PUASA
SUNNAH KETIKA MENGHADIRI UNDANGAN
Menghadiri undangan jamuan makan
atau walimah merupakan suatu kewajiban bagi setiap Muslim,
berdasarkan hadits :
و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ ابْنَ عُمَرَ كَانَ
يَقُولُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا دَعَا
أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُجِبْ عُرْسًا كَانَ أَوْ نَحْوَهُ. (رواه مسلم :2578- صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب
الامر باجابة الداعي الى دعوة– الجزء : 7 – صفحة : 281)
Dan
telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi', telah menceritakan kepada kami
Abdur Razzaq, telah mengabarkan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub, dari Nafi',
bahwasannya Ibnu Umar pernah berkata, dari Nabi saw, (beliau bersabda) :
"Jika salah seorang dari kalian mengundang saudaranya, hendaknya ia penuhi
undangan tersebut, baik undangan perniakahan atau semisalnya." (HR.Muslim :
2578, Shahih Muslim, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Al-Amri bi-ijabatid
Daa’ii ilaa da’wah, juz : 7, hal. 281)
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ سُفْيَانَ
قَالَ حَدَّثَنِي مَنْصُورٌ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : فُكُّوا الْعَانِيَ وَأَجِيبُوا
الدَّاعِيَ وَعُودُوا الْمَرِيضَ.(رواه البخاري : 4776- صحيح البخاري – المكتبة
الشاملة – باب حق اجابة الوليمة والدعوة– الجزء :16 – صفحة : 164)
Telah
menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari
Sufyan, ia berkata : telah menceritakan kepadaku Manshur, dari Abu Wa`il, dari
Abu Musa, dari Nabi saw, beliau bersabda
: "Lepaskanlah tawanan, penuhilah undangan dan jenguklah orang
sakit." (HR.Bukhari : 4776, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Haqqu ijaabatil
walimah wadda’wah, juz : 16, hal. 164)
Namun boleh memilih antara makan
dan tidak makan makanan yang dihidangkan, berdasarkan hadits berikut :
و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ ح و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ
عَنْ جَابِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى طَعَامٍ فَلْيُجِبْ فَإِنْ شَاءَ طَعِمَ وَإِنْ شَاءَ
تَرَكَ. (رواه مسلم :
2583- صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب الامر باجابة الداعي الى دعوة–
الجزء : 7 – صفحة : 286)
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi.
Dan diriwayatkan dari jalur lain, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Abdullah bin Numair, telah menceritakan kepada kami ayahku, dia berkata; telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Az Zubair, dari Jabir, dia berkata;
Rasulullah saw, bersabda : "Jika
kalian diundang ke jamuan makan, hendaknya ia mendatanginya, jika ia
menghendaki, silakan makan, dan jika ia tidak menghendaki, ia boleh
meninggalkannya." (HR.Muslim : 2583, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-Amri bi-ijabati d Daa’ii ilaa da’wah, juz : 7, hal. 286)
Hadits di atas
mengandung perintah wajib menghadiri undangan. Tidak ada perbedaan tentang
wajibnya menghadiri undangan antara orang yang berpuasa atau tidak. Akan tetapi
diperbolehkan bagi orang yang sedang berpuasa untuk menghadirinya saja tanpa
menyantap hidangan yang disediakan. Orang yang menjalankan puasa sunnah lebih
berhak atas dirinya untuk menyempurnakan puasanya atau membatalkannya,
yaitu “boleh memilih”
antara keduanya berdasarkan hadits :
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو
دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ كُنْتُ أَسْمَعُ سِمَاكَ بْنَ حَرْبٍ يَقُولُ
أَحَدُ ابْنَيْ أُمِّ هَانِئٍ حَدَّثَنِي فَلَقِيتُ أَنَا أَفْضَلَهُمَا وَكَانَ
اسْمُهُ جَعْدَةَ وَكَانَتْ أُمُّ هَانِئٍ جَدَّتَهُ فَحَدَّثَنِي عَنْ جَدَّتِهِ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا فَدَعَى
بِشَرَابٍ فَشَرِبَ ثُمَّ نَاوَلَهَا فَشَرِبَتْ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَمَا إِنِّي كُنْتُ صَائِمَةً فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الصَّائِمُ الْمُتَطَوِّعُ أَمِينُ نَفْسِهِ إِنْ شَاءَ صَامَ وَإِنْ
شَاءَ أَفْطَرَ. (رواه
الترمذي : 664 – سنن الترمذي – المكتبة الشاملة – باب ما جاء في افطار الصائم المتطوع-الجزء : 3 – صفحة : 182)
Telah menceritakan kepada kami
Mahmud bin Ghailan, telah menceritakan kepada kami Abu Daud, telah menceritakan
kepada kami Syu'bah, dia berkata : Saya pernah mendengar Simak bin Harb berkata
: Salah seorang cucu Ummu Hani' yang bernama Ja'dah, telah menceritakan
kepadaku dan Ummu Hani' adalah neneknya, maka neneknya telah menceritakan
kepadaku, bahwasanya Rasulullah saw, datang ke rumahnya dan meminta air lalu
meminumnya, kemudian beliau menyodorkan kepadanya, lalu dia meminumnya, dia
(Ummu Hani' ra) berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya sedang berpuasa,
maka Rasulullah saw, bersabda : "
Orang yang berpuasa sunnah lebih berhak atas dirinya, jika ia ingin, maka boleh
ia berpuasa (menyempurnakan puasanya) dan jika ia ingin, maka boleh ia berbuka
(membatalkan puasanya).” (HR.Tirmidzi :
664, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii iftharis shaim
Al-Mutathawwi’, juz :3, hal. 182)
Bahkan untuk orang yang berpuasa sunah ketika
menghadiri undangan dibolehkan untuk tetap mempertahankan puasanya, berdasarkan
hadits Nabi :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو
النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ
عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ رِوَايَةً و قَالَ عَمْرٌو
يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و قَالَ زُهَيْرٌ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى طَعَامٍ وَهُوَ
صَائِمٌ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ. (رواه مسلم : 1940- صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب الصائم اذا دعي
لطعام فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ – الجزء
: 6 – صفحة : 11)
Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakr bin Abu Syaibah dan Amru An-Naqid dan Zuhair bin Harb, mereka berkata : Telah
menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah, dari Abu Zinad, dari Al-A'raj,
dari Abu Hurairah ra, -Abu Bakr bin Abu
Syaibah berkata- dan telah berkata Amru hingga sampai kepada Nabi saw, -sementara Zuhair berkata- dari Nabi saw, beliau bersabda : Apabila salah seorang
dari kalian diundang makan padahal ia sedang berpuasa, maka hendaklah ia
mengatakan : Sesungguhnya saya sedang berpuasa. (HR.Muslim :
1940, Shahih Muslim, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, babushaim idzaa du’iyua ilaa thaamin, juz : 6, hal. 11)
Dari kalimat : “hendaklah ia mengatakan :
Sesungguhnya saya sedang berpuasa“ dalam matan hadits di atas juga dapat
dipahami, bahwa menampakkan ibadah sunah itu boleh (tidak termasuk riya’ dalam
ibadah), bila ada hajat; dan bila tidak ada hajat adalah sunah merahasiakannya
(merahasiakan ibadah lebih utama). Kemudian mengenai yang lebih utama antara
berbuka dan tetap berpuasa; dijelaskan dalam
kitab Syarhun Nawawi ‘Alaa Muslim : Jika
seandainya tetap berpuasa (tidak makan) itu dapat menimbulkan keadaan yang
tidak baik bagi pemilik makanan (orang yang mengundang), maka yang lebih utama
bagi orang yang berpuasa sunah adalah berbuka (menghentikan
puasa).[1]
Dianjurkan
Mendo’akan Orang Yang Mengundang
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
حَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ عَنْ هِشَامٍ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ فَلْيُجِبْ
فَإِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُصَلِّ وَإِنْ كَانَ مُفْطِرًا فَلْيَطْعَمْ. (رواه
مسلم : 2584- صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب الامر باجابة الداعي الى دعوة–
الجزء : 7 – صفحة : 287)
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada
kami Hafsh bin Ghiyats, dari Hisyam, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dia
berkata; Rasulullah saw, bersabda : "Jika salah seorang dari kalian
diundang, hendaknya ia penuhi undangan tersebut, jika ia sedang berpuasa, maka
hendaklah ia mendo'akannya, dan jika ia sedang tidak berpuasa, hendaknya ia
memakannya." (HR.Muslim
: 2584, Shahih Muslim, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Al-Amru bi ijabati daa’I ilaa da’watin, juz : 7, hal. 287)
Sementara mayoritas ‘ulama
berpendapat, bahwa makna shalat dalam hadis di atas adalah mendo’akan
orang yang mengundang dengan memohonkan ampunan atau keberkahan atau
semacamnya. Dan makna kata shalat menurut bahasa adalah do’a.[2]
Orang
yang bertamu juga dibolehkan untuk tetap mempertahankan puasa sunahnya ketika
disuguhi makanan, berdasarkan hadits :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنِي
خَالِدٌ هُوَ ابْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ دَخَلَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أُمِّ سُلَيْمٍ فَأَتَتْهُ
بِتَمْرٍ وَسَمْنٍ قَالَ أَعِيدُوا سَمْنَكُمْ فِي سِقَائِهِ وَتَمْرَكُمْ فِي
وِعَائِهِ فَإِنِّي صَائِمٌ. (رواه البخاري : 1846 - صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب من زار قوما
فلم يفطر عندهم– الجزء : 7 – صفحة : 100)
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, ia berkata : Telah menceritakan
kepada saya Khalid, dia adalah anak Al-Harits, telah menceritakan kepada kami
Humaid, dari Anas ra; Nabi saw, datang menemui Ummu Sulaim, kemudian Ummu
Sulaim menyuguhkan kurma dan mentega untuk Beliau. Beliau berkata :
"Simpanlah mentega-mentega kalian untuk suguhan minuman dan kurma-kurma
kalian untuk makanannya karena aku sedang berpuasa". (HR.Bukhari
: 1846, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Man Zaara
Qauman Falam yufthir ‘Indahum, juz : 7, hal. 100)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar