HAJI DAN UMRAH
Ibadah haji merupakan salah satu dari rukun
islam yang lima. Hal itu berdasarkan sabda Nabi saw :
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ
مُوسَى قَالَ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ
خَالِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ
شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ
وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ.(رواه البخاري :7– صحيح البخاري– المكتبة الشاملة – باب بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ – الجزء : 1– صفحة : 11)
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Musa, dia berkata : Telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan,
dari 'Ikrimah bin Khalid, dari Ibnu Umar, ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : "Islam dibangun di atas
lima (landasan); persaksian tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya
Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa
Ramadlan". (HR.Bukhari : 7, Shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, BabBuniyal islamu ‘ulaa khamsin,
juz : 1, hal.11)
Pengertian Haji dan Umrah
Hajji menurut bahasa adalah menyengaja atau
menuju (القصد), yaitu menuju kepada sesuatu yang mulia. Sedangkan
menurut syara’ adalah menuju ke Baitullah dengan sifat yang ditentukan,
pada waktu yang telah ditentukan pula dan dengan syarat-syarat yang juga telah
ditentukan.[1]
Adapun ‘Umrah menurut bahasa adalah ziarah
atau berkunjung (الزيارة). Sedangkan menurut syara’ adalah menuju atau mengunjungi Ka’bah untuk
melaksanakan ibadah yang sudah terkenal.[2]
Sejarah
Singkat
Ibadah Haji merupakan ibadah yang
menghubungkan antara ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw dengan ajaran Nabi
Ibrahim as. Ibadah haji disyariatkan pada tahun ke-6 H (pendapat lain tahun 9
Hijriyyah), namun baru bisa ditunaikan pada tahun ke-9 H yang pada waktu itu Nabi
saw menyerahkan pelaksanaannya kepada Abu Bakar ra, sebagai pemimpinnya. Pada
tahun 10 H, Nabi saw baru bisa menunaikannya yang kemudian dikenal dengan Haji
Wada’ atau Haji Perpisahan karena tidak lama kemudian, Rasulullah saw wafat.
Pada Haji Wada’ inilah Rasulullah saw mengajarkan tata cara Ibadah Haji kepada
kaum Muslimin.[3]
Perintah
Melaksanakan Haji Dan ‘Umrah
Diwajibkan bagi seorang muslim yang mampu
untuk melaksanakan ibadah haji dan ‘umrah berdasarkan firman Allah :
وَأَتِمُّوا
الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. (QS. Al-Baqarah : 196)
وَلِلَّهِ
عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا
Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,
yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. (QS. Ali Imran : 97)
Seseorang yang memiliki bekal dan kendaraan,
maka wajib baginya untuk melaksanakan ibadah haji, berdasarkan hadits Nabi :
حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادِ بْنِ جَعْفَرٍ
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا يُوجِبُ الْحَجَّ قَالَ
الزَّادُ وَالرَّاحِلَةُ. (رواه الترمذي :
741- سنن ا بن ماجه– المكتبة
الشاملة – باب ما جاء فى ايجاب الحج بالزاد والراحلة– الجزء : 3– صفحة : 313)
Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin ‘Isa,
telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Ibrahim
bin Yazid, dari Muhammad bin 'Abbad bin Ja'far, dari Ibnu Umar, ia berkata :
"Seorang lelaki menemui Nabi saw,
lalu bertanya : 'Wahai Rasulullah, apa yang mewajibkan seseorang untuk
haji? 'Beliau menjawab : 'Perbekalan dan kendaraan'." (HR. Tirmidzi 741, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa fii
ijabil hajji bizzaadi war Rahilati, juz
: 3, hal. 313)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْقُطَعِيُّ
الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ حَدَّثَنَا هِلَالُ بْنُ
عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى رَبِيعَةَ بْنِ عَمْرِو بْنِ مُسْلِمٍ الْبَاهِلِيِّ
حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيُّ عَنْ الْحَارِثِ عَنْ عَلِيٍّ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ مَلَكَ زَادًا
وَرَاحِلَةً تُبَلِّغُهُ إِلَى بَيْتِ اللَّهِ وَلَمْ يَحُجَّ فَلَا عَلَيْهِ أَنْ
يَمُوتَ يَهُودِيًّا أَوْ نَصْرَانِيًّا وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ يَقُولُ فِي
كِتَابِهِ : وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنْ اسْتَطَاعَ
إِلَيْهِ سَبِيلًا .(رواه الترمذي : 740- سنن ا بن ماجه– المكتبة الشاملة – باب ما جاء
فى التغليظ فى ترك الحج– الجزء : 3– صفحة : 311)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Yahya Al Qutha'i Al Bashri, telah menceritakan kepada kami Muslim bin Ibrahim, telah
menceritakan kepada kami Hilal bin Abdullah mantan budak Rabi'ah bin 'Umar bin
Muslim Al Bahili, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Al Hamdani, dari Al
Harits, dari Ali, ia berkata; Rasulullah saw, bersabda: "Barangsiapa
yang memiliki bekal dan kendaraan yang cukup untuk dijadikan bekal ke Baitullah,
namun dia tidak pergi haji, aku tidak peduli jika dia mati dalam keadaan Yahudi
atau Nasrani. Karena Allah berfirman dalam kitab-Nya: 'Mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah.' (HR. Tirmidzi
740, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa fittaghlidh fii
tarkil hajji, juz : 3, hal. 311)
Kewajiban
Haji Dan Umrah Sekali Seumur Hidup
Seorang muslim wajib melaksanakan ibadah haji
dan umrah satu kali seumur hidup, berdasarkan hadits Nabi saw :
و حَدَّثَنِي زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ
هَارُونَ أَخْبَرَنَا الرَّبِيعُ بْنُ مُسْلِمٍ الْقُرَشِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ
زِيَادٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ فَرَضَ اللَّهُ
عَلَيْكُمْ الْحَجَّ فَحُجُّوا فَقَالَ رَجُلٌ أَكُلَّ عَامٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ
فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلَاثًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ قُلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ وَلَمَا اسْتَطَعْتُمْ ثُمَّ
قَالَ ذَرُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ
بِكَثْرَةِ سُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا
أَمَرْتُكُمْ بِشَيْءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ
عَنْ شَيْءٍ فَدَعُوهُ. (رواه مسلم : 2380– صحيح مسلم– المكتبة الشاملة – باب فرض
الحج مرة فى العمر – الجزء :7– صفحة : 42)
Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin
Harb, telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, telah mengabarkan kepada
kami Ar-Rabi' bin Muslim Al-Qarasyi, dari Muhammad bin Ziyad, dari Abu
Hurairah, ia berkata : Rasulullah saw, menyampaikan
khutbah kepada kami seraya bersabda : "Wahai sekalian manusia, Allah
telah mewajibkan atas kalian untuk menunaikan ibadah haji. Karena itu,
tunaikanlah ibadah haji." Kemudian seorang laki-laki bertanya,
"Apakah setiap tahun ya Rasulullah?" beliau terdiam beberapa saat,
hingga laki-laki itu mengulanginya tiga kali. Maka beliau pun bersabda:
"Sekiranya aku menjawab, 'Ya' niscaya akan menjadi kewajiban setiap tahun
dan kalian tidak akan sanggup melaksanakannya. Karena itu, biarkanlah apa
adanya masalah yang kutinggalkan untuk kalian. Sesungguhnya orang-orang yang
sebelum kamu mendapat celaka karena mereka banyak bertanya dan suka mendebat
para Nabi mereka. karena itu, bila kuperintahkan mengerjakan sesuatu,
laksanakanlah sebisa-bisanya, dan apabila kularang kalian mengerjakan sesuatu,
maka hentikanlah segera."
(HR. Muslim : 2380, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Furidlal hajju
marratan fil-‘Umri, juz : 7, hal. 42)
Rasulullah
Saw Melakukan Haji satu Kali
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي عَبْدُ
الصَّمَدِ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ قَالَ سَأَلْتُ أَنَسًا كَمْ حَجَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَجَّةً وَاحِدَةً وَاعْتَمَرَ أَرْبَعَ عُمَرٍ. (رواه مسلم : 2197 – صحيح مسلم– المكتبة الشاملة – باب
بيان عدد عمر النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – الجزء : 6– صفحة : 331)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Al-Mutsanna, telah menceritakan kepadaku Abdush Shamad, telah menceritakan
kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Qatadah, ia berkata; Saya bertanya kepada Anas, "Berapa kali Rasulullah saw, mengerjakan ibadah
haji?" Anas menjawab, "Beliau mengerjakan haji hanya sekali, dan
umrah sebanyak empat kali." (HR.
Muslim : 2197, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab bayanu ‘adadi
umarin Nabiyyi saw, juz : 6, hal. 331 )
حَدَّثَنَا
عَمْرُو بْنُ خَالِدٍ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا أَبُو إِسْحَاقَ قَالَ
حَدَّثَنِي زَيْدُ بْنُ أَرْقَمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ غَزَا تِسْعَ عَشْرَةَ غَزْوَةً وَأَنَّهُ حَجَّ بَعْدَ مَا هَاجَرَ
حَجَّةً وَاحِدَةً لَمْ يَحُجَّ بَعْدَهَا
حَجَّةَ الْوَدَاعِ. قَالَ
أَبُو إِسْحَاقَ وَبِمَكَّةَ أُخْرَى. (رواه ا لبخاري :4052– صحيح البخاري– المكتبة الشاملة –
باب حجة الودع – الجزء : 13– صفحة : 312)
Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin
Khalid, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami
Abu Ishaq, dia berkata; telah menceritakan kepadaku Zaid bin Arqam, bahwa Nabi saw, telah berperang sebanyak sembilan
belas peperangan. Dan beliau melaksanakan haji setelah hijrah sebanyak satu
kali, beliau tidak melaksanakan haji wada' setelah itu. Abu
Ishaq berkata; dan beliau juga pernah melaksanakan
haji ketika beliau berada di Makkah. (HR.Bukhari
: 4052, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Hajatul wada’i, juz : 13, hal. 312)
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Haji baru diwajibkan
setelah Rasulullah saw berhijrah ke Madinah, yaitu pada tahun 6 Hijriyah
(pendapat lain tahun 9 Hijriyyah). Namun, situasi dan kondisi perjuangan dakwah
Rasulullah saw, membuat beliau baru
sanggup melaksanakan kewajiban Haji ini pada tahun 10 H dengan nama Haji
Wada' (حِجَّةُ الْوَدَاعِ). Namun sebelum
haji diwajibkan, ketika beliau saw masih di kota Makkah, sebelum hijrah ke
Madinah, beliau sudah melaksanakan ibadah haji, yaitu dua kali, berdasarkan
hadits berkut :
حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبَّادٍ
الْمُهَلَّبِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
قَالَ : حَجَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ حَجَّاتٍ حَجَّتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُهَاجِرَ وَحَجَّةً
بَعْدَ مَا هَاجَرَ مِنْ الْمَدِينَةِ. (رواه ابن
ماجه : 3067 - سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة – باب ما جاء كم حج النبي صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – الجزء : 9-
صفجة :202)
Telah menceritakan kepada kami Al Qasim bin
Muhammad bin Abbad Al-Muhallabi; telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Dawud]; telah menceritakan kepada kami Sufyan; ia berkata : Rasulullah saw,
telah melaksanakan tiga haji, dua haji sebelum hijrah dan sekali haji
setelah hijrah, dan beliau berangkat dari Madinah. (HR. Ibnu Majah : 3067, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab maa jaa-a kam hajjun Nabiyyi saw, juz : 9, hal. 202)
Rasulullah
Saw Melakukan ‘Umrah Empat Kali
Rasulullah
saw melakukan ‘umrah sebanyak 4 kali, yaitu (1) umrah Hudaibiyah, (2) umrah
Qadha`, (3) umrah dari Ji'ranah, dan (4)
umrah yang bersamaan dengan
pelaksanaan haji beliau, sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
الْعَطَّارُ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اعْتَمَرَ أَرْبَعَ عُمَرٍ عُمْرَةَ الْحُدَيْبِيَةِ
وَعُمْرَةَ الثَّانِيَةِ مِنْ قَابِلٍ وَعُمْرَةَ الْقَضَاءِ فِي ذِي الْقَعْدَةِ
وَعُمْرَةَ الثَّالِثَةِ مِنْ الْجِعِرَّانَةِ وَالرَّابِعَةِ الَّتِي مَعَ
حَجَّتِهِ.(رواه الترمذي : 745- سنن الترمذي– المكتبة الشاملة – باب ما جاء كم
اعتمر النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – الجزء : 3– صفحة : 320)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah
menceritakan kepada kami Daud bin Abdurrahman Al 'Athar, dari Amru bin Dinar,
dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, berkata; bahwa Rasulullah
saw, berumrah sebanyak empat kali; Umrah Hudaibiyah dan umrah kedua setelahnya,
umrah qadla pada bulan Dzul Qa'dah, umrah ketiga yaitu dari umrah ji'ronah, dan
yang keempat yaitu umrah bersama hajinya. (HR. Tirmidzi : 745, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab maa jaa-a kam
i’tamaran Nabiyyu saw, juz : 3, hal.
320)
Keutamaan
Haji dan ‘Umrah
Ibadah haji dan ‘umrah merupakan syi’ar yang
agung dan ibadah yang mulia, dengannya seorang hamba akan mendapatkan rahmat
dan berkah yang menjadikan setiap muslim sangat rindu untuk segera
melaksanakannya. Sesungguhnya ibadah haji dan ‘umrah merupakan jalan menuju surga
dan sarana pengampunan dosa. Rasulullah saw, bersabda :
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا
الْجَنَّةُ وَالْعُمْرَتَانِ تُكَفِّرَانِ مَا بَيْنَهُمَا مِنْ الذُّنُوبِ. (رواه احمد :
9562 – مسند احمد – المكتبة الشاملة – باب مسند ابي هريرة – الجزء : 20 – صفحة :
105)
Telah menceritakan kepada kami Abdurrahman, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Sumay, dari Abu Shalih, dari Abu
Hurairah, ia bersabda : Rasulullah saw, bersabda : "Haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali
surga, dan dua ‘umrah pahalanya adalah menghapus dosa antara keduanya." (HR.Ahmad
: 9562, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Musnad Abu Hurairah, juz : 20,
hal. 105)
Ibadah Haji merupakan sarana terhapusnya dosa,
sehingga bagi yang telah selesai menjalankannya
dengan niat ikhlas karena Allah dan tidak ada perbuatan terlarang
atau maksiat, maka ia diposisikan seperti seorang bayi yang baru dilahirkan
oleh seorang ibu, sebagaimana
sabda Nabi saw :
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا سَيَّارٌ
أَبُو الْحَكَمِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا حَازِمٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ : مَنْ حَجَّ
لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ. (رواه ا
لبخاري : 1424 – صحيح البخاري– المكتبة الشاملة – باب فضل الحج المبرور – الجزء : 5– صفحة : 400)
Telah menceritakan kepada kami Adam, telah
menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Sayyar Abu
Al-Hakam, ia berkata; aku mendengar Abu Hazim, ia berkata; aku mendengar Abu
Hurairah ra, berkata : Aku mendengar
Nabi saw, bersabda : "Barangsiapa melaksanakan haji karena Allah, lalu
dia tidak berkata-kata kotor dan tidak berbuat fasik, maka dia kembali seperti
hari saat dilahirkan oleh ibunya". (HR.Bukhari : 1424, Shahih Bukhari,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Fadlul hajjil mabrur, juz : 5, hal. 400)
Ibadah haji dan ‘umrah dapat menghilangkan kefakiran
dan menghapuskan dosa, sebagaimana
hadist Nabi saw :
خْبَرَنَا أَبُو دَاوُدَ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو عَتَّابٍ
قَالَ حَدَّثَنَا عَزْرَةُ بْنُ ثَابِتٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ قَالَ قَالَ
ابْنُ عَبَّاسٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ
الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ. (رواه
النسائي : 2583 – سنن النسائي– المكتبة الشاملة – باب فضل المتابعة بين الحج
والعمرة – الجزء : 8– صفحة : 448)
Telah mengabarkan kepada kami Abu Daud, ia
berkata; telah menceritakan kepada kami Abu 'Attab, ia berkata; telah
menceritakan kepada kami 'Azrah bin Tsabit, dari 'Amr bin Dinar, ia berkata;
Ibnu Abbas berkata; Rasulullah saw, bersabda
: "Lakukanlah antara haji dan umrah karena
keduanya menghilangkan kefakiran dan menghapuskan dosa sebagaimana kiir (alat
peniup api) menghilangkan karat besi." (HR.An-Nasai
: 2583, Sunan An-Nasai, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Fadlul m utaba’ah bainal hajji
wAl-‘umati, juz : 8, hal. 448)
Dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi, yang
dimaksud dengan “Menghilangkan kefakiran” dalam hadits tersebut ada
dua makna, yaitu : (1) fakir secara zahir akan hilang dengan sukses meraih
kekayaan harta, (2) fakir secara batin akan hilang dengan sukses meraih kekayaan
hati.[4] Dan untuk meraih kedua macam sukses itu
diperlukan proses dan perjuangan yang sungguh-sungguh sebagaiman perjuangan melaksanakan
ibadah haji dan ‘umrah itu sendiri. Dan orang yang berjuang akan dibuka
jalannya menuju sukses oleh Allah swt. Firman Allah :
وَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (العنكبوت:
69)
Dan orang-orang yang berjihad (berjuang)
untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik. (QS. Al-Ankabut : 69)
Seseorang yang melaksanakan ibadah haji, berarti ia
telah masuk dalam golongan orang yang berjihad (berjuang) tanpa peperangan sebagaimana
tergambar dalam hadits Nabi saw :
حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ
مُعَاوِيَةَ بِهَذَا وَعَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ
طَلْحَةَ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَهُ نِسَاؤُهُ عَنْ الْجِهَادِ فَقَالَ نِعْمَ الْجِهَادُ
الْحَجُّ. (رواه ا لبخاري : 2664– صحيح البخاري– المكتبة الشاملة –
باب جهاد النساء – الجزء : 9– صفحة : 494)
Telah bercerita kepada kami Qabishah, telah
bercerita kepada kami Sufyan, dari Mu'awiyah dengan hadits seperti ini. Dan
dari Habib bin Abi 'Amrah, dari 'Aisyah binti Thalhah, dari 'Aisyah, ummul
mu'minin ra, dari Nabi saw, bahwa para istri beliau bertanya kepada
beliau tentang jihad, maka beliau bersabda : "sebaik-baik jihad adalah haji".(HR.Bukhari : 2664, Shahih Bukhari,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Jihadun
Nisa, juz : 9, hal. 494)
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ طَلْحَةَ عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلَى النِّسَاءِ جِهَادٌ
قَالَ نَعَمْ عَلَيْهِنَّ جِهَادٌ لَا قِتَالَ فِيهِ الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ. (رواه ابن ماجه : 2892- سنن ا بن ماجه– المكتبة الشاملة – باب الحج جهاد النساء– الجزء : 8– صفحة : 451)
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin
Abu Syaibah; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlail, dari Habib
bin Abi Amrah, dari Aisyah binti Thalhah, dari Aisyah ra, ia berkata : "Aku berkata; Wahai Rasulullah, apakah jihad juga
wajib bagi wanita? Beliau menjawab : Ya. Bagi kaum wanita mempunyai kewajiban
berjihad tanpa berperang, yaitu (jihad) haji dan ‘umrah." (HR. Ibnu Majah : 2892, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Al-hajju
jihadun Nisa’, juz : 8, hal. 451)
Biaya keperluan ibadah haji
merupakan infak di jalan Allah, berdasarkan hadits Nabi saw :
حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ
حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ عَنْ أَبِي زُهَيْرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : النَّفَقَةُ فِي الْحَجِّ كَالنَّفَقَةِ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِسَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ. (رواه احمد :21922–
مسند احمد – المكتبة الشاملة – باب حديث بريدة الاسلمي – الجزء : 46– صفحة : 474)
Telah menceritakan kepada kami Bakr bin 'Isa,
telah bercerita kepada kami Abu 'Awanah, telah bercerita kepada kami 'Atho` bin
As Sa`ib, dari Abu Zuhair, dari 'Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia
berkata : Rasulullah saw, bersabda: "infak (mengeluarkan biaya) untuk keperluan haji sama
seperti mengeluarkan infak fi sabilillah dengan nilai 700 kali lipat. (HR.Ahmad : 21822, Musnad Ahmad, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab hadits Buraidah Al-Aslamy,
juz : 46, hal. 474)
Orang yang menunaikan ibadah haji dan ‘umrah
merupakan tamu Allah swt, dan segala permohonannya dikabulkan-Nya, berdasarkan
hadits Nabi saw :
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ
حَدَّثَنَا صَالِحُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَالِحٍ مَوْلَى بَنِي عَامِرٍ
حَدَّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ يَحْيَى بْنِ عَبَّادِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : الْحُجَّاجُ وَالْعُمَّارُ وَفْدُ اللَّهِ إِنْ دَعَوْهُ
أَجَابَهُمْ وَإِنْ اسْتَغْفَرُ وهُ غَفَرَ لَهُمْ. (رواه ابن ماجه : 2883-
سنن ا بن ماجه– المكتبة الشاملة – باب فضل دعاء الحج – الجزء : 8– صفحة : 439)
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin
Al-Mundzir Al-Hizami; telah menceritakan kepada kami Shalih bin 'Abdullah bin
Shalih mantan budak Bani 'Amir; telah menceritakan kepadaku Ya'qub bin Yahya
bin 'Abbad bin 'Abdulllah bin Az Zubair, dari Abu Shalih As Samman, dari Abu
Hurairah, dari Rasulullah saw, sesungguhnya
beliau bersabda : "Orang-orang yang haji
dan orang-orang yang pergi 'Umrah adalah tamu
Allah, jika mereka berdo'a kepada-Nya, niscaya Ia akan mengabulkan
mereka, dan jika mereka meminta ampun, niscaya Ia akan mengampuni mereka." (HR.
Ibnu Majah : 2883, Sunan Ibnu
Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab
Fadlu du’ail hajji, juz : 8, hal. 439)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar