AL-BAQARAH
AYAT 34
Ayat berikut ini merupakan kelanjutan dari pelaksanaan
keputusan Allah mengangkat Khalifah di muka bumi. Allah telah mengajarkan berbagai macam nama dan ilmu pengetahuan kepada Adam yang tidak diajarkan kepada para malaikat. Kemudian Allah
memerintahkan kepada para malaikat untuk
menyatakan hormat dengan bersujud kepada Adam, sebagaimana ayat 34 berikut ini :
وَإِذْ
قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى
وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat
: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan
dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah : 34)
Awal ayat 34 : وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ
اسْجُدُوا لِآَدَمَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat :
“Sujudlah kamu kepada Adam”. Mengenai awal
firman Allah ini, Qatadah mengatakan : ketaatan itu untuk Allah, sedangkan
sujud untuk Adam. Allah memuliakan Adam dengan menyuruh malaikat bersujud
kepadanya.[1]Bersujud
yang dimkudkan adalah penghormatan, penghargaan, dan pemuliaan, sebagaimana
firman Allah dalam surat Yusuf ayat 100 :
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ
سُجَّدًا ..... (يوسف : 100)
Dan ia (Yusuf) menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana,
dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. (QS.Yusuf : 100)
Allah memerintahkan para malaikat untuk hormat kepada
Adam, dengan bersujud. Hal ini merupakan anugerah kemuliaan yang sangat besar
dari Allah bagi Adam yang juga dianugerahkan kepada anak keturunannya.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ
وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ
وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا (الإسرأ : 70)
Dan sesungguhnya telah Kami
muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-Isra’ : 70)
Perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepada
Adam, juga sekaligus merupakan perintah kepada Iblis, karena meskipun iblis
bukan termasuk golongan malaikat, namun ia telah menyerupai dan meniru tingkah
laku para malaikat. Oleh karena itu iblis termasuk dalam perintah yang
ditujukan kepada para malaikat, dan tercela atas pelanggaran yang dilakukan
terhadap perintah-Nya.
Diberi nama dengan Iblis, menurut Ibnu Abbas, karena Allah telah menghalanginya
dari semua kebaikan, alias membuatnya putus asa darinya.[2] Dan juga dari
Ibnu Abbas, ia berkata : Iblis sebelum mengerjakan perbuatan maksiat termasuk
bagian dari golongan malaikat, namanya “Azazil”, ia termasuk malaikat
yang paling keras.[3]
Ibnu Jarir berkata yang juga bersumber
dari Ibnu Abbas : Iblis pada mulanya adalah suatu golongan dari kalangan para
malaikat, mereka dikenal dengan sebutan jin. Jin diciptakan dari api yang sangat
panas(مِنْ
نَارِ السَّمُومِ) ,[4]
ia berada di tengah-tengah para
malaikat, nama aslinya adalah Al-Harits, ia pada mulanya ditugaskan sebagai
penjaga surga. Sedangkan malaikat diciptakan dari nur (cahaya) yang berbeda
dari golongan Jin.[5]
Di dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat
50 disebutkan, bahwa Iblis adalah dari golongan jin.
وَإِذْ قُلْنَا
لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ
فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ
دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلا (الكهف : 50)
Dan (ingatlah) ketika Kami
berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah
mereka kecuali iblis. Dia (Iblis) adalah dari golongan jin, maka ia
mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan
turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah
musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi
orang-orang yang zalim. (QS.Al-Kahfi : 50)
Menghormati seseorang dengan cara
bersujud merupakan syariat umat-umat Nabi terdahulu sebelum umat Nabi Muhammad
saw. Namun cara memuliakan seperti ini telah dihapus dalam agama kita, agama
Islam, Dalam sebuah hadits Mu’adz pernah bercerita
:
حَدَّثَنَا أَزْهَرُ بْنُ مَرْوَانَ قَالَ حَدَّثَنَا
حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ الْقَاسِمِ الشَّيْبَانِيِّ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ لَمَّا قَدِمَ مُعَاذٌ مِنْ الشَّامِ سَجَدَ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا هَذَا يَا مُعَاذُ قَالَ
أَتَيْتُ الشَّامَ فَوَافَقْتُهُمْ يَسْجُدُونَ لِأَسَاقِفَتِهِمْ
وَبَطَارِقَتِهِمْ فَوَدِدْتُ فِي نَفْسِي أَنْ نَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا تَفْعَلُوا فَإِنِّي
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللَّهِ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ
أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا تُؤَدِّي
الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا وَلَوْ سَأَلَهَا
نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ. (رواه ابن ماجه : 1843 –
سنن ابن ماجه– المكتبة الشاملة – باب حق الزوج على المرءة– الجزء : 5– صفحة : 449)
Telah menceritakan kepada kami
Azhar bin Marwan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid,
dari Ayyub, dari Al-Qasim Asy Syaibani, dari Abdullah bin Abu Aufa, ia berkata : "Tatkala
Mu'adz datang dari Syam, ia bersujud kepada Nabi saw hingga beliau bersabda :
"Apa-apaan ini ya Mu'adz! Mu'adz menjawab : "Aku pernah mendatangi
Syam, aku mendapatkan mereka sujud kepada para uskup dan komandan mereka. Maka
aku ingin melakukannya terhadapmu." Rasulullah saw bersabda :
"Janganlah kalian melakukannya, kalau saja aku diperbolehkan memerintahkan
seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, niscaya aku akan perintahkan
seorang isteri bersujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad di
Tangan-Nya, sungguh seorang isteri itu tidak dikatakan menunaikan hak Tuhan-nya
hingga ia menunaikan hak suaminya. Kalau saja suami memintanya untuk dilayani,
sementara ia sedang berada di atas pelana kendaraan, maka ia tidak boleh
menolaknya." (HR.Ibnu
Majah : 1843, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab -Haqquz zauj ‘alal mar-ati, juz : 5, hal. 449)
Tengah ayat 34 فَسَجَدُوا
إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ “maka sujudlah mereka kecuali iblis;
ia enggan dan takabur”. Merespon perintah Allah, para malaikat lalu melaksanakan perintah-Nya dengan bersujud
penghormatan kepada Adam, kecuali satu makhluk yang bernama Iblis. Dia enggan menjalankan
perintah Allah itu dan dia menyombongkan diri. Mengapa dia enggan dan
menyombong diri? Qatadah mengatakan, musuh Allah yang bernama Iblis itu iri terhadap Adam as. atas kemuliaan yang
telah dianugerahkan Allah kepadanya. Lalu iblis itu berkata : “Aku
diciptakan dari api sedang ia (Adam) diciptakan dari tanah.”[6]
Perkataan Iblis ini diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an :
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ
أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ
طِينٍ(الأعراف : 12)
Allah berfirman : "Apakah yang
menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis
menjawab : "Saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api
sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Al-A’raaf : 12)
Menurut logika Iblis, api lebih mulia daripada tanah,
sehingga dirinya yang dicptakan dari api tidak pantas bersujud atau hormat
kepada Adam yang diciptakan dari tanah, sehingga Iblis menolak untuk bersujud. Padahal menjalankan bersujud
merupakan bentuk keta’atan kepada Allah dan penghormatan terhadap Adam. Dan perintah
melakukan sujud penghormatan kepada Adam adalah perintah yang datang dari yang Mahapencipta,
Mahamulia dan Mahakuasa atas segala sesuatu, yaitu Allah saw yang wajib ditaati.
Itulah dosa pertama yang dilakukan
Iblis, ia membangkang terhadap perintah Allah, ia sombong dan enggan
menghormati Adam dengan bersujud kepadanya. Rasulllah saw menegaskan,
bahwa orang yang di dalam hatinya
terdapat kesombongan meski hanya sebesar biji sawi, ia tidak akan masuk surga.
Hadits Nabi :
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو
دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ عَنْ فُضَيْلٍ عَنْ
إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. (رواه مسلم : 133 – صحيح مسلم– المكتبة الشاملة
– باب تحريم الكبر وبيانه– الجزء : 1– صفحة : 239)
Dan telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abu Dawud, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Aban bin Taghlib, dari Fudlail, dari
Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah, dari Nabi saw beliau bersabda :
"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji
dari kesombongan." (HR.
Muslim : 133, Shahih Muslim,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Tahriimu kibari wa bayaanih, juz : 1, hal. 239)
Akhir ayat 34 وَكَانَ مِنَ
الْكَافِرِينَ “dan adalah ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir.” Iblis termasuk dalam golongan orang-orang yang
kafir disebabkan karena penolakannya untuk hormat dengan bersujud kepada Adam. Penolakan itu terjadi akibat sikap sombong dan dengkinya
terhadap kemuliaan Adam. Oleh karena penolakannya untuk ta’at kepada Allah itulah,
akhirnya dia menjadi golongan orang-orang yang kafir atau ingkar terhadap
perintah Allah. Di dalam
hati Iblis telah terdapat kesombongan, kekufuran, dan keingkaran yang
menyebabkan ia terhalang dari semua kebaikan, dan terjauh
dari rahmat Allah.
Dalam kisah
sikap malaikat yang selalu patuh kepada Allah dan sikap iblis yang menyombongkan
diri dan keingkarannya kepad-Nya, terdapat
pelajaran yang sangat berharga, bahwa di samping ada yang patuh
kepada-Nya, ada pula yang durhaka dan membangkang. Allah tidak hanya menjadikan
yang baik saja. Disamping yang baik dijadikan-Nya pula yang buruk. Ini sudah
ada sejak dari permulaan sebelum manusia menjalankan tugas kekhalifahan di muka
bumi. Oleh karena itu, Rasulullah saw menegaskan, bahwa seorang tidak dikatakan beriman hingga dia mengimani takdir yang baik dan takdir yang
buruk. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا
أَبُو الْخَطَّابِ زِيَادُ بْنُ يَحْيَى الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ
بْنُ مَيْمُونٍ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ
وَشَرِّهِ حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ وَأَنَّ
مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَهُ. (رواه الترمذي : 2070 – سنن الترمذي - المكتبة الشاملة – باب ما جاء فى الإيمان بالقدر
خيره وشره– الجزء : 8– صفحة : 36)
Telah menceritakan kepada kami Abul Khaththab Ziyad bin Yahya
Al-Bashri; telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maimun, dari Ja'far bin
Muhammad, dari bapaknya, dari Jabir bin 'Abdullah, dia berkata; Rasulullah saw
bersabda : "Seorang
hamba tidak dikatakan beriman sampai dia mengimani tentang takdir yang baik dan
takdir yang buruk, sampai dia mengetahui bahwa apa yang menimpanya tidak
mungkin akan meleset darinya, dan sesuatu yang tidak ditetapkan atasnya tidak
akan mungkin mengenainya." (HR. Tirmidzi : 2070, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Ma Jaa fil-Imani bilqadari khairihi wa syarrihi, juz :
8, hal. 36)
Dari uraian di atas terdapat peringatan
bahwa diantara perbuatan maksiat ada yang berupa sifat takabbur, dengki, kekufuran
atau ingkar. Untuk itu tinggalkanlah perbuatan-perbuatan maksiat; mantapkan iman
dan ketaatan kepada Allah swt.
[1]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.
231
[2]. Baca Tafsir Ibnu Abi Hatim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 5, hal.
477
[3]. Baca Tafsir Ath-Thabari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, juz 1, hal. 502
Dan Kami
telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.(QS.
Al-Hijr : 27)
وَخَلَقَ
الْجَانَّ مَن مَّارِجٍ مِّنْ نَّارٍ (الرحمن : 15)
Dan Dia
menciptakan jin dari nyala api. (QS. Ar-Rahman : 15)
[5]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.
227
[6]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.
231
Tidak ada komentar:
Posting Komentar