Rabu, 18 November 2015

SURAT AL-BAQARAH AYAT 28



Al-Baqarah Ayat 28
Allah menampilkan firman-Nya ayat 28 surat Al-Baqarah ini adalah  untuk menunjukkan keberadaan dan kekuasan-Nya, bahwa Dia-lah sang Maha Pencipta yang mengatur hamba-hamba-Nya.[1] Allah beriman :
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Awal ayat 28 :  كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ Mengapa kamu kafir kepada Allah”. Artinya, mengapa kamu mengingkari keberadaan-Nya atau menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Pada awal ayat ini terdapat sebuah pertanyaan yang mengandung makna keheranan dan celaan serta pengingkaran dari Allah, yaitu bagaimana bisa terjadi kekufuran kepada Allah yang telah menciptakan kita dari tidak ada, lalu Dia memberikan nikmat dengan berbagai macam nikmat, kemudian Dia mematikan kita ketika ajal telah tiba,  lalu Dia memberikan balasan dalam kubur atas amal kita sewaktu hidup, kemudian Dia membangkitkan kembali di hari ba’ats  (hari kebangkitan) dan berdiri di padang mahsyar, kemudian kita akan kembali kepada-Nya dengan mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat. Maksudnya,  tidak pantas kita kafir kepada Allah, yang pantas adalah beriman, bertakwa, bersyukur, takut akan adzab-Nya, dan mengharap ganjaran pahala dari-Nya. [2] 
Tengah ayat 28 : وَكُنْتُمْ أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ  “padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu”. Maksudnya, dulu kamu tidak ada, lalu Allah mengeluarkan kamu ke dalam wujud (menjadi ada). Cobalah kita merenung sejenak, kita dari “tidak ada”,  lalu menjadi “ada” karena diciptakan atau diadakan oleh Allah. Kita tidak tahu, dimanakah kita  dahulunya tersebar;  di dedaunan, di biji-bijian atau di air mengalir?. Sebagai ciptaan Allah, tidak ada bedanya dengan pepohonan, rerumputan, serangga yang kemudian dihidupkan-Nya. Terbentuklah air mani dalam Shulbi seorang ayah, lalu masuk ke rahim seorang ibu, kemudian menjadi segumpal darah, dan darah itu berasal dari makanan; hormon, kalori dan vitamin. Kemudian dalam rahim seorang ibu dikandung sekian bulan, lalu diberi akal. Kemudian mengembara di permukaan bumi berusaha mencukupkan keperluan-keperluan hidupnya. Tidakkah pantas kalau kita beriman dan bersyukur kepada-Nya?
 Pada potongan ayat ini Allah memberikan informasi bahwa sesungguhnya ada kematian yang pertama, yaitu sewaktu kita masih belum ada atau sebelum kita diciptakan, dan ada pula kehidupan yang pertama, yaitu setelah kita ada atau setelah kita diciptakan. Kemudian pada potongan ayat berikutnya, Allah memberikan informasi lanjutan, bahwa sesungguhnya ada kematian yang kedua,  dan ada pula kehidupan yang kedua.   
Tengah ayat 28 : ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali”. Kemudian kita dimatikan kembali untuk yang kedua, nyawa dicabut, dipisahkan dari badan kita. Badan dikembalikan kepada asalnya. Datang dari tanah dipulangkan ke tanah.  Kemudian dihidupkan kembali untuk yang kedua pula,  Sebab nyawa (roh) yang berpisah dari badan tadi tidaklah kembali ke tanah, tetapi pulang ke tempat yang hanya diketahui oleh Allah buat menungggu datangnya hari kiamat. Itulah hidup yang kedua kali;  yaitu hidup yang lebih tinggi dan lebih mulia, sehingga bagi yang beriman tidak ditemukan lagi kesengsaraan dan penderitaan seperti di jaman hidup yang pertama di dunia.
Pada potongan ayat ini Allah memberikan informasi kembali kepada kita, bahwa sesungguhnya ada kematian yang kedua, yaitu ketika kita dimasukkan ke dalam kubur, dan ada pula kehidupan yang kedua, yaitu setelah dibangkitkan kembali nanti di hari ba’ats.
Membaca ayat di atas menjadi sangat jelas, bahwa kematian adalah dua kali dan kehidupan  adalah dua kali pula. Hal ini senada dengan firman Allah berikut ini :
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ
Mereka menjawab : "Ya Tuhan Kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka Adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" (QS. Ghafir : 11)
Menurut Adh-Dhahhak yang bersumber dari Ibnu Abbas tentang firman Allah surat Ghafir (Al-Mu’min) ayat 11 ini : Dulu, sebelum Allah menciptakan kalian, kalian adalah tanah, ini adalah kematian. Kemudian Allah menghidupkan kalian, sehingga terciptalah kalian, ini adalah kehidupan. Kemudian Allah mematikan kalian, hingga kalian kembali ke dalam kubur, ini adalah kematian yang kedua. Selanjutnya Allah membangkitkan (menghidupkan) kalian kembali di hari ba’ats, ini adalah kehidupan yang kedua. Demikianlah dua kematian dan dua kehidupan yang dimaksud oleh ayat 28  surat Al-Baqarah ini.  Firman Allah yang semakna adalah ayat 26 surat Al-Jatsiyah :
قُلِ اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لا رَيْبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Katakanlah: "Allah-lah yang menghidupkan kalian kemudian mematikan kalian, setelah itu mengumpulkan kalian pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Al-Jatsiyah : 26)
Akhir ayat 28 : ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. Artinya setelah kita dihidupkan kembali, kita  dipanggil kembali kehadirat Allah untuk diperhitungkan, dicocokkan bunyi catatan malaikat dengan perbuatan kita semasa hidup kita, lalu diputuskan ke tempat mana kita akan dimasukkan, kepada golongan orang-orang yang berbahagia dalam surga atau kepada golongan orang-orang yang celaka dalam neraka. Semua orang yang beramal, berbuat atau bekerja di dunia ini akan mendapatkan balasan dari Allah nanti di hari kiamat sesuai dengan amalnya.  Dan keadilan akan berlaku serta kezaliman tidak akan ada. Sedang  kasih sayang IIahi telah kita rasakan sejak dari alam fana ini. Kalau kita mendapat celaka, tidak lain hanyalah karena kesalahan kita sendiri. Begitulah Allah telah membuat rangkaian hidup yang kita tempuh, maka bagaimana kita bisa kufur terhadap-Nya. Bagaimana juga kita hendak berbuat sesuka hati dalam kehidupan yang pertama ini? Padahal kita tidak akan dapat membebaskan diri dari garis yang telah ditentukan-Nya itu. Padahal Dia tidak pernah menyia-nyiakan kita dalam hidup ini; diutus para Rasul, diturunkan wahyu, dipaparkan petunjuk agama yang akan menjadi pegangan kita.  Adakah patut,  bimbingan dan kasih sayang Allah yang sedemikian rupa kita ingkari dan kufur kepada-Nya?  Ayo tafakkur, pergunakan akal sehat kita; adakah patut perbuatan kufur itu terjadi?



[1]. Baca Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 213 - 214
[2]. Baca Tafsir As-Sa’di, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 48

Tidak ada komentar:

Posting Komentar