Kamis, 01 November 2012

ZAKAT

ARTI ZAKAT Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima, yaitu bagian yang ketiga setelah dua kalimat syahadat dan shalat, sejalan dengan urutan yang terdapat dalam hadits Nabi berikut : حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى قَالَ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ.(رواه البخاري : 7 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة -بَاب بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ – الجزء : 1 - صفحة : 11) Telah menceritakan kepada kami [‘Ubaidullah bin Musa], ia berkata : Telah mengabarkan kepada kami [Hanzhalah bin Abi Sufyan] dari [‘Ikrimah bin Khalid] dari [Ibnu Umar ra], ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Islam itu dibangun di atas lima (landasan); yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang pantas disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji dan puasa ramadhan. (HR.Bukhari : 7, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Buniyal islaamu ‘alaa khamsin, juz : 1, hal.11) Arti Zakat Menurut Bahasa Zakat (الزكاة) menurut Bahasa (لُغَة) berasal dari asal kata zakkaa (زَكَّى) – yuzakkii (يُزَكِّي) – tazkiyatan(تَزْكِيَةً) – zakaatan (زَكَاةً) yang berarti : (اَالتَّطْهِيْرُ) membersihkan dan mensucikan; (اَلنُّمُوُّ) tumbuh dan berkembang; (اَلْمَدْحُ) pujian; (اَلْبَرَكَة) berkah, bahagia dan untung; dan (كَثِيْرُ الْخَيْرِ) kebaikan yang banyak. 1. At-Tathhiir (اَالتَّطْهِيْرُ) membersihkan dan mensucikan. Artinya zakat dapat membersihkan atau mensucikan harta dan mental muzakki (pemberi zakat) dari dosa, akhlak jelek dan tingkah laku yang tidak terpuji. Juga bagi mustahiqnya (penerima zakat), sebagaimana firman Allah : خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ Ambillah sedekah (zakat) dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka. Dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.At-Taubah : 103) 2. Annumuwwu (اَلنُّمُوُّ) tumbuh dan berkembang. Artinya, benda yang dikenai zakat adalah benda yang tumbuh dan berkembang biak (baik dengan sendirinya maupun yang diusahakannya), dan jika benda tersebut sudah di zakati, maka tumbuh dan berkembangnya akan lebih baik, serta menumbuhkan mental kemanusiaan dan keagamaan muzakki dan mustahiqnya. Firman Allah : يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ..... (Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.....). (Al-Baqarah:276) 3. Al-Madh (اَلْمَدْحُ) pujian, dapat ditemukan dalam hadits Nabi berikut ini : حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ سَمِعْتُ أَبَا رَافِعٍ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ عَنْ أَبِي رَافِعٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ زَيْنَبَ كَانَ اسْمُهَا بَرَّةَ فَقِيلَ تُزَكِّي نَفْسَهَا فَسَمَّاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَيْنَبَ.(رواه مسلم : 3990 – صحيح مسلم – المكتبة الشاملة -بَاب اسْتِحْبَابِ تَغْيِيرِ الِاسْمِ الْقَبِيحِ إِلَى حَسَنٍ- الجزء : 11 – صفحة : 83) Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abi Syaibah], [Muhammad bin Al-Mutsanna] dan[Muhammad bin Basysyar] mereka berkata : Telah menceritakan kepda kami [Muhammad bin Jakfar], telah menceritakan kepada kami [Syu’bah] dari [‘Atha’ bin Abi Maimunah] dari [Rafi’] dari [Abu Hurairah] – Telah mencritakan kepada kami [Ubaidullah bin Mu’adz], telah menceritakan kepada kami [Abi], telah menceritakan kepada kami[Syu’bah] dari [‘Atha’ bin Abi Maimunah] dari [Rafi’] dari [Abu Hurairah], Bahwa dulu Zainab namanya adalah Barrah, lalu dikatakan : “Dia memuji” (Tuzakki) dirinya, maka Rasulullah saw mengganti namanya dengan Zainab. (HR. Muslim : 3990, shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Istihbaab taghyiirul ismil qabiih ilaa hasan, juz 11, ha. 83) Dan menunjukkan bahwa orang yang menunaikan zakat mendapatkan pujian dari Allah, sehingga nanti di dalam surga akan dipanggil dari pintu khusus, yaitu pintu sedekah. Hadits Nabi : حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى التُّجِيبِيُّ وَاللَّفْظُ لِأَبِي الطَّاهِرِ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَنْفَقَ زَوْجَيْنِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ نُودِيَ فِي الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا خَيْرٌ فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلَاةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّلَاةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِيَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ قَالَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا عَلَى أَحَدٍ يُدْعَى مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ مِنْ ضَرُورَةٍ فَهَلْ يُدْعَى أَحَدٌ مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ كُلِّهَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَمْ وَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِنْهُمْ.(رواه مسلم : 1705 – صحيح مسلم – المكتبة الشاملة - بَاب مَنْ جَمَعَ الصَّدَقَةَ وَأَعْمَالَ الْبِرِّ - الجزء : 5 – صفحة : 219) Telah menceritakan kepadaku [Abu Thahir] dan [Harmalah bin Yahya At-Tujibi] -lafazhnya milik [Abu Thahir] - keduanya berkata : Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Wahb], telah mengabarkan kepadaku [Yunus] dari [Ibnu Syihab] dari [Humaid bin Abdurrahman] dari [Abu Hurairah], bahwa Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang bersedekah sepasang kuda perang untuk membela agama Allah (fi sabilillah), maka ia akan dipanggil kelak di dalam surga, 'Wahai hamba Allah! Inilah pahala kebaikanmu. Siapa yang rajin shalat, dia akan dipanggil dari pintu shalat; dan siapa yang ikut berjihad untuk menegakkan agama Allah, dia akan dipanggil dari pintu jihad; dan siapa yang rajin bersedekah, dia akan dipanggil dari pintu sedekah; dan siapa yang rajin berpuasa, dia akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Kemudian Abu Bakar bertanya, Wahai Rasulullah, adakah orang yang dipanggil dari semua pintu itu sekaligus? Rasulullah saw menjawab: Ya, ada, dan aku mengharap kamulah salah seorang dari mereka. (HR.Muslim : 1705, shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab man jama’ash shadaqati wa a’maalal birri, juz : 5, hal. 219) 4. Al-Barakah (اَلْبَرَكَة) berkah, bahagia dan untung. Artinya benda yang dikenai zakat, setelah dibayarkan zakatnya akan mendatangkan berkah, yaitu manfaat besar bagi upaya meningkatkan perekonomian umat, dan membawa berkah bagi setiap orang yang terlibat di dalamnya, sehingga muncul keuntungan serta kebahagian dunia akhirat. Allah berjanji akan memberikan ganti serta akan mencurahkan karunia yang banyak bagi yang menunaikannya dan berkah pula bagi mustahiq yang menermanaya dengan hati yang bersih/baik. Firman Allah dan hadits Nabi : ... ..وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (.....Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan. maka Allah akan menggantinya. Dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya).(QS.Saba’ : 39) حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَا ابْنَ آدَمَ أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ وَقَالَ يَمِينُ اللَّهِ مَلْأَى وَقَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ مَلْآنُ سَحَّاءُ لَا يَغِيضُهَا شَيْءٌ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ. (رواه مسلم : 1658 – صحيح مسلم – المكتبة الشاملة - بَاب الْحَثِّ عَلَى النَّفَقَةِ وَتَبْشِيرِ الْمُنْفِقِ بِالْخَلَفِ- الجزء : 5- صفحة : 156) Telah menceritakan kepada kami [Zuhair bin Harb] dan [Muhammad bin Abdullah bin Numair], mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin ‘Uyaynah] dari [Abiz Zinad] dari [Al-A’raj] dari [Abu Hurairah] hingga sampai kepada Nabi saw, beliau bersabda : Allah Tabaaraka wa ta’aalaa berfirman : Wahai anak Adam, berinfaklah kamu, niscaya Aku akan memberikan ganti (mencurahkan karunia) kepadamu. Beliau saw bersabda : Pemberian Allah selalu melimpah. Ibnu Numair berkata : Suatu pemberian yang tidak pernah berkurang meskipun mengalir siang dan malam. (HR.Muslim : 1658, shahh Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, babul hatstsi ‘alan nafaqati watabsyiril munfiq bilkhalafi, juz : 5, hal. 156) حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ وَسَعِيدٍ عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ قَالَ سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ قَالَ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِطِيبِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى.(رواه مسلم: 1717- صحيح مسلم - المكتبة الشاملة -بَاب بَيَانِ أَنَّ الْيَدَ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى - الجزء : 5- صفحة : 236) Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abu Syaibah] dan [Amru An Naqid], keduanya berkata : Telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Az Zuhri] dari [Urwah bin Zubair] dan [Sa'id] dari [Hakim bin Hizam] ia berkata : Saya meminta sedekah kepada Nabi saw, maka beliau pun memberikannya padaku, kemudian aku meminta lagi, maka diberikannya lagi, kemudian aku meminta lagi, maka beliau pun memberikannya lagi. Sesudah itu, beliau bersabda : Sesungguhnya harta ini adalah lezat dan manis. Maka siapa yang menerimanya dengan hati yang baik, niscaya ia akan mendapat berkahnya. Namun, siapa yang menerimanya dengan nafsu serakah, maka dia tidak akan mendapat berkahnya. Dia akan seperti orang yang makan, namun tidak pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.(HR.muslim:1717. Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab bayani anna yadul ‘ulyaa khairun min yadis sufla,juz: 5, hal. 236) 5. Khatsirul khair (كَثِيْرُ الْخَيْرِ) kebaikan yang banyak. Artinya harta yang dikenai zakat adalah benda yang baik mutunya, dan jika harta benda itu telah dizakati, maka kebaikan mutunya akan lebih meningkat, sehingga kebaikan yang diperoleh akan semakin banyak. Allah berjanji akan melipat gandakan pahala sampai tujuh ratus kali lipat. Firman Allah : مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartnya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir ada seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS.Al-Baqarah : 261) Berdasarkan pengertian menurut bahasa di atas, maka zakat mempunyai fungsi pokok sebagai berikut : 1. Membersihkan jiwa dan harta muzakki (orang yang menunaikan zakat) 2. Fungsi sosial ekonomi. Artinya, bahwa zakat mempunyai misi meratakan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam bidang sosial ekonomi. Lebih jauh dapat berperan serta dalam membangun perekonomian mendasar yang bergerak langsung ke sektor ekonomi lemah. 3. Fungsi ibadah. Artinya, bahwa zakat merupakan sarana utama nomor tiga dalam pengabdian dan rasa syukur kepada Allah swt setelah dua kalimat syahadat dan shalat. Arti Zakat Menurut Istilah Syara’ Arti zakat menurut istilah syara’, ada beberapa batasan (definisi) yang ditampilkan dalam bab ini, antara lain sebagai berikut : 1. Menurut Imam Zakaria Al-Anshari dalam kitab Fathul Wahhab : اسْمٌ لِمَا يُخْرَجُ عَنْ مَالٍ أَوْ بَدَنٍ عَلَى وَجْهٍ مَخْصُوصٍ (Nama bagi sesuatu yang dikeluarkan dari harta atau badan menurut jalan/cara tertentu). 2. Menurut Imam Al-Khathib dalam kitab Hasiyah Al-Bujairimy : اسْمٌ لِقَدْرٍ مَخْصُوصٍ مِنْ مَالٍ مَخْصُوصٍ يَجِبُ صَرْفُهُ لِأَصْنَافٍ مَخْصُوصَةٍ. (Nama bagi kadar tertentu dari harta tertentu yang wajib diserahkan kepada golongan-golongan tertentu). 3. Menurut Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Baari : إِعْطَاء جُزْء مِنْ النِّصَاب الْحَوْلِيّ إِلَى فَقِير وَنَحْوه غَيْر هَاشِمِيّ وَلَا مُطَّلِبِيٍّ . Memberikan sebagian dari harta yang sudah sampai nishab selama setahun dan diberikan kepada orang fakir dan semisalnya yang bukan dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib. 4. Menurut Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqhus Sunnah : اَلزَّكَاةُ اِسْمٌ لِمَا يَخْرُجُهُ اْلإِنْسَانُ مِنْ حَقِّ اللهِ تَعَالَى اِلَى الْفُقَرَاءِ Zakat adalah nama bagi sesuatu yang dikeluarkan oleh manusia dari hak Allah kepada orang-orang fakir. Awal Mula Zakat Diwajibkan Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima. Dan masalah zakat ini tidak bisa dipisahkan dari usaha dan penghasilan masyarakat. Demikian juga pada zaman Rasulullah saw. Pada awal tahun pertama Rasulullah saw hijrah ke Madinah, beliau saw, dan para sahabat muhajirin (orang-orang Islam yang hijrah dari Makkah ke Madinah) masih disibukkan dengan cara menjalankan usaha untuk menghidupi diri dan keluarganya di tempat yang baru, karena semua harta benda dan kekayaan yang mereka miliki ditinggal di Makkah. Sementara di kalangan anshar (orang-orang Madinah yang membantu Nabi saw dan para sahabatnya yang hijrah dari Makkah) pada tahun pertama hijrah, mereka sibuk menyambut muhajirin dengan bantuan dan keramah-tamahan yang luar biasa. Firman Allah : وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (sahabat Anshar), ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS.Al-Hasyr : 9) Pada permulaan Islam, ketika orang-orang yang beriman masih menetap di Makkah, sebelum hjirah ke Madinah, sebenarnya sudah ada perintah mengeluarkan sebagian harta kekayaannya untuk diberikan kepada orang-orang miskin, namun masih bersifat sebagai anjuran. Dan ketentuan nisab (batasan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya) belum ditetapkan. Hal ini tergambar dalam ayat yang turun di Makkah sebagai berikut : .....وَمَا آَتَيْتُمْ مِنْ زَكَاةٍ تُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُضْعِفُونَ .....Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). (QS. Ar-Rum : 39) Kemudian kita baca pula surat Al-Mu’minun ayat 4, serta keterangannya yang dinukil dari tafsir Ibnu Katsir sebagai berikut : وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ Dan orang-orang yang menunaikan zakat. (QS. Al-Mu’minu : 4) Imam Ibnu Katsir memberikan penjelasan ayat tersebut sebagai berikut : Kebanyakan ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan zakat dalam ayat di atas adalah zakat mal (harta kekayaan). Padahal, ayat tersebut turun di Makkah, sedangkan zakat itu sendiri diwajibkan di Madinah pada tahun ke-2 Hijriah. Dengan demikian, terdapat sebuah fakta, bahwa kewajiban zakat pertama kali diturunkan adalah pada saat Nabi saw masih menetap di Makkah, sedangkan ketentuan nisabnya mulai ditetapkan setelah beliau hijrah ke Madinah. Dan setelah Rasulullah saw hijrah ke Madinah, beliau menerima wahyu dengan kalimat ‘perintah’ seperti ayat berikut : وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ Dan dirikanlah shalat serta tunaikanlah zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Baqarah: 110). Berbeda dengan ayat sebelumnya, kewajiban zakat dalam ayat ini diungkapkan dengan kalimat perintah. Dan setiap ‘perintah’ menunjukkan kepada pengertian wajib selama ‘perintah’ berada dalam kemutlakannya, sesuai dengan kaedah الأصل فى الأمر الوجوب (asal dalam perintah menujukkan hukum wajib).Tetapi jika ada suatu dalil yang dapat mengalihkan kepada arti lain, maka hendaknya dialihkan kepada arti yang dikehendaki dalil tersebut. Zakat Dalam Bahasa Al-Qur’an Dalam Al-Qur’an Al-Karim zakat disebutkan dengan berbagai ungkapan, terkadang dengan zakat, shadaqah, infaq/nafaqoh dan Al-’afwu. 1. Zakat. Kata ini paling banyak disebutkan dalam Al-Qur’an, bahkan sering disandingkan dengan perintah shalat sampai diulang dalam 82 ayat. Salah satu contoh adalah sebagai berikut : وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’. (QS.Al-Baqarah : 43) 2. Shadaqah. Firman Allah : إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ ..... Sesungguhnya sedekah-sedekah (zakat-zakat) itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin..... (QS.At-Taubah : 60) 3. Infaq/Nafaqah. Firman Allah : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (zakatilah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. (Al Baqarah:267) 4. Al-’Afwu. Firman Allah : .....وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ.... Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah : yang lebih dari keperluan (sedekah wajib/zakat). (Al-Baqarah : 219)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar