Al-Baqarah Ayat 29
Setelah Allah menampilkan
dalil-dalil untuk menunjukkan keberadaan dan kekuasan-Nya, berupa penciptaan
umat manusia dan apa yang mereka saksikan pada diri mereka sendiri, maka pada ayat 29 surat Al-Baqarah ini
Allah menampilkan dalil atau bukti lain yang dapat disaksikan
berupa peciptaan langit dan bumi.[1] Untuk itu Allah berfirman
:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ
اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ
عَلِيمٌ
Dia-lah
Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu, kemudian Dia
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha
mengetahui segala sesuatu.
Awal ayat 29 :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ
جَمِيعًا “Dia-lah
Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu”. Menurut
Qatadah maksudnya adalah Allah menundukkan segala yang ada di bumi untuk kamu,[2]
sebagai anugerah dari Allah dan nikmat bagi anak Adam (manusia).[3]
Dalam ayat di atas, Allah menuturkan dengan rangkaian
kata : “segala yang ada di bumi untuk kamu”, artinya segala
nikmat yang terdapat di bumi, yang sangat banyak ragamnya, baik berupa barang
tambang, tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, lautan, dan lain sebagainya adalah
disediakan oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan manusia agar dimanfaatkan atau dipergunakan
untuk kemaslahan agama dan dunia. Kemaslahatan
agama maksudnya adalah mengambil pelajaran dan merenungkan keajaiban-keajaiban
makhluk ciptaan Allah sebagai dalil atau bukti kemaha Esaan-Nya. Sedangkan kemaslahatan
dunia adalah mengambil manfaat dari segala apa yang telah diciptakan Allah di
dalam bumi.[4]
Allah memberkahi bumi dan telah menentukan padanya kadar
makanan-makanan penghuninya dalam empat masa, sebagaimana firman-Nya :
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ مِنْ فَوْقِهَا وَبَارَكَ فِيهَا
وَقَدَّرَ فِيهَا أَقْوَاتَهَا فِي أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ سَوَاءً لِلسَّائِلِينَ
Dan
Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya
dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang
bertanya. (QS.Fushshilat : 10)
Alangkah besar dan agungnya Allah sang Mahapencipta
itu, dan alangkah besar Rahman dan Rahim-Nya,
semua yang ada di muka bumi ini disediakan untuk kita umat manusia. Sehingga
air yang mengalir, lautan yang terbentang, kayu yang tumbuh di hutan, batu di
sungai, pasir di pantai, binatang ternak, ikan di laut; untuk kita umat
manusia. Dan apabila kita gali bumi
selapis dua lapis, maka bertemulah kita dengan kekayaan, mungkin minyak tanah, emas, besi dan segala macam logam; semuanya
itu untuk kita. Dan kita diberi alat
untuk mengambil manfaat dari sekalian nikmat dan karunia Allah itu, yaitu akal,
ilmu dan pengalaman dalam mengarungi kehidupan. Nikmat Allah yang dianugerahkan
kepada kita sebagai hamba-Nya tidaklah terbatas, sehingga kita tidak akan pernah
sanggup menghitungnya. Firman Allah :
وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ
مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan
segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim
dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. Ibrahim : 34)
Dari paparan
di atas, dapat kita pahami, bahwa sesungguhnya dunia ini adalah sebuah
fasilitas atau sarana bagi manusia untuk mencapai tujuan, yaitu beribadah
kepada Allah. Artinya, Allah memerintahkan sesuatu kepada hamba-Nya, yaitu perintah
untuk beribadah, tidaklah sekedar perintah itu saja, tatapi juga sekaligus Allah
menyediakan fasilitas dan sarananya, agar kita dapat menjalankan perintah itu
dan dapat mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya.
Tengah ayat 29 : ثُمَّ
اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ “kemudian Dia berkehendak (menciptakan)
langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit” . Artinya diselesaikan-Nya
dahulu penciptaan bumi yang langsung terkait dengan nasib kita, dibereskan-Nya
segala keperluan kita, barulah Allah memulai penciptaan tujuh langit dalam dua
masa, yang tadinya adalah Dukhan, yaitu asap, sebagaimana firman Allah
yang berbunyi :
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا
وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
Kemudian
Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu
Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut
perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami
datang dengan suka hati". (QS. Fushshilat : 11)
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ
سَمَاءٍ أَمْرَهَا وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا
ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Maka
Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui. (QS. Fushshilat : 12)
Di dalam ayat tersebut mengandung
dalil atau bukti yang menunjukkan bahwa Allah swt memulai ciptaan-Nya dengan
menciptakan bumi, baru kemudian menciptakan tujuh lapis langit. Memang demikianlah
cara membangun sesuatu, yaitu dimulai dari bagian bawah, baru setelah itu bagian atasnya.[5]
Pondasi harus dibangun dengan kuat terlebih dahulu, setelah itu baru kemudian
dibangun kerangka dibagian atasnya.
Dalam salah riwayat Rasulullah
saw menyampaikan informasi tentang waktu penciptaan makhluk di muka bumi ini
sebagai berikut :
حَدَّثَنَا
حَجَّاجٌ قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي إِسْمَاعِيلُ بْنُ أُمَيَّةَ
عَنْ أَيُّوبَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَافِعٍ مَوْلًى لِأُمِّ
سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي
فَقَالَ خَلَقَ اللَّهُ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ وَخَلَقَ الْجِبَالَ
فِيهَا يَوْمَ الْأَحَدِ وَخَلَقَ الشَّجَرَ فِيهَا يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَخَلَقَ
الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ
وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ وَخَلَقَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلَام
بَعْدَ الْعَصْرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ آخِرَ الْخَلْقِ فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ
سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ. (رواه احمد : 7991 –
مسند احمد– المكتبة الشاملة – باب مسند ابي هريرة رضي الله عنه – الجزء : 17– صفحة : 33)
Telah menceritakan kepada
kami [Hajjaj]; [Ibnu Juraij] berkata: telah mengabarkan kepadaku [Isma'il bin
Umayyah] dari [Ayyub bin Khalid] dari [Abdullah bin Rofi'] pelayan Ummu
Salamah, dari [Abu Hurairah], dia berkata; Rasulullah saw pernah menggandeng
tanganku seraya bersabda : "Allah
menciptakan debu (bumi) pada hari sabtu, menciptakan gunung di dalamnya pada
hari ahad, menciptakan pepohonan di dalamnya pada hari senin, menciptakan
sesuatu yang tidak disenangi pada hari selasa, menciptakan cahaya pada hari
rabu, menyebarkan hewan-hewan melata di bumi pada hari kamis, dan menciptakan
Adam 'Alaihis Salam setelah ashar pada hari jum'at. Penciptaan yang paling
akhir adalah saat-saat terakhir di hari jum'at antara waktu ashar hingga
malam." (HR. Ahmad : 7991, Musnad
Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab
Musnad Abu Hurairah ra, juz : 17, hal. 33)
Akhir ayat 29 : وَهُوَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيمٌ ”Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”. Akhir ayat ini menunjukkan akan kesempurnaan
ilmu Allah, yang mencakup pengetahuan yang berkaitan dengan masa lalu, masa
sekarang dan masa yang akan datang, baik yang nampak dan yang tersembunyi.
[1]. Baca Tafsir Ibnu Katsir,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1,hal. 213
[2]. Baca Tafsir Thabari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, juz 1,hal. 427
[3]. BacaTafsir Ibnu Abi Hatim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1,hal. 79
[4]. BacaTafsir Al-Khazin, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1,hal. 24
[5]. Baca Tafsir Ibnu Katsir,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1,hal. 213
Tidak ada komentar:
Posting Komentar