Kamis, 22 November 2012

NAMA - NAMA SURAT AL-FATIHAH

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إنَّ الحَمْدَ لله نَحْمَدُه ونستعينُه ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ فَلا هَادِي لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.قال الله تعالى في كتابه الكريم : أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا (محمد: 24) وقال تعالى: أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا (النساء: 82) وقال تعالى: كِتَابٌ أَنزلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ. (ص: 29) Surat Al-Fatihah merupakan surat yang paling agung dalam Al-Qur’an. Untaian kalimatnya ringkas, hanya terdiri dari 7 ayat, 25 kata dan 113 huruf, namun kandungan maknanya sangat luas. Jumlah 113 huruf memberikan informasi, bahwa sesudah surat Al-Fatihah terdapat 113 surat yang makna kandungannya terhimpun di dalam surat Al-Fatihah. Seorang muslim yang taat menjalankan aturan Allah, ia membacanya setiap hari paling sedikit tujuh belas kali yang dibaca di dalam shalatnya yang berjumlah tujuh belas rakaat yang wajib ditegakkan. Sejak kecil hingga detik ini tentu sudah beratus atau beribu kali kita membacanya. Lalu terbersit sebuah pertanyaan : Sudahkah kita memahami mutiara indah yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk meraih ridha-Nya? Semoga melalui tulisan ringkas di bawah ini bisa sedikit membantu menggapai tujuan mulia tersebut. Aamiin. Tempat Turun Surat Al-Fatihah Para ‘ulama’ berbeda pendapat dalam menentukan tempat turunnya Surat Al-Fatihah (Surat pembukaan). Dalam tafsir Ibnu Katsir karya Abul Fida’ Isma’il bin Umar bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Damisyqy (700-774 H) dipaparkan pendapat para pakar, yaitu : Ibnu ‘Abbas, Qatadah dan Abu Al-’Aliyah berpendapat bahwa Surat Al-Fatihah termasuk ayat Makkiyah, yaitu ayat yang diturunkan di Mekah. Menurut Abu Hurairah, Mujahid, ‘Atha’ bin Yasar dan Azzuhri termasuk ayat Madaniyyah, yaitu ayat yang diuturunkan di Madinah. Menurut sebagian ulama’ diturunkan dua kali, yaitu satu kali di Mekah dan satu kali lagi di Madinah. Menurut Abu Al-Laits Assamarqandiy, separoh diturunkan di Mekah dan separoh lagi diuturunkan di Madinah. Sedangkan Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawiy (Wafat 515 H), menegaskan dalam kitab Tafsirnya, yaitu tafsir Al-Baghawi, bahwa surat Al-Fatihah menurut pendapat kebanyakan ulama’ termasuk ayat Makkiyah, dan inilah pendapat yang paling shahih. Nama-Nama Surat Al-Fatihah Surat Al-Fatihah memiliki banyak nama sesuai dengan keragaman kandungan yang ada di dalamnya serta keutamaan dan keistimewaannya, antara lain : 1. فاتحة الكتاب(Faatihatul Kitab). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Faatihatul Kitab (pembukaan Tulisan), karena mushaf Al-Qur`an dibuka dengan surat ini, dan surat ini pula yang dibaca sebagai pembukaan dalam shalat sebelum membaca surat-surat Al-Qur’an yang lain. Nama ini (Faatihatul Kitab) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai berikut : حَدَّثَنَا ابْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَمَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُنَادِيَ أَنَّهُ لَا صَلَاةَ إِلَّا بِقِرَاءَةِ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ. (رواه ابو داود : 697- سنن ابو داود – المكتبة الشاملة - بَاب مَنْ تَرَكَ الْقِرَاءَةَ فِي صَلَاتِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ - الجزء : 2 – صفحة : 480) Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Basysyar], telah menceritakan kepada kami [Yahya], telah menceritakan kepada kami [Ja’far] dari [Abi Utsman] dari [Abu Hurairah], ia berkata : Rasulullah saw memerintahkan aku agar aku menyerukan bahwa tidak sah shalat seseorang kecuali membaca Fatihatul Kitab (maksudnya surat Al-Fatihah). (HR.Abu Dawud : 697, Sunan Abu Dawud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab man tarakal qiraata fii shalaatihii bifatihatil kitaab, juz : 2, hal.480) 2. الحمد لله (Al-Hamdu lillaah). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Al-Hamdu lillaah (Segala puji milik Allah), karena dalam surat ini terdapat kalimat Al-Hamdu lillaah. Nama ini (Al-Hamdu lillaah) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai berikut : حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَلِيٍّ الْحَنَفِيُّ عَنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَمْدُ لِلَّهِ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي (رواه الترمذي : 3049- سنن الترمذي – المكتبة الشاملة -بَاب وَمِنْ سُورَةِ الْحِجْرِ- الجزء : 10 – صفحة : 396) Telah mencriakan kepada kami [‘Abdun bin Humaid], telah mencriakan kepada kami [Abu ‘Ali Al-Hanafiy], dari [Ibnu Abu Di’b] dari [Al-Maqburiy] dari [Abu Hurairah], ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Al-Hamdu lillaah adalah Ummul-Qur’an, Ummul Kitab dan As-sab’u Al-Matsaani. (HR.Tirmidzi : 3049, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab min suratil Hijr, juz : 10, hal.396) 3. ام القرآن (Ummul-Qur’an) dan ام الكتاب (Ummul Kitab). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Ummul-Qur’an (Induk Al-Qur’an) dan Ummul Kitab (Induk Al-Kitab), karena surat ini mencakup seluruh tujuan pokok dari Al-Qur`an, sehingga surat Al-Fatihah mempunyai kedudukan sebagai intisari atau esensi dari Al-Qur’an. Kata ام (ummun) secara harfiah berarti ibu, sumber, asal, dasar, landasan, intisari (esensi). Bila Al-Qur’an kita sebut sebagai ajaran, maka Al-Fatihah adalah intisarinya. Begitu juga bila kita menyebut Al-Qur’an sebagai wacana, maka Al-Fatihah adalah inti dari wacana itu. Sedangkan pengertian harfiah kata Al-Qur’an adalah bacaan dan Al-Kitab adalah tulisan atau literatur, mengacu kepada bentuk-bentuk bacaan, tulisan atau wacana secara umum. Nama ini (Ummul-Qur’an dan Ummul Kitab) diabadikan dalam hadits Nabi saw di atas dan juga dalam hadits berikut ini : حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمُّ الْقُرْآنِ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ. (رواه البخاري : 4335 – صحيح البخاري - المكتبة الشاملة -بَاب قَوْلِهِ وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنْ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ - الجزء :14 – صفحة :303) Telah menceritakan kepada kami [Adam], telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Dzi’b], telah menceritakan kepada kami [Sa’id Al-Maqburiy] dari [Abu Hurairah ra], ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Ummul-Qur’an (Induk Al-Qur’an) adalah As-sab’u Al-Matsaani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) dan Al-Qur’anul ‘Adhim (Al-Qur’an yang agung). (HR. Bukhari : 4335, shahih Bukhari, Al-maktabah Asy-Syamilah, bab Qaulihii wa laqad aatainaa sab’an minal matsaanii wal-Qur’aanul adhiim, juz : 14, hal.303) 4. السبع المثاني(As-sab'ul-Matsaani). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan As-sab'ul-Matsaani karena surat ini tediri dari tujuh ayat yang selalu dibaca dalam shalat secara berulang-ulang. Setiap orang yang shalat akan selalu membacanya dalam setiap raka`at shalatnya. Jumlah ayatnya yang tujuh itu, rupanya mengacu pada makna yang banyak atau luas, yaitu sebanyak dan seluas cakupan wacana Al-Qur’an itu sendiri. Nama ini (As-sab'ul-Matsaani) diabadikan dalam hadits Nabi saw di atas dan bahkan diabadikan juga dalam Al-Qur’an : وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعاً مِّنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ Dan sungguh Kami telah berikan kepadamu As-sab’u Al-Matsaani (tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) dan Al-Qur’an yang agung. (Q.S. Al-Hijr : 87). 5. القرآن العظيم(Al-Qur’nul-'azhiim). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Al-Qur’nul-'azhiim (Al-Qur’an yang besar dan Agung) karena surat Al-Fatihah mewakili seluruh kandungan Al-Qur’an yang sangat besar, luas dan agung. Nama ini (Al-Qur’nul-'azhiim) diabadikan dalam hadits Nabi saw dan juga dalam Al-Qur’an sebagaimana tersebut pada bagian sebelumnya. 6. الصلاة (Ash-Shalaatu). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Ash-Shalaatu (shalat/do’a) karena Al-Fatihah merupakan bacaan wajib di dalam shalat. Nama ini (Ash-Shalaatu) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai berikut : حَدَّثَنَاه إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلَاثًا غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي وَإِذَا قَالَ {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ. (رواه مسلم : 598 - صحيح مسلم- المكتبة الشاملة- بَاب وُجُوبِ قِرَاءَةِ الْفَاتِحَةِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ- الجزء : 2 – صفحة : 352) Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali], telah mengabarkan kepada kami [Sufyan bin ‘Uyaynah] dari [Al-‘Ala’] dari ayahnya, dari [Abu Hurairah], dari Nabi saw, beliau bersabda : Barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa membaca Ummul Qur’an di dalamnya, maka shalatnya masih mempunyai hutang, tidak sempurna” Tiga kali. Ditanyakan kepada Abu Hurairah, ” Kami berada di belakang imam?” Maka dia menjawab, “Bacalah Ummul Qur’an dalam dirimu, karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda : ‘Allah berfirman : Aku membagi shalat (surat Al-Fatihah) antara Aku dengan hambaKu menjadi dua bagian, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba berkata : Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Maka Allah berfirman : HambaKu memujiKu. Apabila hamba tersebut mengucapkan : Yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Maka Allah berfirman : HambaKu memuji-Ku. Apabila hamba tersebut mengucapkan : Pemilik hari kiamat. Maka Allah berfirman : HambaKu memujiku. Selanjutnya Dia berfirman : HambaKu menyerahkan urusannya kepada-Ku. Apabila hamba tersebut mengucapkan : Hanya kepadaMulah aku menyembah dan hanya kepadaMulah aku memohon pertolongan. Maka Allah berfirman : Ini adalah antara Aku dengan hambaKu. Dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila hamba tersebut mengucapkan : Berilah kami petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat. Maka Allah berfirman : Ini untuk hambaKu, dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta. (HR. Muslim : 598, shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab wujuubi qiraa-atil fatihah fii kulli rakatin, juz : 2, hal. 352) 7. الشفاء (Asy-Syifa). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Asy-Syifa (obat) karena surat ini adalah menjadi obat untuk segala penyakit. Nama ini (Asy-Syifa) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai berikut : حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم : فَاتِحَةُ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ. (رواه الدارمي : 3433 - سنن الدارمي - المكتبة الشاملة- باب فَضْلِ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ - الجزء : 10 – صفحة : 257) Telah menceritakan kepada kami [Qabishah], telah mengabarkan kepada kami [Sufyan] dari [Abdul Malik bin ‘Umair], ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Fatihatul Kitab adalah obat (Syifa’) dari setiap penyakit. (HR.Ad-Darimi : 3433, Sunan Ad-Darimi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab fadhli faatihatil kitaab, juz : 10, hal. 257) 8. الرقية )Ar-Ruqyah). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Ar-Ruqyah karena surat ini adalah sebagai do’a. Nama ini (Ar-Ruqyah) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai berikut : حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ قَال سَمِعْتُ أَبَا الْمُتَوَكِّلِ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرُّوا بِحَيٍّ مِنْ الْعَرَبِ فَلَمْ يَقْرُوهُمْ وَلَمْ يُضَيِّفُوهُمْ فَاشْتَكَى سَيِّدُهُمْ فَأَتَوْنَا فَقَالُوا هَلْ عِنْدَكُمْ دَوَاءٌ قُلْنَا نَعَمْ وَلَكِنْ لَمْ تَقْرُونَا وَلَمْ تُضَيِّفُونَا فَلَا نَفْعَلُ حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلًا فَجَعَلُوا عَلَى ذَلِكَ قَطِيعًا مِنْ الْغَنَمِ قَالَ فَجَعَلَ رَجُلٌ مِنَّا يَقْرَأُ عَلَيْهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ فَلَمَّا أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرْنَا ذَلِكَ لَهُ قَالَ وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ وَلَمْ يَذْكُرْ نَهْيًا مِنْهُ وَقَالَ كُلُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍ. (رواه الترمذي : 1990 - سنن الترمذي – المكتبة الشاملة - بَاب مَا جَاءَ فِي أَخْذِ الْأَجْرِ عَلَى التَّعْوِيذِ - الجزء : 7– صفحة : 395) Telah menceritakan kepada kami [Abu Musa Muhammad bin Al-Mutsanna], telah menceritakan kepadaku [Abdush Shamad bin Abdul Warits], telah menceritakan kepada kami [Syu’bah], telah menceritakan kepada kami [Abu Bisyr], ia berkata : Aku mendengar Abu Al-Mutawakkil menceritakan dari [Abu Sa’id], bahwasanya sekelompok orang dari sahabat Nabi saw melewati suatu daerah di tanah Arab, namun mereka tidak menjamunya dan menerima sebagai tamu. Kemudian pemimpin daerah tersebut terkena sakit, sehingga mereka mendatangi kami seraya berkata : Apakah kalian mempunyai obat? Kami menjawab : Ya. Akan tetapi kalian tidak memberikan jamuan untuk kami dan tidak pula menerima kami layaknya seorang tamu. Kami tidak akan memberikanny hingga kalian memberikan jamuan untuk kami. Lalu mereka pun memberikan jamuan sepotong daging kambing. Dan salah seorang dari kami membacakan surat Al-Fatihah dan pemimpin mereka – pun sembuh seketika. Setelah kami menemui Nabi saw, kami pun menuturkan hal itu, lalu beliau bersabda : Siapa yang memberitahu kalian bahwa itu adalah Ruqyah? Saat itu belia tidak menyebutkan kalimat larangan. Dan beliau bersabda : Makanlah daging itu dan berikanlah satu bagian untukku. (HR. Tirmidzi : 1990, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii akhdzil ajri ‘alat ta’widz, juz : 7, hal. 395) 9. الواقية Al-Waqiyah. Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Sufyan bin ‘Uyainah dengan Al-Wqfiyah (memelihara), karena memelihara semua kandungan Al-Qur’an. 10. الكنز Al-Kanz. Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Zamakhsyariy dengan Al-Kanz (tempat menyimpan yang tebal), karena surat ini tempat menyimpan semua kandungan Al-Qur’an. 11. الكافية Al-Kafiyah (mencakupi). Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Yahya bin Katsir dengan Al-Kafiyah, karena surat ini mencakup seluruh kandungan Al-Qur’an. 12. أساس القرآن Asasul Qur’an. Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Ibnu Abbas dengan Asasul Qur’an (dasar, sendi, pokok Al-Qur’an), karena surat ini merupakan dasar, sendi dan pokok-pokok kandungan Al-Qur’an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar