WALIMAH
Pengertian
Walimah
Kata Walimah (١ﻠﻭﻠﻴﻤﺔ) diambil dari kata asal Al-walmu
(الولم), yang artinya Al-jam’u (الجمع) yaitu mengumpulkan, sebab suami dan istri (pada
waktu itu) berkumpul.[1]
Dan juga berarti Al-Ijtima’ (الاجتماع) yang artinya berhimpun, berkumpul atau pertemuan,
karena orang-orang pada waktu itu berkumpul dalam suatu pertemuan. Walimah
adalah setiap makanan yang dihidangkan untuk menggambarkan kegembiraan atau
lainnya, namun istilah ini lebih umum digunakan untuk pesta perkawinan.[2]
Maksudnya adalah makanan yang disediakan khusus dalam acara pesta perkawinan
disebut Walimah. Namun dapat juga diartikan sebagai makanan untuk tamu
undangan atau lainnya. [3]
Definisi walimatul ‘urs (وليمة العُرس) yang terkenal
di kalangan ulama, diartikan dengan perhelatan atau penjamuan
dalam rangka mensyukuri nikmat Allah atas telah terlaksananya akad nikah
dengan menghidangkan makanan dan minuman atau lazim dikenal dengan istilah “Pesta
Perkawinan”.
Rasulullah saw memerintahkan agar
mengadakan walimah (pesta perkawinan) meskipun hanya dengan menyembelih seekor
kambing, sebagaimana sabdanya berikut
ini :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ عَوْفٍ جَاءَ
إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِهِ أَثَرُ صُفْرَةٍ
فَسَأَلَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ
أَنَّهُ تَزَوَّجَ امْرَأَةً مِنْ الْأَنْصَارِ قَالَ كَمْ سُقْتَ إِلَيْهَا قَالَ
زِنَةَ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ. (رواه البخاري : 4756–
صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب
الصفرة للمتزوج – الجزء
: 16– صفحة :
128)
Telah
menceritakan kepada kami
Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik, dari Humaid Ath-Thawil, dari Anas bin
Malik ra, bahwa Abdurrahman bin 'Auf datang
menemui Rasulullah saw, sementara pada dirinya terdapat bekas warna kuning-kuning
(bekas Za’faran).
Sehingga Rasulullah saw bertanya kepadanya,
lalu dia memberitahukan bahwa dirinya baru saja menikahi seorang wanita
dari sahabat Anshar. Rasulullah saw bertanya : "Berapa mahar yang kamu
berikan kepadanya?" 'Abdurrahman menjawab : "Emas sebesar biji
kurma." Rasulullah saw lalu bersabda : "Adakanlah walimah walau
hanya dengan menyembelih seekor kambing". (HR. Bukhari : 4756, Shahih
Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
bab Ash-Shufrah Lil-Mutazawwiji, juz : 16, hal. 128)
Hukum Walimah
Hukum mengadakan walimah (pesta pernikahan) menurut jumhur ‘ulma’ adalah sunah. Dan
menurut sebagaian ‘ulama’ adalah wajib.[4] Dalam hadist di atas Rasulullah saw memerintahkan agar mengadakan walimah dengan
sabdanya أَوْلِمْ “Awlim” ("Adakanlah
walimah), kalimat ini
mengandung perintah. Di dalam kaidah ushul fiqh disebutkan : أَلْأَصْلُ فِى الْأَمْرِ لِلْوُجُوْبِ “al ashlu fi al
amri lil wujub” (Pada dasarnya perintah itu mengandung
arti wajib). Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا هَمَّامٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنِ
الْحَسَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُثْمَانَ الثَّقَفِيِّ أَنَّ رَجُلًا
أَعْوَرَ مِنْ ثَقِيفٍ قَالَ قَتَادَةُ كَانَ يُقَالُ لَهُ مَعْرُوفٌ أَيْ يُثْنَى
عَلَيْهِ خَيْرًا يُقَالُ لَهُ زُهَيْرُ بْنُ عُثْمَانَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ الْوَلِيمَةُ
حَقٌّ وَالْيَوْمُ الثَّانِي مَعْرُوفٌ
وَالْيَوْمُ الثَّالِثُ سُمْعَةٌ وَرِيَاءٌ. (رَوَاهُ احمد : 19436- مسند احمد -المكتبة الشاملة – باب حديث زُهَيْرُ بْنُ
عُثْمَانَ - الجز ء : 41-صفحة : 275)
Telah menceritakan kepada kami
Bahz, telah menceritakan kepada kami
Hammam, dari Qatadah, dari Al-Hasan, dari Abdullah bin Utsman Ats-Tsaqafi,
bahwa ada seorang laki-laki penduduk Tsaqif yang buta matanya. Qatadah berkata
: Laki-laki itu biasa di sebut-sebut dengan kebaikannya, maksudnya dipuji
dengan kebaikan, panggilan namanya
adalah Zuhair bin Utsman. Bahwa Nabi saw
bersabda : Walimah (Pesta pernikahan) yang di selenggarakan pada hari
pertama adalah hak, hari keduanya adalah kebaikan dan hari ketiganya adalah
sum'ah dan riya`. (HR.Ahmad : 22391, Musnad
Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab
hadits Zuhair bin Utsman, juz : 41, hal. 275)
Imam
Muhammad bin Ismail Ash-Shan’ani dalam kitab Subulus Salam memberikan
penjelasan, bahwa kata “hak” dalam hadits di atas adalah “wajib”. [5]
Mempublikasikan
Pernikahan
Rasulullah
saw memerintahkan agar mempublikasikan (mengumumkan) pernikahan sebagaimana
sabdanya berikut :
حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ مَعْرُوفٍ قَالَ عَبْد اللَّهِ
وَسَمِعْتُهُ أَنَا مِنْ هَارُونَ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ
قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْأَسْوَدِ الْقُرَشِيُّ عَنْ عَامِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : أَعْلِنُوا النِّكَاحَ. (رَوَاهُ احمد : 15545- مسند احمد -المكتبة الشاملة – باب حديث عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ الزُّبَيْرِ - الجز ء : 32- صفحة : 355)
Telah menceritakan kepada kami Harun bin Ma’ruf, Abdullah berkata : Saya
telah mendengarnya dari Harun, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Wahb, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin
Al-Aswad Al-Qurasyi, dari Amir bin Abdillah bin Zubair, dari ayahnya, bahwa
Nabi saw bersabda : “Umumkanlah
berita pernikahan.”
(HR.Ahmad : 15545, Musnad Ahmad,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab hadits
Abdullah bin Zubair, juz : 32, hal. 355)
Memenuhi Undangan
Orang yang diundang menghadiri
walimah, menurut jumhur ‘Ulama’, hukumnya wajib memenuhi undangan itu.[6] Dalilnya
adalah hadits Nabi saw berikut :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْوَلِيمَةِ
فَلْيَأْتِهَا. (رواه البخاري: 4775– صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب
حق اجابة الوليمة والدعوة – الجزء
: 16– صفحة :163)
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf, telah
mengabarkan kepada kami Malik, dari
Nafi’, dari Abdullah bin Umar ra, bhwa Rasulullah sa bersabda : “Apabila salah seorang di antara kalian
diundang kepada suatu walimah, maka hendaklah ia menghadirinya”. (HR. Bukhari : 4775, Shahih
Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
bab Haqqu Ijabatil walimah
wadda’wah, juz : 16, hal. 163)
Imam An-Nawawi di dalam kitab
Syarah Shahih Muslim menjelaskan, bahwa hadits ini memerintahkan untuk hadir
apabila seseorang diundang kesuatu acara walimah. Akan tetapi, disini terdapat perbedaan
pendapat, mengenai perintah dalam hadits tersebut, apakah bersifat wajib atau
sunat? Perbedaan pendapat itu adalah : untuk undangan walimatul ‘urs, yaitu :
(1) Fardlu ‘ain bagi setiap orang yang diundang, dan kefarduan tersebut bisa
hilang dengan sebab adanya udzur, (2) Fardu kifayah, (3) Sunat. Sedangkan
undangan acara selain walimatul ‘ursy terdapat juga perbedaan pendapat,
pendapat yang pertama mengatakan bahwa hukumnya sama dengan walimatul ‘urs, dan
pendapat yang kedua mengatakan bahwa hukumnya sunat. [7]
Memenuhi
Undangan Meskipun Sedang Berpuasa
Memenuhi undangan walimah, meskipun
orang yang diundang sedang berpuasa. Hal ini berdasarkan sabda Nabi saw :
حَدَّثَنَا أَزْهَرُ بْنُ مَرْوَانَ الْبَصْرِيُّ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَوَاءٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ
أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : إِذَا دُعِيَ
أَحَدُكُمْ إِلَى طَعَامٍ فَلْيُجِبْ فَإِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُصَلِّ يَعْنِي
الدُّعَاءَ. (رواه الترمذي :711– سنن الترمذي– المكتبة الشاملة – باب ما جاء في
اجابة الصائم الدعوة – الجزء : 3– صفحة : 259)
Telah menceritakan kepada kami Azhar bin Marwan
Al-Bashry, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sawa’, telah
menceritakan kepada kami Sa’id bin Abi ‘Arubah, dari Ayyub, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi saw,
beliau bersabda : Apabila seseorang dari kalian diundang makan, maka
penuhilah undangan itu. Apabila ia berpuasa, maka hendaklah ia mendo’akan
(orang yang mengundangnya). (HR. Tmidzi : 711, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Maa jaa-a fi ijabatis
sha-im Adda’wata, juz : 3, hal.259)
Tidak
Hanya Mengundang Orang Kaya
Ketika mengadakan walimah hendaknya
tidak hanya mengundang orang-orang kaya, tetapi diundang pula orang-orang
miskin. Karena makanan yang dihidangkan untuk orang-orang kaya saja adalah
sejelek-jelek hidangan. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah :
حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ الْأَعْرَجِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سُفْيَانُ سَأَلْتُهُ عَنْهُ كَيْفَ الطَّعَامُ أَيْ
طَعَامُ الْأَغْنِيَاءِ قَالَ أَخْبَرَنِي الْأَعْرَجُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ : شَرُّ الطَّعَامِ الْوَلِيمَةُ يُدْعَى
إِلَيْهَا الْأَغْنِيَاءُ وَيُتْرَكُ الْمَسَاكِينُ وَمَنْ لَمْ يَأْتِ
الدَّعْوَةَ فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَرَسُولَهُ. (رَوَاهُ احمد : 6978 - مسند احمد -المكتبة الشاملة – باب حديث أَبِي هُرَيْرَةَ - الجز ء :15- صفحة : 19)
Telah menceritakan kepada kami
Sufyan, dari Az-Zuhri, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah. Sufyan berkata : Saya
bertanya kepadanya (kepada Az-Zuhri) yang diriwayatkan darinya (dari Al-A’raj)
tentang makanan, yaitu makanan yang dihidangkan hanya untuk orang-orang kaya.
Sufyan berkata : Telah mengabarkan kepada kami Al-A’raj, dari Abu Hurairah : Makanan
paling buruk adalah makanan dalam walimah yang hanya mengundang orang-orang
kaya saja untuk makan, sedangkan orang-orang miskin tidak diundang. Barangsiapa
yang tidak menghadiri undangan walimah, maka ia durhaka kepada Allah dan
Rasul-Nya (HR.Ahmad :
6978, Musnad Ahmad, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab hadits Abu Hurairah,
juz : 15, hal. 19)
Sebagai catatan penting, hendaknya
yang diundang adalah orang-orang shalih, baik kaya maupun miskin, berdasarkan sabda
Nabi saw :
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ
الْمُبَارَكِ عَنْ حَيْوَةَ بْنِ شُرَيْحٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ غَيْلَانَ عَنْ
الْوَلِيدِ بْنِ قَيْسٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَوْ عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا
وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ. (رواه ابو داود : 4192– سنن
ابو داود – المكتبة الشاملة – باب من يؤمر ان يجالس– الجزء : 12– صفحة : 458)
Telah menceritakan kepada kami Amr bin ‘Aun, telah
mengabarkan kepada kami Ibnu Al-Mubarak, dari Haiwah bin Syuraih, dari Salim
bin Ghaian, dari Al-Walid bin Qais, dari Abi Sa’id, atau dari Abi Al-Haitsam, dari Abi Sa’id, dari Nabi saw, bersabda : Janganlah engkau bergaul melainkan dengan
orang-orang mukmin dan jangan makan makananmu melainkan orang-orang yang bertakwa.
(HR.Abu Dawud
: 4192, Sunan Adu Dawud, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Man Yu’maru Ab yujalisa, juz : 12, hal.
458)
Mendo’akan
Shahibul Hajat
Para
undangan dianjurkan untuk mendo’akan
Shahibul Hajat agar meraih barokah, rahmat dan ampunan dari Allah. Hal
ini berdasarkan contoh yang dilakukan Rasulullah saw. Hadita Nabi :
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا
حَمَّادٌ هُوَ ابْنُ زَيْدٍ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى عَلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ عَوْفٍ أَثَرَ صُفْرَةٍ قَالَ مَا هَذَا قَالَ إِنِّي تَزَوَّجْتُ امْرَأَةً
عَلَى وَزْنِ نَوَاةٍ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ : بَارَكَ اللَّهُ لَكَ أَوْلِمْ وَلَوْ بِشَاةٍ. (رواه البخاري : 4758
– صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب
كيف يدعي للمتزوج – الجزء
: 16– صفحة : 131)
Telah
menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb, telah menceritakan kepada kami Hammad,
yaitu Ibnu Zaid, dari Tsabit, dari Anas
ra, bahwa sesungguhnya
Nabi saw pernah
melihat bekas
kuning-kuning pada
Abdurrahman bin Auf, lalu beliau
bertanya, “Apa
ini?”. Abdurrahman menjawab,
“Aku baru saja menikahi
seorang wanita
dengan (mahar)
emas seberat
biji kurma”.
Nabi saw bersabda
: Semoga Allah memberkatimu, selenggarakanlah
walimah walau
hanya dengan
(memotong) seekor
kambing. (HR. Bukhari
: 4758, Shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Kaifa Yadda’i Lil-Mutazawwiji, juz : 16, hal. 131)
حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ
قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ بُسْرٍ يُحَدِّثُ أَنَّ أَبَاهُ صَنَعَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا فَدَعَاهُ فَأَجَابَهُ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ
طَعَامِهِ قَالَ : اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لَهُمْ وَارْحَمْهُمْ وَبَارِكْ لَهُمْ فِيمَا رَزَقْتَهُمْ. (رَوَاهُ احمد : 17013- مسند احمد -المكتبة الشاملة – باب حديث عَبْدَ اللَّهِ بْنَ بُسْرٍ - الجز ء : 36-
صفحة : 75)
Telah menceritakan kepada kami Husyaim, telah mengabarkan
kepad kami Hisyam bin Yusuf, ia berkata : Saya telah mendengar Abdullah bin
Busr bercerita, bahwa ayahnya membuat makanan untuk Nabi saw, lalu dia
mengundang beliau, dan beliaupun memenuhi undangannya. Setelah beliau selesai
makan, beliau berdo’a : “Ya Allah,
ampunilah mereka, sayangilah mereka dan berkahilah apa-apa yang Engkau
karuniakan kepada mereka”.
(HR.Ahmad : 17013, Musnad Ahmad,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab hadits
Abdullah bin Busr, juz : 36, hal.75)
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ
الْعَزِيزِ يَعْنِي ابْنَ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَفَّأَ الْإِنْسَانَ إِذَا
تَزَوَّجَ قَالَ : بَارَكَ اللَّهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ
بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ. (رواه ابو داود : 1819– سنن ابو داود – المكتبة الشاملة – باب ما يقال للمتزوج – الجزء : 6– صفحة :29)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz, yaitu ibnu Muhammad, dari Suhail bin Abu
Shalih, dari bapaknya, dari Abu Hurairah, bahwa jika Nabi saw mengucapkan
selamat kepada seseorang yang baru menikah, beliau berdo’a : BAARAKALLAH
LAKA WA BAARAKA 'ALAIKA WA JAMA'A BAINAKUMAA FII KHAIR (semoga Allah memberi
berkah kepadamu dan keberkahan atas pernikahanmu, dan mengumpulkan kalian
berdua dalam kebaikan). (HR.Abu
Dawud : 1819, Sunan Adu Dawud,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Maa Yuqaalu
Lil-Mutazawwiji, juz : 6, hal. 29)
Hiburan
Hal ini berdasarkan hadits dari
Muhammad bin Hathib, bahwa Rasulullah saw bersabda :
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ عَنْ
أَبِي بَلْجٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : فَصْلُ
مَا بَيْنَ الْحَلَالِ وَالْحَرَامِ الدُّفُّ وَالصَّوْتُ فِي النِّكَاحِ. (رواه ابن ماجه : 1886– سنن ابن ماجه– المكتبة الشاملة – باب إعلان النكاح – الجزء : 6– صفحة : 8)
Telah menceritakan kepada kami ‘Amr bin Rafi’, telah
menceritakan kepada kami Husyaim, dari Abi Balj, dari Muhammad bin Hathib, ia
berkata : Rasulullah saw bersabda : Pembeda antara perkara halal (nikah)
dengan yang haram (zina) adalah memukul rebana dan suara (lagu-lagu yang
dilantunkan) dalam pernikahan. (HR.
Ibnu Majah : 1886, Sunan Ibnu Majah,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab I’lanun
Nikah, juz : 6, hal. 8)
حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ يَعْقُوبَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ سَابِقٍ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا زَفَّتْ امْرَأَةً إِلَى رَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ
فَقَالَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَائِشَةُ مَا
كَانَ مَعَكُمْ لَهْوٌ فَإِنَّ الْأَنْصَارَ يُعْجِبُهُمْ اللَّهْوُ. (رواه البخاري:4765– صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب
النسوة اللاتي يهدين المرأة الى زوجها– الجزء : 16– صفحة : 145)
Telah
menceritakan kepada kami Al-Fadhl bin Ya’qub, telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Sabiq, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Hisyam bin ‘Urwah,
dari ayahnya, dari ‘Aisyah bahwasanya ia pernah membawa
pengantin wanita kepada pengantin laki-laki dari kalangan
Anshar, lalu Nabiyyullah saw bersabda : Wahai ‘Aisyah, tidak adakah padamu
hiburan, karena sesungguhnya orang-orang Anshar senang dengan hiburan. (HR. Bukhari : 4765, Shahih
Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab
An-Niswah Allatii yahdiinal mar-ah ilaa zaujihaa, juz : 16, hal. 145)
[1]. Baca kitab Subulus Salam oleh
Imam Muhammad bin Ismail Ash-Shan’ani, Syirkah Maktabah Wa Mathba’ah Mushthafa
Al-Baby Al-Halawy, juz 1, Mesir, tahun 1950 M/1369 M, hal. 153-154
[2]. Baca kitab I’anatut Thalibin,
Al-Maktabah Asyamilah, juz 3, hal. 407
[3]. Slamet Abidin, Fiqih Munakahat.
(Bandung : Cv Pustaka Setia, 1999) hlm. 149.
[6]. Baca kitab Fathul Bary Libni
Hajar, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Haqqu Ijabatil walimah wadda’wah juz 14,
hal. 457
[7]. Baca kitab Syarhun Nawawi ‘alaa Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-mru Bi-ijabatid Da’i iladda’wah, juz 5, hal. 149
Tidak ada komentar:
Posting Komentar