Suatu ketika ada dua orang bernama Arbad bin Qais[1] dan Amir bin Thufail datang ke Madinah menemui Rasulullah saw. Lalu Amir bin Thufail berkata, "Hai Muhammad! Hadiah apakah yang akan engkau berikan kepadaku, jika aku masuk Islam?" Rasulullah saw menjawab : "Engkau akan mendapatkan sebagaimana apa yang didapat oleh kaum Muslimin yang lain, dan engkau pun akan menerima seperti apa yang mereka alami?" Lalu Amir berkata lagi : "Apakah engkau akan menjadikan aku sebagai penggantimu sesudahmu?" Rasulullah saw menjawab : "Hal tersebut bukan untukmu dan bukan untuk kaummu." Lalu mereka berdua keluar dari majelis Rasulullah saw. Setelah mereka keluar, lalu Amir berkata kepada Arbad : "Bagaimana kalau aku menyibukkan diri Muhammad dengan berbicara kepadanya, kemudian dari belakang kamu tebas dia dengan pedangmu?" Arbad setuju dengan usul tersebut, lalu keduanya kembali lagi menemui Rasulullah saw. Sesampainya di sana Amir berkata : "Hai Muhammad! Berdirilah bersamaku, aku akan berbicara kepadamu." Kemudian Rasulullah-pun berdiri dan Amir berbicara kepadanya, lalu Arbad menghunus pedangnya; akan tetapi ketika Arbad meletakkan tangannya pada pegangan pedangnya, tiba-tiba tangannya lumpuh. Dan Rasulullah saw melirik kepadanya serta melihat tingkahnya itu dengan jelas, lalu beliau berlalu meninggalkan mereka. Maka setelah itu keduanya pergi, dan ketika mereka berdua sampai di kampung Ar-Raqm, lalu Allah mengutus halilintar kepada Arbad untuk menyambarnya, dan meninggallah dia disana. Sedangkan ‘Amir masih bisa pergi meneruskan perjalanan pulang kembali, dan setelah tiba di suatu daerah bernama “Al-Kharim”, Allah menurunkan penyakit ta’un (menular), dan dia kemalaman dalam perjalanan, sehingga bermalam dirumah seorang perempuan dari Bani Salul. Di suatu daerah yang bernama “Al-Kharim”, itulah Allah menurunkan penyakit ta’un (menular), dan disana dia lalu tertular penyakit dan meninggal di perjalana pulang menuju rumahnya. [2]
Sumber : Kitab Asbabun-Nuzul oleh Imam As-Suyuthi, Dar Al-Fajr Litturats, Kaero, 2002/1423, hal.235-236. - Dan Tafsir Ibnu Katsir oleh Imadu Al-din Abu Al-Fida Ismail bin Katsir, Syirkah Al-Nur, Asia, tanpa tahun, hal.506.)
[1] Menurut sebagian ulama’ adalah Arbad bin Rabi’ah seperti yang terdapat dalam Tafsir Ibnu Katsir, jilid 2, Syirkah Al-Nur, Asia, tanpa tahun, hal.506.
[2] Imam As-Suyuthi, Asbabun-Nuzul, Dar Al-Fajr Litturats, Kaero, 2002/1423, hal.235-236. - Dan Imadu Al-din Abu Al-Fida’ Ismail bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Syirkah Al-Nur, Asia, tanpa tahun, hal.506.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar