Kamis, 14 April 2016

AL-BAQARAH AYAT 34



AL-BAQARAH AYAT 34
Ayat berikut ini merupakan kelanjutan dari pelaksanaan keputusan Allah mengangkat Khalifah di muka bumi. Allah telah mengajarkan berbagai macam nama dan ilmu pengetahuan kepada Adam yang tidak diajarkan kepada para malaikat. Kemudian Allah memerintahkan kepada para  malaikat untuk menyatakan hormat dengan bersujud kepada Adam, sebagaimana ayat 34 berikut ini : 
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah : 34)
Awal ayat 34 : وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat : “Sujudlah kamu kepada Adam”. Mengenai awal firman Allah ini, Qatadah mengatakan : ketaatan itu untuk Allah, sedangkan sujud untuk Adam. Allah memuliakan Adam dengan menyuruh malaikat bersujud kepadanya.[1]Bersujud yang dimkudkan adalah penghormatan, penghargaan, dan pemuliaan, sebagaimana firman Allah dalam surat Yusuf ayat 100 :
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا ..... (يوسف : 100)
Dan ia (Yusuf) menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana, dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. (QS.Yusuf : 100)
Allah memerintahkan para malaikat untuk hormat kepada Adam, dengan bersujud. Hal ini merupakan anugerah kemuliaan yang sangat besar dari Allah bagi Adam yang juga dianugerahkan kepada anak keturunannya.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا (الإسرأ : 70)
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-Isra’ : 70)
Perintah Allah kepada para malaikat untuk bersujud kepada Adam, juga sekaligus merupakan perintah kepada Iblis, karena meskipun iblis bukan termasuk golongan malaikat, namun ia telah menyerupai dan meniru tingkah laku para malaikat. Oleh karena itu iblis termasuk dalam perintah yang ditujukan kepada para malaikat, dan tercela atas pelanggaran yang dilakukan terhadap perintah-Nya.
Diberi nama dengan Iblis, menurut Ibnu Abbas, karena Allah telah menghalanginya dari semua kebaikan, alias membuatnya putus asa darinya.[2] Dan juga dari Ibnu Abbas, ia berkata : Iblis sebelum mengerjakan perbuatan maksiat termasuk bagian dari golongan malaikat, namanya “Azazil”, ia termasuk malaikat yang paling keras.[3]  Ibnu Jarir berkata yang juga bersumber dari Ibnu Abbas : Iblis pada mulanya adalah suatu golongan dari kalangan para malaikat, mereka dikenal dengan sebutan jin. Jin diciptakan dari api yang sangat panas(مِنْ نَارِ السَّمُومِ) ,[4] ia  berada di tengah-tengah para malaikat, nama aslinya adalah Al-Harits, ia pada mulanya ditugaskan sebagai penjaga surga. Sedangkan malaikat diciptakan dari nur (cahaya) yang berbeda dari golongan Jin.[5]  Di dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 50 disebutkan, bahwa Iblis adalah dari golongan jin. 
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلائِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلا (الكهف : 50)
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia (Iblis) adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (QS.Al-Kahfi : 50)
Menghormati seseorang dengan cara bersujud merupakan syariat umat-umat Nabi terdahulu sebelum umat Nabi Muhammad saw. Namun cara memuliakan seperti ini telah dihapus dalam agama kita, agama Islam, Dalam sebuah hadits Mu’adz pernah bercerita   :
حَدَّثَنَا أَزْهَرُ بْنُ مَرْوَانَ قَالَ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ الْقَاسِمِ الشَّيْبَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ لَمَّا قَدِمَ مُعَاذٌ مِنْ الشَّامِ سَجَدَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا هَذَا يَا مُعَاذُ قَالَ أَتَيْتُ الشَّامَ فَوَافَقْتُهُمْ يَسْجُدُونَ لِأَسَاقِفَتِهِمْ وَبَطَارِقَتِهِمْ فَوَدِدْتُ فِي نَفْسِي أَنْ نَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا تَفْعَلُوا فَإِنِّي لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللَّهِ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا وَلَوْ سَأَلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ. (رواه ابن ماجه :  1843  – سنن ابن ماجه– المكتبة الشاملة – باب حق الزوج على المرءة– الجزء :  5صفحة : 449)
Telah menceritakan kepada kami Azhar bin Marwan, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, dari Ayyub, dari Al-Qasim Asy Syaibani, dari Abdullah bin Abu Aufa, ia berkata : "Tatkala Mu'adz datang dari Syam, ia bersujud kepada Nabi saw hingga beliau bersabda : "Apa-apaan ini ya Mu'adz! Mu'adz menjawab : "Aku pernah mendatangi Syam, aku mendapatkan mereka sujud kepada para uskup dan komandan mereka. Maka aku ingin melakukannya terhadapmu." Rasulullah saw bersabda : "Janganlah kalian melakukannya, kalau saja aku diperbolehkan memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, niscaya aku akan perintahkan seorang isteri bersujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad di Tangan-Nya, sungguh seorang isteri itu tidak dikatakan menunaikan hak Tuhan-nya hingga ia menunaikan hak suaminya. Kalau saja suami memintanya untuk dilayani, sementara ia sedang berada di atas pelana kendaraan, maka ia tidak boleh menolaknya." (HR.Ibnu Majah : 1843, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab  -Haqquz zauj ‘alal mar-ati,  juz : 5, hal. 449)
Tengah ayat 34 فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ   “maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur”. Merespon perintah Allah, para malaikat  lalu melaksanakan perintah-Nya dengan bersujud penghormatan kepada Adam, kecuali satu makhluk yang bernama Iblis. Dia enggan menjalankan perintah Allah itu dan dia menyombongkan diri. Mengapa dia enggan dan menyombong diri? Qatadah mengatakan, musuh Allah yang bernama Iblis  itu iri terhadap Adam as. atas kemuliaan yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Lalu iblis itu berkata : “Aku diciptakan dari api sedang ia (Adam) diciptakan dari tanah.”[6] Perkataan Iblis ini diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an :
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ(الأعراف : 12)
Allah berfirman : "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Iblis menjawab : "Saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah". (QS. Al-A’raaf : 12)
Menurut logika Iblis, api lebih mulia daripada tanah, sehingga dirinya yang dicptakan dari api tidak pantas bersujud atau hormat kepada Adam yang diciptakan dari tanah, sehingga Iblis menolak untuk bersujud. Padahal menjalankan bersujud merupakan bentuk keta’atan kepada Allah dan penghormatan terhadap Adam. Dan perintah melakukan sujud penghormatan kepada Adam adalah perintah yang datang dari yang Mahapencipta, Mahamulia dan Mahakuasa atas segala sesuatu, yaitu Allah saw yang wajib ditaati.  Itulah dosa pertama yang dilakukan Iblis, ia membangkang terhadap perintah Allah, ia sombong dan enggan menghormati Adam dengan bersujud kepadanya. Rasulllah saw menegaskan, bahwa  orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan meski hanya sebesar biji sawi, ia tidak akan masuk surga. Hadits Nabi :
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ عَنْ فُضَيْلٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. (رواه مسلم : 133 – صحيح مسلم– المكتبة الشاملة – باب  تحريم الكبر وبيانه– الجزء : 1صفحة :  239)
Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abu Dawud, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Aban bin Taghlib, dari Fudlail, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah, dari Nabi saw  beliau bersabda : "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji dari kesombongan." (HR. Muslim : 133, Shahih Muslim,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Tahriimu kibari wa bayaanih,  juz : 1, hal. 239)
Akhir  ayat 34  وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ  “dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” Iblis termasuk dalam golongan orang-orang yang kafir disebabkan karena penolakannya untuk hormat dengan bersujud kepada Adam. Penolakan itu terjadi akibat sikap sombong dan dengkinya terhadap kemuliaan Adam. Oleh karena penolakannya untuk ta’at kepada Allah itulah, akhirnya dia menjadi golongan orang-orang yang kafir atau ingkar terhadap perintah Allah. Di dalam hati Iblis telah terdapat kesombongan, kekufuran, dan keingkaran yang menyebabkan ia terhalang dari semua kebaikan, dan terjauh dari rahmat Allah.
Dalam kisah sikap malaikat yang selalu patuh kepada Allah dan sikap iblis yang menyombongkan diri dan keingkarannya kepad-Nya, terdapat  pelajaran yang sangat berharga, bahwa di samping ada yang patuh kepada-Nya, ada pula yang durhaka dan membangkang. Allah tidak hanya menjadikan yang baik saja. Disamping yang baik dijadikan-Nya pula yang buruk. Ini sudah ada sejak dari permulaan sebelum manusia menjalankan tugas kekhalifahan di muka bumi. Oleh karena itu, Rasulullah saw menegaskan, bahwa seorang tidak dikatakan beriman hingga  dia mengimani takdir yang baik dan takdir yang buruk. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا أَبُو الْخَطَّابِ زِيَادُ بْنُ يَحْيَى الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَيْمُونٍ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ حَتَّى يَعْلَمَ أَنَّ مَا أَصَابَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَهُ وَأَنَّ مَا أَخْطَأَهُ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَهُ. (رواه الترمذي : 2070 – سنن الترمذي -  المكتبة الشاملة – باب ما جاء فى الإيمان بالقدر خيره وشره– الجزء :  8صفحة :  36)
Telah menceritakan kepada kami Abul Khaththab Ziyad bin Yahya Al-Bashri; telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Maimun, dari Ja'far bin Muhammad, dari bapaknya, dari Jabir bin 'Abdullah, dia berkata; Rasulullah saw bersabda : "Seorang hamba tidak dikatakan beriman sampai dia mengimani tentang takdir yang baik dan takdir yang buruk, sampai dia mengetahui bahwa apa yang menimpanya tidak mungkin akan meleset darinya, dan sesuatu yang tidak ditetapkan atasnya tidak akan mungkin mengenainya." (HR. Tirmidzi : 2070, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Ma Jaa fil-Imani bilqadari khairihi wa syarrihi,   juz : 8, hal. 36)
Dari uraian di atas terdapat peringatan bahwa diantara perbuatan maksiat ada yang berupa sifat takabbur, dengki, kekufuran atau ingkar. Untuk itu tinggalkanlah perbuatan-perbuatan maksiat; mantapkan iman dan ketaatan kepada Allah swt.



[1]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 231
[2]. Baca Tafsir Ibnu Abi Hatim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 5, hal. 477
[3]. Baca Tafsir Ath-Thabari,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 502
[4]. وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ (الحجر :27)
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.(QS. Al-Hijr : 27)
وَخَلَقَ الْجَانَّ مَن مَّارِجٍ مِّنْ نَّارٍ (الرحمن : 15)
Dan Dia menciptakan jin dari nyala api. (QS. Ar-Rahman : 15)
[5]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 227
[6]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 231

Tidak ada komentar:

Posting Komentar