AL-BAQARAH
AYAT 26
Setelah pada ayat terdahulu Allah menampilkan perumpamaan
berupa “orang yang menyalakan api” dan “orang yang ditimpa hujan lebat
dari langit”, maka pada ayat berikut ini Allah menampilkan pula perumpamaan berupa “seekor nyamuk”
:
إِنَّ اللَّهَ
لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا
الَّذِينَ آَمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا
الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا يُضِلُّ
بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa
nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka
mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka. Dan adapun mereka
yang kafir mengatakan : "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk
perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah,
dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan
tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. (QS.AlBaqarah :
26)
Mungkin banyak di antara kita yang menganggap nyamuk sebagai
serangga yang biasa saja, atau bahkan menjengkelkan karena suka mengganggu
orang yang sedang tidur. Akan tetapi kenyataan yang ada : “Sesungguhnya
Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari
itu”,
semestinya mendorong kita untuk memikirkan keajaiban binatang yang satu ini.
Nyamuk dalam ayat tersebut, Allah menggunakan kata “Ba’uudlah”
(بَعُوضَةً) yang berarti “nyamuk betina”, (hanya sekali
disebutkan dalam Al-Qur’an). Ternyata kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah
agar mendapatkan protein yang diperlukan untuk perkembanan dan pembentukan telur
nyamuk.[1] Dengan
kata lain, nyamuk betina mengisap darah untuk mempertahankan kelangsungan hidup
spesiesnya. Hanya nyamuk betina yang mengisap darah, bukan yang jantan. Keduanya
(jantan dan betina) sebenarnya hidup dengan memakan “nectar”, yaitu cairan
manis yang diperoleh dari bunga tanaman (sari madu bunga).[2]
Dari sekian banyak makhluk Allah,
fakta empirik menunjukkan, nyamuk merupakan serangga yang paling banyak
membunuh manusia, meskipun ukurannya tergolong sangat kecil. Menurut suatu riwayat,
raja superdiktator, Namrud juga mati karena telinganya dipenuhi dan
digigit nyamuk. Hampir setiap hari ada saja manusia meninggal akibat terkena
penyakit DBD. Fakta tersebut setidaknya menjadi pelajaran yang sangat bernilai tinggi
bagi manusia. Siapa pun yang ingin terbebas dari bahaya nyamuk tentu harus
menjaga kebersihan lingkungan.
Hikmah di balik penciptaan nyamuk
itu sungguh luar biasa. Tidak hanya mendorong kita selalu menjaga kebersihan
lingkungan, melainkan juga menginspirasi kita untuk mengembangkan riset ilmiah
untuk memajukan ilmu pengetahuan. Nyamuk juga mengilhami aneka ragam produk
obat anti nyamuk. Hal ini tentu menguntungkan bagi para produsen, pekerja,
pegawai, dan sebagainya. [3]
Sebab Turun Ayat
Ibnu Abbas berkata dalam riwayat Abu Shalih :
Setelah Allah swt memberikan dua perumpamaan untuk orang-orang
munafik, yaitu (1) firman Allah yang artinya : Perumpamaan mereka adalah
seperti orang yang menyalakan api....[4]
(QS.Al-Baqarah ayat 17), dan (2)
firman Allah yang artinya : Atau seperti orang-orang yang ditimpa hujan
lebat dari langit....[5] (QS.Al-Baqarah
ayat 19), maka orang-orang Munafiq berkata : Allah adalah Maha Tinggi dan
Maha Mulia ketimbang sekedar memberikan perumpamaan- perumpamaan seperti ini.
Berkaitan dengan peristiwa tersebut, lalu Allah menurunkan ayat 26 surat
Al-Baqarah.[6]
Abdur Razaq meriwayatkan dari
Ma’mar, dari Qatadah, menurutnya, setelah Allah swt menyebutkan laba-laba[7]
dan lalat[8],
orang-orang musyrik bertanya : “Untuk apa laba-laba dan lalat itu disebut?.
Berkenaan dengan peristiwa tersebut, lalu Allah menurunkan ayat 26 surat
Al-Baqarah. [9]
Perkataan orang-orang musyrik itu
tidak ditujukan kepada Allah yang menurunkan Al-Qur’an, tetapi ditujukan kepada
Nabi, : Jika engkau benar sebagai Rasulullah coba jelaskan, apa maksud dan
tujuan Allah membuat perumpamaan ini.[10]
Mereka melakukannya tentu hendak meremehkan Rasulullah saw, tetapi Allah
sendiri menjelaskan bahwa apa yang dikatakan Rasulullah saw itu bukanlah kata
dia, dan perumpamaan yang
dikemukakannya, bukanlah perumpamaan yang dia buat sendiri. Itu adalah perumpamaan
yang dibuat oleh Allah. Allah menegaskan dalam firmna-Nya :
وَمَا يَنْطِقُ
عَنِ الْهَوَى - إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ
يُوحَى
Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran)
menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya). (QS.An-Najm : 3-4)
Orang-orang munafik, orang-orang musyrik atau orang-orang
kafir, mereka tidaklah memperhatikan isi, tetapi hendak mencari kelemahan pada
perumpamaan yang dikemukakan itu. Kata mereka perumpamaan-perumpamaan itu
adalah perkara kecil dan remeh. Menjadikan laba-laba dan lalat sebagai
perumpamaan, apalah artinya semua itu. Peremehan yang beginilah yang dibantah
keras oleh Allah dalam ayat 26 surat Al-Baqarah
ini.
Dalam Al-Qur’an Allah membuat perumpamaan yang amat banyak untuk memberikan keterangan
kepada umat manusia agar lebih mudah dipahami. Misalnya, Allah mengumpamakan orang
yang mempersekutukan Allah dengan laba-laba membuat sarang. Sarang laba-laba
adalah sangat rapuh. (QS.Al-Ankabut ayat 41). Allah juga membuat
perumpamaan dengan lalat. (QS.Al-Haj ayat 73). Bahwa sesungguhnya
segala sesuatu yang diseru atau disembah
selain Allah, jangankan membuat semesta
alam, membuat seekor lalatpun mereka tidak akan bisa. Demikian juga
perumparnaan- perumparnaan yang lain.
Awal ayat 26 : “Sesungguhnya
Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari
itu....”
Imam Thabary dalam tafsirnya menuturkan, firman Allah
yang artinya : “Sesungguhnya Allah tiada
segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu....” adalah memberikan informasi bahwa Allah
tidak segan-segan membuat perumpamaan-perumpamaan tentang yang hak (kebenaran),
baik yang kecil maupun yang besar sebagai ujian dan cobaan dari Allah untuk
membedakan antara orang yang beriman dan orang kafir, antara orang yang sesat
dan orang yang mendapat hidayah dari Allah.[11]
Ar-Rabi’ bin Anas berkata tentang firman Allah yang
artinya : “Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk
atau yang lebih rendah dari itu....” ini adalah perumpamaan yang dibuat
oleh Allah untuk menggambarkan dunia. Sesungguhnya nyamuk itu akan tetap
hidup selama ia lapar, tetapi jika sudah kekenyangan ia akan mati.[12]
Demikain pula jika seseorang telah kekenyangan di dunia, maka hatinya akan
mati, sehingga sukar untuk menerima nasehat dan tuntunan yang menuju akhirat,
kemudian ia membaca surah Al-An’am ayat 44 berikut :
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
Maka tatkala mereka melupakan
peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua
pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan
apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,
maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS.Al-An’am : 44)[13]
Tengah ayat 26 : “…..Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka
yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka.....”
Qatadah berkata tentang firman Allah
yang artinya : “…..Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka
yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka.....”, mereka orang-orang yang beriman betul-betul
mengetahui bahwa perumpamaan itu adalah firman Allah yang Mahaksih, dan
berasal dari sisi-Nya. [14]
Sebagian ulama’ Salaf berkata : Apabila aku
mendengar perumpamaan di dalam Al-Qur’an, lalu aku tidak memahaminya, maka aku
menangisi diriku, karena Allah telah berfirman :
وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ
وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia;
dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (QS.Al-‘Ankabut :
43)[15]
Ulama’ Salaf sampai menangisi dirinya bila tidak dapat
memahami perumpamaan yang datang dari Allah. Artinya, perumpamaan yang dibuat
oleh Allah itu adalah sesuatu yang sangat penting, kalau tidak, tidaklah mungkin
Allah akan mengambilnya menjadi perumpamaan. Sebab semua perhitungan Allah itu
adalah sangat teliti.
Tengah ayat 26 : “ ....Dan adapun mereka yang kafir mengatakan :
"Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?."
Abu Ja’far berkata : Orang-orang kafir adalah mereka yang
menyangkal ayat-ayat Allah, mengingkari apa yang mereka ketahui dan menutupi
kebenaran yang mereka ketahui, itulah sifat orang-orang munafik.[16] Mereka
mengatakan : Apa kehendak Allah
mengemukakan perumpamaan dengan binatang yang hina seperti laba-laba, binatang tidak ada arti seperti lalat,
dan kadang-kadang juga keledai yang buruk,[17]
kadang-kadang anjing yang mengulurkan lidah;[18]
adakah pantas wahyu mengemukakan hal yang demikian itu?
Tengah ayat 26 : “.....dengan perumpamaan itu banyak
orang yang disesatkan Allah.....”
Disesatkan Allah berarti : bahwa orang itu sesat
berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. Dalam
ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah
menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, maka mereka itu menjadi sesat.
Tengah ayat 26 : “.....dan dengan perumpamaan itu
(pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk.....
Orang-orang yang beriman mendapatkan petunjuk Allah dari perumpamaan-perumpamaan
yang dibuat-Nya, karena mereka beriman dan mau memahaminya. Pada waktu turunnya surat Al-Hajj ayat 73 yang di
dalamnya Allah menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak
dapat membuat lalat, sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya surat
Al-‘Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya Allah menggambarkan kelemahan
berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung
sama dengan lemahnya sarang laba-laba.
Akhir ayat 25 : “...dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali
orang-orang yang fasik.....”
Hanya orang-orang fasiklah yang selalu berada
dalam kesesatan. Kata “Fasiq” menurut bahasa adalah orang yang keluar dari
ketaatan. Tikus juga disebut Fasiq karena selalu keluar dari tempat
persembunyiannya untuk melakukan perusakan.[19]
Dalam sebuah hadis terdapat lima binatang yang disebut Fasiq (berbahaya), yaitu
:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ
حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهَا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
خَمْسٌ فَوَاسِقُ يُقْتَلْنَ فِي الْحَرَمِ الْفَأْرَةُ وَالْعَقْرَبُ
وَالْحُدَيَّا وَالْغُرَابُ وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ. (رواه البخاري : 3067- صحيح البخاري – المكتبة الشاملة –
الجزء : 11 – صفحة : 92)
Telah bercerita kepada kami
[Musaddad] telah bercerita kepada kami [Yazid bin Zurai'] telah bercerita
kepada kami [Ma'mar] dari [Az Zuhriy] dari ['Urwah] dari ['Aisyah RA] dari Nabi
saw bersabda : "Ada lima jenis hewan fasiq
(berbahaya) yang boleh dibunuh ketika sedang ihram, yaitu tikus, kalajengking,
burung rajawali, burung gagak dan anjing galak". (HR.Bukhari : 3067, Shahih Bukhari,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 11, hal. 92)
Dengan merenungkan ayat 26 surat Al-Baqarah ini, timbul
dalam hati pertambahan iman bahwa Al-Qur'an memang diturunkan oleh Allah untuk
seluruh masa dan untuk orang yang berpikir dan mencintai ilmu pengetahuan. Dan
orang yang beriman itu selalu tunduk kepada Allah dengan segala kerendahan hati,
dia mendengar dan dia taat. Kalau ilmunya belum luas, cukup dia menggantungkan
keyakinannya, bahwa kalau tidak penting, tidaklah Allah akan membuat perumpamaan
dengan nyamuk, lalat, laba-laba dan
lain-lain itu. Meskipun dia belum tahu apa pentingnya. Akan tetapi orang yang
lebih dalam ilmunya, dia akan benar-benar kagum akan kebesaran Allah. Sedangkan
orang-orang kafir dan fasiq itu menjadi sesat karena bodohnya, tetapi mereka tidak
sadar akan kebodohannya. Janganlah kita menjadi orang fasik yang tersesat
karena kebekuan hati dan kesombongan. Berlagak tahu padahal tidak tahu.
[1]. http://umexpert.um.edu.my/file/publication/00002851_84309.pdf
[2]. https://www.wattpad.com/183036-nyamuk-pemakan-darah-oleh-harun-yahya
[3]. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/03/30/mkgznc-belajar-dari-nyamuk
[4]. Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat
dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah, karena sifat-sifat kemunafikkan
yang bersemi dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan Allah seperti dalam
ayat 17 surat Al-Baqarah.
[5]. Keadaan orang-orang munafik itu, ketika mendengar
ayat-ayat yang mengandung peringatan, adalah seperti orang yang ditimpa hujan
lebat dan petir. Mereka menyumbat telinganya karena tidak sanggup mendengar peringatan-peringatan
Al-Quran.
[6]. Baca Kitab Asbabun Nuzul, oleh
Al-Wahidi (الواحدي), Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.1 – Dan baca pula tafsir
Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 206
[7]. Baca QS. Al-‘Ankabut ayat 41
[8]. Baca QS. Al-Hajj ayat 73
[9]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.206
[10]. Baca tafsir Al-Hawari –
Iyadly, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1,
hal. 15
[11]. Baca tafsir Ath-Thabary, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 401
[12]. Baca tafsir Al-Bahrul Muhith,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 145
[13]. Baca tafsir Ath-Thabary, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 399
[14]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.208
[15]. Ibid, tafsir Ibnu Katsir, hal.208
[16]. Baca tafsir Ath-Thabary, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 407
[17]. Baca Al-Qur’an surat Al-Jumu’ah
ayat 5
[18]. Baca Al-Qur’an surat Al-A’raaf
ayat 176
[19]. Baca tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.209
Tidak ada komentar:
Posting Komentar