Senin, 03 Maret 2014

KYAI WARITS ILYAS GURUKU YANG ARIF



KYAI WARITS ILYAS
 GURUKU YANG ARIF 
Pasti setiap santeri mempunyai pengalaman ruhaniah yang mungkin berbeda-beda atau mungkin sama ketika berhadapan dengan kisah seorang tokoh yang pantas dijadikan panutan atau contoh dalam mengarungi kehidupan di alam fana ini. Tentu selama nyantri di Pondok Pesantren Annuqayah banyak hal yang baik untuk diungkap terkait dengan ketokohan Kyai Warits Ilyas. Namun saya ingin sedikit berbagi pengalaman, saya sebagai murid dan Kyai Warits Ilyas sebagai guru yang sangat arif dalam menghadapi para murid-muridnya, yang tentu sangat layak untuk diteladani oleh generisi berikutnya, terlebih oleh para santerinya dalam menghadapi masyarakat dalam menyebarluaskan ilmunya. Semoga ilmu yang beliau ajarkan kepada kita dapat diteruskan kepada masyarakat sehingga kita mendapatkan barakahnya. Aamiin
Suatu ketika Kyai Warits Ilyas mempunyai jam mengajar di kelas 6 mua’llimin di Pondok Pesantren Annuqayah. Pada waktu itu saya tidak ingat tahun berapa, tetapi yang saya ingat satu kelas bersama kyai Abdul A'la Basyir. Di pagi hari ketika hendak berangkat ke sekolah, tiba-tiba ada pengumuman, bahwa murid kelas 6 mua’llimin hari tersebut belajar di langgar kecil di rumah beliau. Akhirnya saya dan teman-teman sekelas yang jumlahnya hanya belasan kecil itu menuju ke tempat tersebut, duduk di lantai tanpa alas, tanpa bangku dan tanpa meja, menunggu kedatangan beliau. Tidak lama kemudian beliau datang, lantas duduk dilantai yang sama seperti para murid-muridnya duduk,  beliau memakai peci hitam, baju kemeja dan memakai sarung, sebagaimana para santeri juga memakai seperti yang beliau kenakan. Kemudian beliau memulai mengajar dengan membaca basmalah, dilanjutkan membaca kitab Al-Ihya’ Ulumuddin. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, ada beberapa murid yang “ngantuk”, dan termasuk saya. Rupa-rupanya beliau paham betul kalau ada muridnya yang sedang ngantuk. Tanpa suara beliau  berdiri,  tanpa ada pernyataan, perintah atau teguran, beliau keluar dari langgar, kamipun tidak tahu untuk apa beliau keluar. Kami hanya diam dan meihat beliau keluar. Tidak lama kemudian beliau datang kembali kehadapan kami dengan membawa kitab kamus bahasa Arab “Munjid”, dan diperkenalkan kepada kami, lalu diajarkan cara menggunakan kamus itu. Dan ternyata para murid-muridnya yang ngantuk tadi jadi bersemangat untuk mendapatkan ilmu yang kami baru kenal itu. Dan beliau tidak meneruskan membaca kitab Ihya’ Ulumuddin, tetapi berakhir dengan  menjelaskan cara menggunakan kamus bahasa Arab. Pada waktu mengajar, beliau pandai mengatur irama suara sehingga terdengar nada suara indah dan lembut yang membuat para murid-muridnya rindu ingin selalu mendengarkannya; tidak ada rangkaian kata yang membosankan dan tidak ada kalimat hentakan, bentakan yang menakutkan bagi para muridnya, tetapi semua tutur katanya mengandung makna dan nasehat yang selalu memotivasi para murid-muridnya untuk terus maju meraih sukses dengan riang gembira.
Dari kisah ruhaniah yang sangat singkat ini, tentu para pembaca dapat merenungkan nilai-nilai positiv yang mungkin jauh lebih besar dari apa yang saya pikirkan. Beliau adalah tokoh yang rendah hati, tawadhu, dan arif, bijaksana dalam mengahadapi umat,  memahami karakter para santri atau murid-muridnya, pandai menghormati hak-hak orang lain. Beliau  sangat menghrgai status diri seseorang. Beliau tidak pernah meremehkan orang lain. Sungguh akhlak  terpuji telah melekat padanya.
Untuk Kyai Warits Ilyas, kami bermunajat kepadaMu Ya Allah, kucurkan rahmat dan ridha-Mu, tenangkanlah dia dalam surga-Mu. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar