صِرَاطَ الَّذِينَ
أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
(yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan
(pula jalan) mereka yang sesat.
Setelah Allah swt. mengajarkan kepada kita untuk berdo’a (memohon) kepada-Nya agar selalu dibimbing menuju “shiraatal
mustaqiim”, yaitu jalan yang lurus dan benar, maka pada ayat ini Allah menerangkan
apa jalan yang lurus itu. Dalam ayat ini Allah menyebutkan 3
(tiga) golongan manusia, yaitu :
1. GOLONGAN ORANG YANG DIBERI NIKMAT
Shiraathal Mustaqiim (Jalan yang lurus), yaitu jalan golongan orang-orang yang telah dianugerahi
nikmat oleh Allah swt, mereka adalah para Nabi, Shiddiqiin, Syuhada’, dan Shalihiin.
Firman Allah :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ
مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ
وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا .(النساء : 69)
Dan barangsiapa yang
mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin,
Syuhada’ (orang-orang yang mati syahid) dan Shaalihiin (orang-orang saleh). Dan
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisaa : 69)
Pada ayat 69 surat An-Nisaa ini Allah mengajak dan mendorong kita agar taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya dengan menjanjikan pahala yang
sangat besar, yaitu bukan saja sekadar masuk surga, tetapi akan ditempatkan
bersama-sama dengan orang-orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah, yaitu para Nabi, para siddiiqiin, para
syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan Shaalihiin (orang-orang yang saleh).
Secara garis besar ada 4 (empat) macam golongan manusia yang memperoleh anugerah
Allah yang paling besar di dalam surga yaitu :
(1) Para Rasul dan Nabi-nabi,
yaitu mereka yang menerima wahyu dari Allah swt.
(2) Para siddiqiin, yaitu orang-orang yang teguh keimanannya kepada
kebenaran Nabi dan Rasul.
(3) Para syuhada’ yang pengertiannya
dibagi seperti urutan berikut ini :
a. Orang-orang beriman yang berjuang di jalan Allah dan mati
terbunuh di dalam peperangan melawan orang-oang kafir. Bagian (a) ini pahalanya
lebih tinggi dari syahid lainnya dan dinamakan
“syahid dunia dan akhirat”.
b. Orang-orang beriman yang menghabiskan usianya berjuang di jalan
Allah dengan harta; dan dengan segala macam jalan (cara) yang dapat dilaksanakannya berdasarkan hukum-hukum
Allah. Bagian (b) ini hanya dinamakan “syahid akhirat”.
c. Orang-orang beriman yang mati ditimpa musibah yang mendadak atau
teraniaya, seperti mati waktu bersalin, tenggelam di lautan, terbunuh dengan
aniaya. Bagian (c) ini juga hanya dinamakan “syahid akhirat”.
d. Orang-orang yang mati berperang melawan orang-orang kafir, hanya
untuk mencari keuntungan duniawi, seperti untuk mendapatkan harta rampasan,
untuk mencari nama dan sebagainya. Syahid yang serupa ini tidak dimasukkan dalam
pembagian syahid yang mendapatkan anugerah Allah seperti yang terdapat dalam
ayat 69 surat surat An-Nisaa di atas. Dan disebut namanya dengan “syahid
dunia”.
(4) Para Shaalihiin (orang-orang yang saleh), yaitu orang-orang yang selalu berbuat amal
baik yang bermanfaat untuk umum, termasuk dirinya dan keluarganya baik untuk
kebahagiaan hidup duniawi maupun untuk kebahagiaan hidup ukhrawi yang sesuai
dengan ajaran Allah.
Empat golongan manusia
itulah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah. Dan orang-orang yang benar-benar taat kepada Allah dan
Rasul-Nya sebagaimana yang tersebut dalam ayat 69 surat An-Nisa’, mereka akan masuk
surga dan ditempatkan bersama-sama dengan empat golongan manusia, yaitu golongan
para Nabi, shiddiiqiin yang membenarkan rasul-rasul dengan
jujur dan patuh, syuhada’ yang telah mengorbankan jiwa dan hartanya untuk
kemuliaan agama Allah, dan orang-orang saleh yang telah berbuat kebaikan dan
menjauhi larangan Allah.
2.
GOLONGAN ORANG YANG DIMURKAI ALLAH
Shiraathal
Mustaqiim (Jalan yang lurus) itu bukan jalan mereka yang
dimurkai oleh Allah. Orang-orang yang dimurkai Allah itu
ialah mereka yang tidak mau menerima seruan Allah yang disampaikan oleh para Rasul,
karena berlainan dengan kebiasaan mereka, atau karena tidak sesuai dengan keinginan
hawa nafsu mereka. Dan masuk juga dalam
golongan ini (orang-orang yang dimurkai Allah), yaitu mereka yang mulanya telah
menerima apa yang disampaikan oleh para Rasul,
tetapi kemudian lantaran sesuatu sebab mereka membelot, dan membelakangi
pelajaran-pelajaran yang dibawa oleh para Rasul itu. Renungkan firman
Allah :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ تَوَلَّوْا
قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَا مِنْهُمْ
وَيَحْلِفُونَ عَلَى الْكَذِبِ وَهُمْ يَعْلَمُونَ - أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ.
Tidaklah kamu perhatikan
orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman?
Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka.
Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui.
Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat
buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (QS.Al-Mujaadilah : 14-15)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا
تَتَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ قَدْ يَئِسُوا مِنَ الْآَخِرَةِ
كَمَا يَئِسَ الْكُفَّارُ مِنْ أَصْحَابِ الْقُبُورِ
Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu jadikan penolongmu kaum yang dimurkai Allah, sesungguhnya mereka
telah putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang
telah berada dalam kubur berputus asa. (QS.Al-Mumtahanah : 13)
Di dalam sejarah banyak ditemukan orang-orang yang dimurkai
Allah, sejak di dunia ini mereka telah
diazab, sebagai balasan yang setimpal bagi keingkaran dan sifat angkara murka
mereka. Salah satu contoh adalah kaum `Ad, Tsamud dan Fira’un sebagaimana ditegaskan
oleh Allah dalam kitab suci Al-Qur’an :
كَذَّبَتْ ثَمُودُ
وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ - فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ - وَأَمَّا
عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ - سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ
وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ
أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ - فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ.
Kaum Tsamud dan Aad telah mendustakan hari kiamat - Adapun
kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa - Adapun
kaum Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat kencang – yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama
tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum Aad pada waktu
itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang
telah kosong (lapuk) - Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di
antara mereka. (QS.Al-Haqqah:4-8)
فَإِنْ أَعْرَضُوا
فَقُلْ أَنْذَرْتُكُمْ صَاعِقَةً مِثْلَ صَاعِقَةِ عَادٍ وَثَمُودَ
Jika mereka berpaling maka
katakanlah : `Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang
menimpa kaum Aad dan kaum Tsamud. (QS. Fushshilat : 13)
فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي
الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ
يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا
بِآَيَاتِنَا يَجْحَدُونَ - فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا صَرْصَرًا فِي
أَيَّامٍ نَحِسَاتٍ لِنُذِيقَهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَخْزَى وَهُمْ لَا يُنْصَرُونَ
Adapun kaum Aad maka mereka
menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata : `Siapakah
yang lebih besar kekuatannya dari kami` Dan apakah mereka itu tidak
memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar
kekuatan-Nya dari mereka dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan)
Kami – Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh
kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan
kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan
sesungguhnya siksaan akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi
pertolongan. (QS. Fushshilat : 15 - 16)
وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ
فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى فَأَخَذَتْهُمْ صَاعِقَةُ الْعَذَابِ
الْهُونِ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Dan adapun kaum Tsamud maka
mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan)
dari petunjuk itu, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan
apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Fushshilat : 15-16)
Contoh lain adalah Fira’un dan kaumnya yang telah disiksa
oleh Allah dengan siksaan yang sangat keras sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya
:
وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ
وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ- فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ
أَخْذَةً رَابِيَةً
Dan telah datang Firaun dan
orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir
balikkan karena kesalahan yang besar – Maka (masing-masing) mereka mendurhakai
rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. (QS.Al-Haqqah
:9 – 10)
Mumi Fira’un yaitu bangkainya telah dibalsem sampai
sekarang masih ada disimpan dalam museum di Mesir.
3.
GOLONGAN ORANG-ORANG YANG SESAT
Shiraathal
Mustaqiim (Jalan yang lurus) itu bukan jalan mereka yang
sesat. Adapun orang-orang yang sesat, ialah mereka
yang tidak betul kepercayaannya, atau tidak betul pekerjaan dan amal ibadahnya
serta rusak akhlaknya. Bila aqidah seseorang sudah tidak betul lagi, atau
pekerjaan dan amal ibadahnya salah, serta
akhlaknya telah rusak, maka akan celakalah dia, dan kalau hal ini
menimpa suatu bangsa, maka akan hancurlah bangsa itu. Dalam Al-Qur’an
dinyatakan bahwa orang yang sesat adalah orang yang ingkar (kafir), baik ingkar
dibidang ‘aqidah, amal ibadah ataupun akhlak. Firman Allah :
إِنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ ثُمَّ ازْدَادُوا كُفْرًا لَنْ تُقْبَلَ
تَوْبَتُهُمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الضَّالُّونَ
Sesungguhnya orang-orang kafir
sesudah beriman, kemudian bertambah kekafirannya, sekali-kali tidak akan
diterima taubatnya; dan mereka itulah orang-orang yang sesat. (QS.Ali ‘Imran : 90)
مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَا هَادِيَ
لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ
Barangsiapa yang Allah
sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah
membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (QS.
Al-A’raaf : 186)
مَنْ
يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا
مُرْشِدًا
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah
yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan
mendapatkan seorang pemimpinpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
(QS.Al-Kahfi : 17)
Dan semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan orang-orang yang diberi nikmat, bukan kedalam
golongan orang-orang yang dimurkai dan juga bukan golongan orang-orang yang
sesat. Aamiin.
Surat Al-Fatihah adalah contoh do’a yang paling baik, sehingga apabila Imam shalat membaca GHAIRIL MAGHDLUUBI
'ALAIHIM WALADL DLAALLIIN, maka ma’mum dianjurkan mengucapkan 'Aamiin’. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرٍ
عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ {غَيْرِ
الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} فَقُولُوا آمِينَ فَإِنَّهُ مَنْ
وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
(رواه البخاري : 740 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب جهر
المأموم بالتأمين - الجزء: 3 – صفحة : 248)
Telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Maslamah, dari Malik, dari Sumayya mantan budak Abu Bakar, dari
Abu Shalih As-Saman, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw, bersabda: "Jika Imam membaca GHAIRIL
MAGHDLUUBI 'ALAIHIM WALADL DLAALLIIN, maka ucapkanlah 'AMIIN'. Karena siapa
yang ucapan 'AMIIN' nya bersamaan dengan 'AMIIN' nya Malaikat, maka dosanya
yang telah lalu akan diampuni." (HR.Bukhari : 740, Shahih Bukhari,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Jaharal ma’mum bita’min, juz : 3, hal. 248)