu Ayyaaman ma’duudaat fa man kaana minkum, juz : 13, hal. 444)
Allah suka jika hamba-Nya
mengambil rukhshah (keringanan). Hadits Nabi :
أَخْبَرَنِي شُعَيْبُ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ إِسْحَقَ قَالَ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ قَالَ
حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ قَالَ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ قَالَ
أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ أَخْبَرَنِي جَابِرُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ
بِرَجُلٍ فِي ظِلِّ شَجَرَةٍ يُرَشُّ عَلَيْهِ الْمَاءُ قَالَ مَا بَالُ
صَاحِبِكُمْ هَذَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ صَائِمٌ قَالَ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ
الْبِرِّ أَنْ تَصُومُوا فِي السَّفَرِ وَعَلَيْكُمْ بِرُخْصَةِ اللَّهِ الَّتِي
رَخَّصَ لَكُمْ فَاقْبَلُوهَا.(رواه النسائي : 2226 – سنن النسائي–المكتبة الشاملة – بَاب العلة التي من اجلها قيل ذالك وذكر– الجزء : 7–
صفحة : 445)
Telah mengabarkan kepadaku Syu'aib
bin Syu'aib bin Ishaq dia berkata : Telah menceritakan kepada kami 'Abdul
Wahhab bin Sa'id dia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Syu'aib dia berkata : Telah menceritakan kepada kami
Al Auza'i dia berkata : Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abu Katsir dia
berkata : Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin 'Abdurrahman dia berkata : Telah
mengabarkan kepadaku Jabir bin 'Abdullah bahwa Rasulullah saw melewati seseorang yang berada di bawah
naungan pohon, dirinya disiram air, beliau bertanya : "Apa yang telah terjadi
pada teman kalian ini?!" Mereka
menjawab : "Wahai Rasulullah saw, ia sedang berpuasa." Beliau
bersabda : "Bukan termasuk kebaikan jika kalian berpuasa dalam perjalanan
dan hendaklah kalian mengambil keringanan (rukhshah) yang Allah berikan kepada
kalian, terimalah keringanan tersebut." (HR. Nasa’i : 2226, Sunan Nasa’i, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
bab Al’lllati allatii min ajlihaa qiila
dzaalika wa dzukira, juz : 7, hal. 445)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ
بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ جَمِيعًا عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ
أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْحَسَنِ عَنْ جَابِرِ
بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَرَأَى رَجُلًا قَدْ اجْتَمَعَ النَّاسُ
عَلَيْهِ وَقَدْ ظُلِّلَ عَلَيْهِ فَقَالَ مَا لَهُ قَالُوا رَجُلٌ صَائِمٌ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنْ الْبِرِّ
أَنْ تَصُومُوا فِي السَّفَرِ.(رواه مسلم : 1879- صحيح مسلم –المكتبة الشاملة
– بَاب جواز الصوْمِ والفطر فى شهر رمضان
للمسافر – الجزء : 5– صفحة : 437)
Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar bin Abu Syaibah dan Muhammad bin Al Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar
semuanya dari Muhammad bin Ja'far - Abu Bakar berkata : Telah menceritakan
kepada kami Ghundar, dari Syu'bah, dari Muhammad bin Abdurrahman bin Sa'd, dari
Muhammad bin Amru bin Al Hasan, dari Jabir bin Abdullah ra, ia berkata : Suatu ketika Rasulullah
saw, berada dalam suatu perjalanan, lalu
beliau melihat seorang laki-laki dikerumuni oleh orang banyak dan dibawa ke
tempat yang teduh. Beliau bertanya : "Mengapa dia?" Mereka menjawab :
"Ia sedang berpuasa." Maka Rasulullah saw, pun bersabda : "Bukanlah termasuk
kebaikan, jika kalian berpuasa saat dalam perjalanan." (HR.Muslim
: 1879, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab jawaazis shawmi wal fithri
fii syahri ramadhaana lil musaafiri, juz
: 5, hal. 437)
Imam Nawawi dalam syarah Muslim
menjelaskan matan hadits yang artinya berbunyi : “Bukanlah termasuk
kebaikan, jika kalian berpuasa saat dalam perjalanan”, maksudnya adalah
jika berpuasa dalam perjalanan dapat memberatkan (menyulitkan) dan
dikhawatirkan akan mendatangkan bahaya,[3] maka berpuasa dalam keadaan
sepert itu bukanlah termasuk kebaikan, artinya lebih baik berbuka
(tidak berpuasa) dengan mengambil rukhshah (keringanan).
Dalam
perjalanan terdapat rukhshah (keringanan), kita boleh memilih antara berpuasa dan berbuka. Suatu
ketika di bulan Ramadlan yang panas matahari begitu menyengat, Rasulullah saw, bepergian bersama
beberapa orang sahabat dan mereka tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah
saw dan Abdullah bin Rawahah.
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ رُشَيْدٍ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ
بْنُ مُسْلِمٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ
عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِي شَهْرِ رَمَضَانَ فِي حَرٍّ شَدِيدٍ حَتَّى إِنْ كَانَ أَحَدُنَا لَيَضَعُ
يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ وَمَا فِينَا صَائِمٌ إِلَّا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ.(رواه مسلم : 1892 -صحيح مسلم –المكتبة
الشاملة – بَاب التخيير فى الصوم والفطر فى السفر– الجزء : 5– صفحة :
452)
Telah menceritakan kepada kami
Dawud bin Rusyaid, telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim, dari
Sa'id bin Abdul Aziz, dari Isma'il bin Ubaidullah, dari Ummu Darda`, dari Abu
Darda' ra, ia berkata : "Kami pernah keluar bersama Rasulullah saw, di bulan Ramadlan saat terik matahari begitu
menyengat hingga salah seorang dari kami meletakkan tangannya di atas kepala.
Di antara kami tidak ada yang berpuasa kecuali Rasulullah saw dan Abdullah bin
Rawahah." (HR.Muslim : 1892, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
bab Attakhyir fis shawmi wal-Fathri Fissafar,
juz : 5, hal. 452)
Dalam perjalanan berpuasa adalah
baik bagi yang kuat dan berbuka juga baik bagi yang merasa lemah. Menurut imam
Nawawi lebih utama tetap berpuasa bagi
yang kuat apabila berpuasa tidak akan mendatangkan bahaya dan tidak akan memberatkan
(menyulitkan). [4]
حَدَّثَنِي عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ
إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا نَغْزُو مَعَ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَمِنَّا الصَّائِمُ وَمِنَّا
الْمُفْطِرُ فَلَا يَجِدُ الصَّائِمُ عَلَى الْمُفْطِرِ وَلَا الْمُفْطِرُ عَلَى
الصَّائِمِ يَرَوْنَ أَنَّ مَنْ وَجَدَ قُوَّةً فَصَامَ فَإِنَّ ذَلِكَ حَسَنٌ
وَيَرَوْنَ أَنَّ مَنْ وَجَدَ ضَعْفًا فَأَفْطَرَ فَإِنَّ ذَلِكَ حَسَنٌ.(رواه مسلم : 1882 -صحيح مسلم
–المكتبة الشاملة – بَاب جواز الصوْمِ
والفطر فى شهر رمضان للمسافر – الجزء : 5–
صفحة : 440)
Telah menceritakan kepadaku Amru
An-Naqid, telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrahim, dari Al-Jurairi,
dari Abu Nadlrah, dari Abu Sa'id Al-Khudri ra,
ia berkata : "Kami pernah ikut berperang bersama Rasulullah saw,
di bulan Ramadlan. Di antara kami ada yang berpuasa dan ada pula yang berbuka.
Orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka begitu juga orang yang
berbuka tidak mencela orang yang berpuasa. Mereka berpendapat bahwa siapa yang
kuat lalu ia berpuasa, maka itu adalah baik, dan siapa yang merasa lemah hingga
ia berbuka, maka itu pun juga baik." (HR.Muslim : 1882, Shahih Muslim,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab jawaazis shawmi wal fithri fii syahri ramadhaana
lil musaafiri, juz : 5, hal. 440)
Dalam perjalanan tercela berpuasa
bila dapat membahayakan (memadaratkan), bahkan termasuk maksiat. Hadits Nabi
:
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْوَهَّابِ يَعْنِي ابْنَ عَبْدِ الْمَجِيدِ حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَامَ الْفَتْحِ إِلَى مَكَّةَ فِي
رَمَضَانَ فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ كُرَاعَ الْغَمِيمِ فَصَامَ النَّاسُ ثُمَّ دَعَا
بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ فَرَفَعَهُ حَتَّى نَظَرَ النَّاسُ إِلَيْهِ ثُمَّ شَرِبَ
فَقِيلَ لَهُ بَعْدَ ذَلِكَ إِنَّ بَعْضَ النَّاسِ قَدْ صَامَ فَقَالَ أُولَئِكَ
الْعُصَاةُ أُولَئِكَ الْعُصَاةُ. (رواه
مسلم : 1878 - صحيح مسلم –المكتبة الشاملة – بَاب جواز الصوْمِ والفطر فى شهر رمضان للمسافر –
الجزء : 5– صفحة : 436)
Telah menceritakan kepadaku
Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab yakni
Ibnu Abdul Majid, telah menceritakan kepada kami Ja'far, dari bapaknya, dari
Jabir bin Abdullah ra, bahwa pada
tahun Fathu Makkah (pembebasan kota Mekkah) Rasulullah saw keluar menuju
Makkah, yakni tepatnya pada bulan Ramadhan. Saat itu, beliau berpuasa hingga
sampai di Kura' Al-Ghamim, dan para sahabat pun ikut berpuasa. Kemudian beliau
meminta semangkuk air, lalu beliau
mengangkatnya hingga terlihat oleh para sahabat, kemudian beliau meminumnya.
Setelah itu dikatakanlah kepada beliau, "Sesungguhnya sebahagian sahabat
ada yang terus berpuasa." Maka beliau bersabda : "Mereka adalah
orang-orang yang bermaksiat (kepadaku), mereka adalah orang-orang yang
bermaksiat (kepadaku)." (HR.Muslim : 1878, Shahih Muslim, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab jawaazis shawmi wal fithri fii syahri ramadhaana lil
musaafiri, juz : 5, hal. 436)
Dalam riwayat yang lain
ditambahkan :
و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ عَنْ جَعْفَرٍ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَزَادَ
فَقِيلَ لَهُ : إِنَّ النَّاسَ قَدْ شَقَّ عَلَيْهِمْ الصِّيَامُ وَإِنَّمَا
يَنْظُرُونَ فِيمَا فَعَلْتَ فَدَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ بَعْدَ الْعَصْرِ.(رواه مسلم : 1878 - صحيح مسلم –المكتبة
الشاملة – بَاب جواز الصوْمِ والفطر فى
شهر رمضان للمسافر – الجزء : 5– صفحة
: 436)
Dan telah menceritakan kepada kami
Qutaibah bin Sa'id, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz yakni Ad
Darawardi, dari Ja'far dengan isnad ini, dan ia menambahkan; Lalu dikatakan
kepada beliau : "Sebenarnya orang-orang merasa berat untuk melaksanakan
puasa, tapi berhubung mereka melihat Tuan melaksanakannya maka merekapun
berpuasa." Akhirnya beliau meminta semangkuk air setelah shalat 'Ashar.
(HR.Muslim : 1878, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab jawaazis shawmi
wal fithri fii syahri ramadhaana lil musaafiri,
juz : 5, hal. 436)
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ
مُحَمَّدٍ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى
مَكَّةَ عَامَ الْفَتْحِ فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ كُرَاعَ الْغَمِيمِ وَصَامَ
النَّاسُ مَعَهُ فَقِيلَ لَهُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ شَقَّ عَلَيْهِمْ الصِّيَامُ
وَإِنَّ النَّاسَ يَنْظُرُونَ فِيمَا فَعَلْتَ فَدَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ بَعْدَ
الْعَصْرِ فَشَرِبَ وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ إِلَيْهِ فَأَفْطَرَ بَعْضُهُمْ
وَصَامَ بَعْضُهُمْ فَبَلَغَهُ أَنَّ نَاسًا صَامُوا فَقَالَ أُولَئِكَ الْعُصَاةُ. (رواه الترمذي : 644 – سنن الترمذي -المكتبة
الشاملة – باب ما جاء في كراهية الصوم فى السفر– الجزء : 3– صفحة :146)
Telah menceritakan kepada kami
Qutaibah, telah menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Muhammad, dari Ja'far
bin Muhammad, dari ayahnya, dari Jabir bin Abdullah, bahwasanya Rasulullah
saw keluar menuju Makkah pada tahun penaklukan kota Makkah sambil berpuasa
bersama para shahabatnya, ketika sampai di Kuraa'ul ghamim dikatakan kepada
beliau : Sesungguhnya orang-orang keberatan berpuasa dan mereka melihat apa
yang tuan perbuat, lantas beliau meminta
semangkuk air setelah ashar kemudian meminumnya dengan disaksikan oleh seluruh
shahabat. Maka sebagian mereka ikut berbuka dan sebagian yang lain memilih
tetap berpuasa, ternyata berita orang-orang yang tetap berpuasa sampai kepada
beliau saw, lantas beliau bersabda : "Mereka adalah orang-orang yang
durhaka." (Tirmidzi : 644, Sunan
Tirmidzi,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii
karassafari, juz : 3, hal. 146)
Orang yang sedang hamil dan
menyusukan mendapatkan rukhshah (keringanan)
أَخْبَرَنَا سُوَيْدُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ أَنْبَأَنَا عَبْدُ
اللَّهِ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ رَجُلٍ قَالَ
أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَاجَةٍ فَإِذَا هُوَ
يَتَغَدَّى قَالَ هَلُمَّ إِلَى الْغَدَاءِ فَقُلْتُ إِنِّي صَائِمٌ قَالَ هَلُمَّ
أُخْبِرْكَ عَنْ الصَّوْمِ إِنَّ اللَّهَ وَضَعَ عَنْ الْمُسَافِرِ نِصْفَ
الصَّلَاةِ وَالصَّوْمَ وَرَخَّصَ لِلْحُبْلَى وَالْمُرْضِعِ.(رواه النسائي : 2240 - سنن النسائي–المكتبة الشاملة
– بَاب اختلاف معاوية بن سلام– الجزء : 7– صفحة : 463)
Telah mengabarkan kepada kami
Suwaid bin Nashr dia berkata : Telah memberitakan kepada kami 'Abdullah, dari
Khalid Al Hadza', dari Abu Qilabah, dari seseorang, ia berkata : "Aku
pernah menemui Rasulullah saw karena
suatu kebutuhan, ternyata beliau sedang makan siang, beliau bersabda :
"Marilah makan siang." Maka aku berkata : “aku sedang berpuasa." Beliau bersabda :
"Kemarilah, kuberitahukan kepadamu tentang puasa, Allah telah membebaskan
setengah shalat (shalat qashar) dan puasa dari orang yang bepergian memberikan
keringanan kepada wanita hamil dan yang sedang menyusui." (HR. Nasa’i
: 2240, Sunan Nasa’i, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Al’lllati allatii min
ajlihaa qiila dzaalika wa dzukira, juz :
7, hal. 463)
Menurut Sufyan, Malik, Syafi'i
dan Ahmad bahwa wanita hamil dan
menyusui yang berbuka wajib mengqadla' puasa dan memberi makan (fakir miskin).
Menurut sebagian ‘Ulama’ seperti Ishaq
bahwa wanita hamil dan menyusui yang berbuka wajib memberi makan namun
tidak wajib mengqadla' puasanya.[5]
Tidak boleh meninggalkan puasa ramadhan
tanpa ada rukhshah
حَدَّثَنَا بَهْزٌ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ
أَخْبَرَنِي حَبِيبُ بْنُ أَبِي ثَابِتٍ قَالَ سَمِعْتُ عُمَارَةَ بْنَ عُمَيْرٍ
عَنْ أَبِي الْمُطَوِّسِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ
فِي غَيْرِ رُخْصَةٍ رَخَّصَهَا اللَّهُ لَهُ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ الدَّهْرَ
كُلَّهُ. (رواه احمد : 8653 -مسند احمد -
المكتبة الشاملة – باب مسند ابي هريرة رضي الله عنه– الجزء : 18– صفحة :
195)
Telah menceritakan kepada kami
Bahz, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah mengabarkan kepadaku Habib
bin Abu Tsabit berkata : Aku mendengar
Umarah bin 'Umair, dari Abu Al-Muthawwis, dari bapaknya, dari Abu Hurairah
berkata : Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa
yang berbuka satu hari (di siang) Ramadhan bukan karena rukhshah yang Allah
berikan kepadanya, maka tidak akan diterima puasanya meskipun Ia menggantinya
selama satu tahun." (HR.Ahmad : 8653, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
bab Musnad Abu Hurairah ra, juz : 18,
hal. 195)
[1]. Baca Fiqhussunnah oleh
Sayyid Sabiq, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/juz 1, hal. 444
[2]. Haruriyyah adalah sekelompok orang yang berada di suatu desa di Iraq
dekat dengan Kufah, mereka mewajibkan mengganti shalat setelah darah
haidnya habis.
[3]. Baca Syarhun Nawawi ‘Alaa Muslim oleh Imam
Nawawi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab jawaazis shawmi wal fithri fii syahri
ramadhaana lil musaafiri, juz : 4, hal.
105)
[4]. Ibid, hal. 101
[5]. Baca keterangan dari hadits no. 649 yang
diriwayatkan oleh imam Tirmidzi dalam Sunan
Tirmidzi, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab maa jaail-Ifthar lil-Hubla,
juz : 3, hal. 154
Tidak ada komentar:
Posting Komentar