Rabu, 16 September 2015

AL-QUR'AN SURAT AL-BAQARAH AYAT 26



AL-BAQARAH AYAT 26
 Setelah  pada ayat terdahulu Allah menampilkan perumpamaan  berupa “orang yang menyalakan api”  dan “orang yang ditimpa hujan lebat dari langit”, maka pada ayat berikut ini Allah menampilkan  pula perumpamaan berupa “seekor nyamuk” :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آَمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka. Dan adapun mereka yang kafir mengatakan : "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (QS.AlBaqarah : 26)
Mungkin banyak di antara kita yang menganggap nyamuk sebagai serangga yang biasa saja, atau bahkan menjengkelkan karena suka mengganggu orang yang sedang tidur. Akan tetapi kenyataan yang ada : Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu”, semestinya mendorong kita untuk memikirkan keajaiban binatang yang satu ini.  
Nyamuk dalam ayat tersebut, Allah menggunakan kata “Ba’uudlah” (بَعُوضَةً) yang berarti “nyamuk betina”, (hanya sekali disebutkan dalam Al-Qur’an). Ternyata kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah agar mendapatkan protein yang diperlukan untuk perkembanan dan pembentukan telur nyamuk.[1] Dengan kata lain, nyamuk betina mengisap darah untuk mempertahankan kelangsungan hidup spesiesnya. Hanya nyamuk betina yang mengisap darah, bukan yang jantan. Keduanya (jantan dan betina) sebenarnya hidup dengan memakan “nectar”, yaitu cairan manis yang diperoleh dari bunga tanaman (sari madu bunga).[2]
Dari sekian banyak makhluk Allah, fakta empirik menunjukkan, nyamuk merupakan serangga yang paling banyak membunuh manusia, meskipun ukurannya tergolong sangat kecil. Menurut suatu riwayat, raja superdiktator,  Namrud juga mati karena telinganya dipenuhi dan digigit nyamuk. Hampir setiap hari ada saja manusia meninggal akibat terkena penyakit DBD. Fakta tersebut setidaknya menjadi pelajaran yang sangat bernilai tinggi bagi manusia. Siapa pun yang ingin terbebas dari bahaya nyamuk tentu harus menjaga kebersihan lingkungan. 
Hikmah di balik penciptaan nyamuk itu sungguh luar biasa. Tidak hanya mendorong kita selalu menjaga kebersihan lingkungan, melainkan juga menginspirasi kita untuk mengembangkan riset ilmiah untuk memajukan ilmu pengetahuan. Nyamuk juga mengilhami aneka ragam produk obat anti nyamuk. Hal ini tentu menguntungkan bagi para produsen, pekerja, pegawai, dan sebagainya. [3]  
Sebab Turun Ayat
Ibnu Abbas berkata dalam riwayat Abu Shalih : Setelah  Allah swt  memberikan dua perumpamaan untuk orang-orang munafik, yaitu (1) firman Allah yang artinya : Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api....[4] (QS.Al-Baqarah ayat 17), dan (2)  firman Allah yang artinya : Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari langit....[5] (QS.Al-Baqarah ayat 19), maka orang-orang Munafiq berkata : Allah adalah Maha Tinggi dan Maha Mulia ketimbang sekedar memberikan perumpamaan- perumpamaan seperti ini. Berkaitan dengan peristiwa tersebut, lalu Allah menurunkan ayat 26 surat Al-Baqarah.[6]
Abdur Razaq meriwayatkan dari Ma’mar, dari Qatadah, menurutnya, setelah Allah swt menyebutkan laba-laba[7] dan lalat[8], orang-orang musyrik bertanya : “Untuk apa laba-laba dan lalat itu disebut?. Berkenaan dengan peristiwa tersebut, lalu Allah menurunkan ayat 26 surat Al-Baqarah. [9]
Perkataan orang-orang musyrik itu tidak ditujukan kepada Allah yang menurunkan Al-Qur’an, tetapi ditujukan kepada Nabi, : Jika engkau benar sebagai Rasulullah coba jelaskan, apa maksud dan tujuan Allah membuat perumpamaan ini.[10] Mereka melakukannya tentu hendak meremehkan Rasulullah saw, tetapi Allah sendiri menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Rasulullah saw itu bukanlah kata dia,  dan perumpamaan yang dikemukakannya, bukanlah perumpamaan yang dia buat sendiri. Itu adalah perumpamaan yang dibuat oleh Allah. Allah menegaskan dalam firmna-Nya :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى    - إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى  
Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS.An-Najm : 3-4)
Orang-orang munafik, orang-orang musyrik atau orang-orang kafir, mereka tidaklah memperhatikan isi, tetapi hendak mencari kelemahan pada perumpamaan yang dikemukakan itu. Kata mereka perumpamaan-perumpamaan itu adalah perkara kecil dan remeh. Menjadikan laba-laba dan lalat sebagai perumpamaan, apalah artinya semua itu. Peremehan yang beginilah yang dibantah keras oleh Allah dalam ayat 26 surat Al-Baqarah  ini.
Dalam Al-Qur’an Allah membuat perumpamaan  yang amat banyak untuk memberikan keterangan kepada umat manusia agar lebih mudah dipahami. Misalnya, Allah mengumpamakan orang yang mempersekutukan Allah dengan laba-laba membuat sarang. Sarang laba-laba adalah sangat rapuh. (QS.Al-Ankabut ayat 41). Allah juga  membuat  perumpamaan dengan lalat. (QS.Al-Haj ayat 73). Bahwa sesungguhnya segala sesuatu yang  diseru atau disembah selain Allah,  jangankan membuat semesta alam, membuat seekor lalatpun mereka tidak akan bisa. Demikian juga perumparnaan- perumparnaan yang lain.
Awal ayat 26 : “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu....”
Imam Thabary dalam tafsirnya menuturkan, firman Allah yang artinya : “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu....” adalah memberikan informasi bahwa Allah tidak segan-segan membuat perumpamaan-perumpamaan tentang yang hak (kebenaran), baik yang kecil maupun yang besar sebagai ujian dan cobaan dari Allah untuk membedakan antara orang yang beriman dan orang kafir, antara orang yang sesat dan orang yang mendapat hidayah dari Allah.[11]
Ar-Rabi’ bin Anas berkata tentang firman Allah yang artinya : “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu....” ini adalah perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan dunia. Sesungguhnya nyamuk itu akan tetap hidup selama ia lapar, tetapi jika sudah kekenyangan ia akan mati.[12] Demikain pula jika seseorang telah kekenyangan di dunia, maka hatinya akan mati, sehingga sukar untuk menerima nasehat dan tuntunan yang menuju akhirat, kemudian ia membaca surah Al-An’am ayat 44 berikut :
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS.Al-An’am : 44)[13]
Tengah ayat 26 : “…..Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka.....”
Qatadah berkata tentang firman Allah yang artinya : “…..Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka.....”, mereka orang-orang yang beriman betul-betul mengetahui bahwa perumpamaan itu adalah firman Allah yang Mahaksih, dan berasal  dari sisi-Nya. [14]
Sebagian ulama’ Salaf berkata : Apabila aku mendengar perumpamaan di dalam Al-Qur’an, lalu aku tidak memahaminya, maka aku menangisi diriku, karena Allah telah berfirman :
وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (QS.Al-‘Ankabut : 43)[15]
Ulama’ Salaf sampai menangisi dirinya bila tidak dapat memahami perumpamaan yang datang dari Allah. Artinya, perumpamaan yang dibuat oleh Allah itu adalah sesuatu yang sangat penting, kalau tidak, tidaklah mungkin Allah akan mengambilnya menjadi perumpamaan. Sebab semua perhitungan Allah itu adalah sangat teliti.  
Tengah ayat 26 : “ ....Dan adapun mereka  yang kafir mengatakan : "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?."
Abu Ja’far berkata : Orang-orang kafir adalah mereka yang menyangkal ayat-ayat Allah, mengingkari apa yang mereka ketahui dan menutupi kebenaran yang mereka ketahui, itulah sifat orang-orang munafik.[16] Mereka mengatakan :   Apa kehendak Allah mengemukakan perumpamaan dengan binatang yang hina seperti  laba-laba, binatang tidak ada arti seperti lalat, dan kadang-kadang juga keledai yang buruk,[17] kadang-kadang anjing yang mengulurkan lidah;[18] adakah pantas wahyu mengemukakan hal yang demikian itu?  
Tengah ayat 26 : “.....dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah.....”
  Disesatkan Allah berarti : bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. Dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, maka mereka itu menjadi sesat.
Tengah ayat 26 : “.....dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk.....
Orang-orang yang beriman mendapatkan petunjuk Allah dari perumpamaan-perumpamaan yang dibuat-Nya, karena mereka beriman dan mau memahaminya. Pada waktu turunnya surat Al-Hajj ayat 73 yang di dalamnya Allah menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya surat Al-‘Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya Allah menggambarkan kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba.
Akhir ayat 25 : “...dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.....”
Hanya orang-orang fasiklah yang selalu berada dalam kesesatan. Kata “Fasiq” menurut bahasa adalah orang yang keluar dari ketaatan. Tikus juga disebut Fasiq karena selalu keluar dari tempat persembunyiannya untuk melakukan perusakan.[19] Dalam sebuah hadis terdapat lima binatang yang disebut Fasiq (berbahaya), yaitu :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خَمْسٌ فَوَاسِقُ يُقْتَلْنَ فِي الْحَرَمِ الْفَأْرَةُ وَالْعَقْرَبُ وَالْحُدَيَّا وَالْغُرَابُ وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ. (رواه البخاري : 3067- صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – الجزء : 11 – صفحة : 92)
Telah bercerita kepada kami [Musaddad] telah bercerita kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah bercerita kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhriy] dari ['Urwah] dari ['Aisyah RA] dari Nabi saw   bersabda : "Ada lima jenis hewan fasiq (berbahaya) yang boleh dibunuh ketika sedang ihram, yaitu tikus, kalajengking, burung rajawali, burung gagak dan anjing galak". (HR.Bukhari : 3067, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 11, hal. 92)
Dengan merenungkan ayat 26 surat Al-Baqarah ini, timbul dalam hati pertambahan iman bahwa Al-­Qur'an memang diturunkan oleh Allah untuk seluruh masa dan untuk orang yang berpikir dan mencintai ilmu pengetahuan. Dan orang yang beriman itu selalu tunduk kepada Allah dengan segala kerendahan hati, dia mendengar dan dia taat. Kalau ilmunya belum luas, cukup dia menggantungkan keyakinannya, bahwa kalau tidak penting, tidaklah Allah akan membuat perumpamaan  dengan nyamuk, lalat, laba-laba dan lain-lain itu. Meskipun dia belum tahu apa pentingnya. Akan tetapi orang yang lebih dalam ilmunya, dia akan benar-benar kagum akan kebesaran Allah. Sedangkan orang-orang kafir dan fasiq itu menjadi sesat karena bodohnya, tetapi mereka tidak sadar akan kebodohannya. Janganlah kita menjadi orang fasik yang tersesat karena kebekuan hati dan kesombongan. Berlagak tahu padahal tidak tahu.


[1].  http://umexpert.um.edu.my/file/publication/00002851_84309.pdf
[2]. https://www.wattpad.com/183036-nyamuk-pemakan-darah-oleh-harun-yahya
[3]. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/03/30/mkgznc-belajar-dari-nyamuk
[4]. Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, karena sifat-sifat kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam ayat 17 surat Al-Baqarah.
[5]. Keadaan orang-orang munafik itu, ketika mendengar ayat-ayat yang mengandung peringatan, adalah seperti orang yang ditimpa hujan lebat dan petir. Mereka menyumbat telinganya karena tidak sanggup mendengar peringatan-peringatan Al-Quran.
[6]. Baca Kitab Asbabun Nuzul, oleh Al-Wahidi (الواحدي), Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.1 – Dan baca pula tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 206
[7]. Baca QS. Al-‘Ankabut ayat 41
[8]. Baca QS. Al-Hajj ayat 73
[9]. Baca tafsir Ibnu Katsir,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.206
[10]. Baca tafsir Al-Hawari – Iyadly,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 15
[11]. Baca tafsir Ath-Thabary,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 401
[12]. Baca tafsir Al-Bahrul Muhith, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 145
[13]. Baca tafsir Ath-Thabary,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 399
[14]. Baca tafsir Ibnu Katsir,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.208
[15]. Ibid, tafsir Ibnu Katsir,  hal.208
[16]. Baca tafsir Ath-Thabary,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 407
[17]. Baca Al-Qur’an surat Al-Jumu’ah ayat 5
[18]. Baca Al-Qur’an surat Al-A’raaf ayat 176
[19]. Baca tafsir Ibnu Katsir,  Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.209

Tidak ada komentar:

Posting Komentar