Surat Al-Fatihah merupakan surat yang paling agung
dalam Al-Qur’an. Untaian kalimatnya ringkas, hanya terdiri dari 7 ayat, 25 kata
dan 113 huruf,[1] namun kandungan maknanya sangat luas. Jumlah 113 huruf memberikan
informasi, bahwa sesudah surat Al-Fatihah terdapat 113 surat yang makna kandungannya
terhimpun di dalam surat Al-Fatihah. Seorang muslim yang taat menjalankan
aturan Allah, ia membacanya setiap hari paling sedikit tujuh belas kali yang dibaca di dalam
shalatnya yang berjumlah tujuh belas rakaat yang wajib ditegakkan. Sejak kecil
hingga detik ini tentu sudah beratus
atau beribu kali kita membacanya. Lalu terbersit sebuah pertanyaan :
Sudahkah kita memahami mutiara indah yang terkandung di dalamnya, sehingga dapat mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari untuk meraih ridha-Nya?
Semoga melalui tulisan ringkas di bawah ini bisa sedikit membantu
menggapai tujuan mulia tersebut. Aamiin.
Tempat Turun Surat Al-Fatihah
Para
‘ulama’ berbeda pendapat dalam menentukan tempat turunnya Surat Al-Fatihah (Surat
pembukaan). Dalam tafsir Ibnu Katsir karya Abul Fida’ Isma’il bin Umar bin
Katsir Al-Qurasyi Ad-Damisyqy (700-774 H) dipaparkan pendapat para pakar, yaitu
: Ibnu ‘Abbas, Qatadah dan Abu
Al-’Aliyah berpendapat bahwa Surat Al-Fatihah termasuk ayat Makkiyah,
yaitu ayat yang diturunkan di Mekah. Menurut Abu Hurairah, Mujahid, ‘Atha’ bin
Yasar dan Azzuhri termasuk ayat Madaniyyah, yaitu ayat yang diuturunkan
di Madinah. Menurut sebagian ulama’
diturunkan dua kali, yaitu satu kali di Mekah dan satu kali lagi di Madinah.
Menurut Abu Al-Laits Assamarqandiy, separoh diturunkan di Mekah dan separoh
lagi diuturunkan di Madinah.[2] Sedangkan Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawiy
(Wafat 515 H), menegaskan dalam kitab Tafsirnya, yaitu tafsir Al-Baghawi, bahwa surat Al-Fatihah menurut pendapat kebanyakan
ulama’ termasuk ayat Makkiyah,
dan inilah pendapat yang paling
shahih.[3]
Nama-Nama Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah memiliki banyak
nama sesuai dengan keragaman kandungan yang ada di dalamnya serta keutamaan dan
keistimewaannya, antara lain :
1.
فاتحة الكتاب(Faatihatul Kitab). Surat Al-Fatihah diberi
nama dengan Faatihatul Kitab (pembukaan
Tulisan), karena mushaf Al-Qur`an dibuka dengan surat ini, dan surat ini pula yang dibaca sebagai
pembukaan dalam shalat sebelum membaca surat-surat Al-Qur’an yang lain. [4]
Nama ini (Faatihatul Kitab)
diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai berikut
:
حَدَّثَنَا ابْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى
حَدَّثَنَا جَعْفَرٌ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَمَرَنِي
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أُنَادِيَ أَنَّهُ لَا صَلَاةَ إِلَّا بِقِرَاءَةِ
فَاتِحَةِ الْكِتَابِ. (رواه
ابو داود : 697- سنن
ابو داود – المكتبة الشاملة - بَاب مَنْ تَرَكَ الْقِرَاءَةَ فِي
صَلَاتِهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ - الجزء
: 2 – صفحة : 480)
Telah menceritakan kepada kami [Ibnu Basysyar], telah
menceritakan kepada kami [Yahya], telah menceritakan kepada kami [Ja’far] dari
[Abi Utsman] dari [Abu Hurairah], ia berkata : Rasulullah saw memerintahkan aku
agar aku menyerukan bahwa tidak sah shalat seseorang kecuali membaca Fatihatul
Kitab (maksudnya surat Al-Fatihah). (HR.Abu Dawud : 697, Sunan Abu Dawud,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab man tarakal qiraata fii shalaatihii bifatihatil
kitaab, juz : 2, hal.480)
2.
الحمد لله (Al-Hamdu lillaah). Surat Al-Fatihah
diberi nama dengan Al-Hamdu lillaah (Segala
puji milik Allah), karena dalam surat ini terdapat kalimat Al-Hamdu lillaah.
Nama ini (Al-Hamdu lillaah) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai
berikut :
حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا
أَبُو عَلِيٍّ الْحَنَفِيُّ عَنْ ابْنِ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَمْدُ لِلَّهِ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ
الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي (رواه الترمذي : 3049- سنن الترمذي – المكتبة الشاملة -بَاب وَمِنْ
سُورَةِ الْحِجْرِ- الجزء : 10 – صفحة : 396)
Telah
mencriakan kepada kami [‘Abdun bin Humaid], telah mencriakan kepada kami [Abu
‘Ali Al-Hanafiy], dari [Ibnu Abu Di’b] dari [Al-Maqburiy] dari [Abu Hurairah],
ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Al-Hamdu lillaah
adalah Ummul-Qur’an,
Ummul Kitab dan As-sab’u Al-Matsaani. (HR.Tirmidzi : 3049, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab min suratil Hijr, juz
: 10, hal.396)
3.
ام القرآن (Ummul-Qur’an)
dan ام الكتاب (Ummul Kitab). Surat Al-Fatihah diberi
nama dengan Ummul-Qur’an (Induk
Al-Qur’an) dan Ummul Kitab (Induk Al-Kitab), karena surat ini mencakup
seluruh tujuan pokok dari Al-Qur`an, sehingga surat Al-Fatihah mempunyai
kedudukan sebagai intisari atau esensi dari Al-Qur’an. Kata ام (ummun) secara harfiah berarti ibu, sumber,
asal, dasar, landasan, intisari (esensi). Bila Al-Qur’an kita sebut sebagai ajaran,
maka Al-Fatihah adalah intisarinya. Begitu juga bila kita menyebut Al-Qur’an sebagai
wacana, maka Al-Fatihah adalah inti dari wacana itu. Sedangkan pengertian harfiah
kata Al-Qur’an adalah bacaan dan Al-Kitab adalah tulisan atau literatur,
mengacu kepada bentuk-bentuk bacaan, tulisan atau wacana secara umum.[5]
Nama ini (Ummul-Qur’an dan Ummul Kitab) diabadikan dalam hadits Nabi saw di atas dan juga dalam hadits
berikut ini :
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي
ذِئْبٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ الْمَقْبُرِيُّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أُمُّ الْقُرْآنِ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ. (رواه البخاري : 4335 – صحيح البخاري - المكتبة الشاملة -بَاب
قَوْلِهِ وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنْ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ -
الجزء :14 – صفحة :303)
Telah
menceritakan kepada kami [Adam], telah menceritakan kepada kami [Ibnu Abu Dzi’b],
telah menceritakan kepada kami [Sa’id Al-Maqburiy] dari [Abu Hurairah ra], ia
berkata : Rasulullah saw bersabda : Ummul-Qur’an (Induk Al-Qur’an) adalah As-sab’u Al-Matsaani
(tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang) dan Al-Qur’anul ‘Adhim (Al-Qur’an yang
agung). (HR. Bukhari : 4335, shahih Bukhari, Al-maktabah Asy-Syamilah, bab
Qaulihii wa laqad aatainaa sab’an minal matsaanii wal-Qur’aanul adhiim, juz :
14, hal.303)
4. السبع المثاني(As-sab'ul-Matsaani). Surat Al-Fatihah diberi nama dengan
As-sab'ul-Matsaani karena surat
ini tediri dari tujuh ayat yang selalu dibaca dalam shalat secara
berulang-ulang. Setiap orang yang shalat akan selalu membacanya dalam setiap
raka`at shalatnya. Jumlah ayatnya yang tujuh itu, rupanya mengacu pada
makna yang banyak atau luas, yaitu sebanyak dan seluas cakupan wacana Al-Qur’an
itu sendiri. Nama ini
(As-sab'ul-Matsaani) diabadikan dalam hadits Nabi saw di atas dan bahkan diabadikan juga dalam Al-Qur’an :
وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ
سَبْعاً مِّنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ
Dan sungguh Kami telah berikan kepadamu As-sab’u Al-Matsaani (tujuh ayat
yang dibaca berulang-ulang) dan Al-Qur’an yang agung. (Q.S. Al-Hijr : 87).
5. القرآن العظيم(Al-Qur’nul-'azhiim). Surat
Al-Fatihah diberi nama dengan Al-Qur’nul-'azhiim (Al-Qur’an yang besar dan Agung) karena surat
Al-Fatihah mewakili seluruh kandungan Al-Qur’an yang sangat besar, luas
dan agung. Nama ini (Al-Qur’nul-'azhiim) diabadikan dalam hadits Nabi saw dan juga dalam Al-Qur’an sebagaimana
tersebut pada bagian sebelumnya.
6.
الصلاة (Ash-Shalaatu).
Surat Al-Fatihah diberi nama dengan Ash-Shalaatu (shalat/do’a) karena
Al-Fatihah merupakan bacaan wajib di dalam shalat. Nama ini (Ash-Shalaatu) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai
berikut :
حَدَّثَنَاه إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ
فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلَاثًا غَيْرُ تَمَامٍ فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنَّا
نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ فَإِنِّي سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَالَ اللَّهُ
تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي
مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ} قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي وَإِذَا قَالَ
{الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} قَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ
عَبْدِي وَإِذَا قَالَ {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}
قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي وَقَالَ مَرَّةً
فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي فَإِذَا قَالَ {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِينُ} قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا
سَأَلَ فَإِذَا قَالَ {اهْدِنَا الصِّرَاطَ
الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ
عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ. (رواه مسلم : 598 - صحيح مسلم- المكتبة الشاملة- بَاب وُجُوبِ قِرَاءَةِ الْفَاتِحَةِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ- الجزء : 2 –
صفحة : 352)
Telah menceritakan kepada kami [Ishaq bin Ibrahim Al-Hanzhali],
telah mengabarkan kepada kami [Sufyan bin ‘Uyaynah] dari [Al-‘Ala’] dari ayahnya,
dari [Abu Hurairah], dari Nabi saw, beliau bersabda : Barangsiapa yang mengerjakan shalat tanpa
membaca Ummul Qur’an di dalamnya, maka shalatnya masih mempunyai hutang, tidak
sempurna” Tiga kali. Ditanyakan kepada Abu Hurairah, ” Kami berada di belakang
imam?” Maka dia menjawab, “Bacalah Ummul Qur’an dalam dirimu, karena aku
mendengar Rasulullah saw bersabda : ‘Allah
berfirman : Aku membagi shalat (surat Al-Fatihah) antara Aku dengan hambaKu
menjadi dua bagian, dan hambaku mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila
seorang hamba berkata : Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Maka Allah berfirman : HambaKu memujiKu. Apabila hamba tersebut
mengucapkan : Yang Maha pengasih lagi
Maha Penyayang. Maka Allah berfirman : HambaKu
memuji-Ku. Apabila hamba tersebut mengucapkan : Pemilik hari kiamat. Maka Allah
berfirman : HambaKu memujiku.
Selanjutnya Dia berfirman : HambaKu menyerahkan urusannya kepada-Ku. Apabila
hamba tersebut mengucapkan : Hanya
kepadaMulah aku menyembah dan hanya kepadaMulah aku memohon pertolongan. Maka
Allah berfirman : Ini adalah antara Aku
dengan hambaKu. Dan hambaKu mendapatkan sesuatu yang dia minta. Apabila hamba
tersebut mengucapkan : Berilah kami petunjuk jalan yang lurus, yaitu jalan
orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang
Engkau murkai dan bukan pula orang-orang yang sesat. Maka Allah berfirman
: Ini untuk hambaKu, dan hambaKu
mendapatkan sesuatu yang dia minta. (HR. Muslim : 598, shahih Muslim,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab wujuubi qiraa-atil fatihah fii kulli rakatin, juz
: 2, hal. 352)
7.
الشفاء (Asy-Syifa). Surat Al-Fatihah diberi
nama dengan Asy-Syifa (obat) karena surat ini adalah menjadi
obat untuk segala penyakit. Nama ini (Asy-Syifa) diabadikan dalam sabda Nabi saw sebagai
berikut :
حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ عَبْدِ
الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم :
فَاتِحَةُ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ. (رواه الدارمي : 3433 - سنن الدارمي - المكتبة الشاملة- باب
فَضْلِ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ -
الجزء : 10 – صفحة : 257)
Telah
menceritakan kepada kami [Qabishah], telah mengabarkan kepada kami [Sufyan]
dari [Abdul Malik bin ‘Umair], ia berkata : Rasulullah saw bersabda : Fatihatul
Kitab adalah obat (Syifa’) dari setiap penyakit. (HR.Ad-Darimi : 3433, Sunan Ad-Darimi, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab fadhli faatihatil kitaab,
juz : 10, hal. 257)
8.
الرقية )Ar-Ruqyah). Surat Al-Fatihah diberi
nama dengan Ar-Ruqyah karena
surat ini adalah sebagai do’a. Nama ini (Ar-Ruqyah) diabadikan dalam sabda Nabi
saw sebagai berikut :
حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ قَال سَمِعْتُ أَبَا الْمُتَوَكِّلِ يُحَدِّثُ
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرُّوا بِحَيٍّ مِنْ الْعَرَبِ فَلَمْ يَقْرُوهُمْ وَلَمْ
يُضَيِّفُوهُمْ فَاشْتَكَى سَيِّدُهُمْ فَأَتَوْنَا فَقَالُوا هَلْ عِنْدَكُمْ دَوَاءٌ
قُلْنَا نَعَمْ وَلَكِنْ لَمْ تَقْرُونَا وَلَمْ تُضَيِّفُونَا فَلَا نَفْعَلُ
حَتَّى تَجْعَلُوا لَنَا جُعْلًا فَجَعَلُوا عَلَى ذَلِكَ قَطِيعًا مِنْ الْغَنَمِ
قَالَ فَجَعَلَ رَجُلٌ مِنَّا يَقْرَأُ عَلَيْهِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ
فَلَمَّا أَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرْنَا
ذَلِكَ لَهُ قَالَ وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ وَلَمْ يَذْكُرْ نَهْيًا
مِنْهُ وَقَالَ كُلُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍ. (رواه الترمذي : 1990 - سنن الترمذي – المكتبة الشاملة - بَاب مَا
جَاءَ فِي أَخْذِ الْأَجْرِ عَلَى التَّعْوِيذِ - الجزء : 7– صفحة : 395)
Telah
menceritakan kepada kami [Abu Musa Muhammad bin Al-Mutsanna], telah
menceritakan kepadaku [Abdush Shamad bin Abdul Warits], telah menceritakan
kepada kami [Syu’bah], telah menceritakan kepada kami [Abu Bisyr], ia berkata :
Aku mendengar Abu Al-Mutawakkil menceritakan dari [Abu Sa’id], bahwasanya
sekelompok orang dari sahabat Nabi saw melewati suatu daerah di tanah Arab,
namun mereka tidak menjamunya dan menerima sebagai tamu. Kemudian pemimpin
daerah tersebut terkena sakit, sehingga mereka mendatangi kami seraya berkata :
Apakah kalian mempunyai obat? Kami menjawab : Ya. Akan tetapi kalian tidak memberikan
jamuan untuk kami dan tidak pula menerima kami layaknya seorang tamu. Kami
tidak akan memberikanny hingga kalian memberikan jamuan untuk kami. Lalu mereka
pun memberikan jamuan sepotong daging kambing. Dan salah seorang dari kami
membacakan surat Al-Fatihah dan pemimpin mereka – pun sembuh seketika. Setelah
kami menemui Nabi saw, kami pun menuturkan hal itu, lalu beliau bersabda :
Siapa yang memberitahu kalian bahwa itu adalah Ruqyah? Saat itu beliau tidak
menyebutkan kalimat larangan. Dan beliau bersabda : Makanlah daging itu dan
berikanlah satu bagian untukku. (HR. Tirmidzi : 1990, Sunan Tirmidzi,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii akhdzil ajri ‘alat ta’widz, juz :
7, hal. 395)
9. الواقية Al-Waqiyah.
Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Sufyan bin ‘Uyainah dengan Al-Wqfiyah (pemeliharaan
atau perlindungan), karena memelihara semua kandungan Al-Qur’an.
10. الكنز Al-Kanz. Surat
Al-Fatihah diberi nama oleh Zamakhsyariy dengan Al-Kanz (tempat
menyimpan yang tebal), karena surat ini tempat menyimpan semua kandungan
Al-Qur’an.
11. الكافية Al-Kafiyah
(mencakupi). Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Yahya bin Katsir dengan Al-Kafiyah,
karena surat ini mencakupi seluruh kandungan Al-Qur’an.
12. أساس القرآن Asasul Qur’an.
Surat Al-Fatihah diberi nama oleh Ibnu Abbas dengan Asasul Qur’an (dasar,
sendi, pokok Al-Qur’an), karena surat ini merupakan dasar, sendi dan
pokok dari semua kandungan Al-Qur’an. [6]
[1]. Abul Fida’ Isma’il bin Umar bin
Katsir Al-Qurasyi Ad-Damisyqy (700-774 H),Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, cetakan ke 3, tahun
1999 M /1420 H, bab 1, juz 1, hal.102
[2].
Ibid, hal.101
[3]. Muhyissunnah Abu Muhammad
Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawi (Wafat 515 H), Tafsir Al-Baghawi, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, cetakan ke -4, tahun 1997 M – 1417 H, bab 1, juz 1, hal.49.
[4].
Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib Al-Aamaliy Abu Ja’far
Ath-Thabariy (224 – 310 H), Tafsir Ath-Thabariy, Al-Maktabah Asy-Syamilah, cetakan ke 1, tahun
2000 M/1420 H, bab Alqawl fii ta’wiili asmaai faatihatil kitab, juz : 1, hal.
107)
[5]. Dapat dibaca pula dalam kitab
tafsir Ath-Thabariy, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, cetakan ke 1, tahun 2000 M/1420 H, bab Alqawl fii ta’wiili asmaai
faatihatil kitab, juz : 1, hal. 107)
[6]. Abul Fida’ Isma’il bin Umar bin
Katsir, Op cit, Tafsir Ibnu Katsir,
hal.101