Al-Baqarah Ayat 37
Adam menyesali nasibnya. Dia yang bertanggung jawab,
sehingga istrinya-pun telah turut tergelincir karena tidak tahan oleh rayuan
setan. Mereka merasa menyesal atas kesalahan
yang telah diperbuamya dan larangan yang telah dilanggarnya, tetapi mereka tidak tahu dengan cara apa menyusun kata yang
pantas buat diucapkannya agar mereka diampuni, diterima taubatnya atas
kesalahan itu dan diberi maaf. Kesalahan yang timbul karena belum ada
pengalaman atau karena kurang waspada, kurang
awas, kurang cermat, kurang hati-hati atas tipuan atau perdayaan musuh
yang selalu mengintai kelemahan dan kelalaian. Lalu Allah mengajarkan beberapa kalimat untuk
bertaubat, sebagaimana yang ditegaskan dalam firman-Nya berikut ini :
فَتَلَقَّى آَدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ
فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Kemudian Adam menerima beberapa
kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah
Mahapenerima taubat lagi Maha-penyayang.” (QS. Al-Baqarah : 37)
Awal ayat 37 : فَتَلَقَّى آَدَمُ مِنْ رَبِّهِ
كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari
Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya”
Sehubungan
dengan makna firman Allah pada awal ayat 37 ini, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan sebuah hadits yang sanadnya dari
Ubai bin Ka’ab, ia berkata : Rasulullah saw bersabd : Adam berkata : Wahai
Tuhanku, bagaimanakah jika aku bertaubat dan kembali, apakah Engkau akan
mengembalikan aku ke surga? Allah menjawab : Ya.
Yang dimaksud dengan “beberapa kalimat” pada ayat tersebut terdapat beberapa
pendapat :
1.
Abu Ja’far Ar-Razi
meriwayatkan dari Ar-Rabi’ bin Anas, dari Abu Al-‘Aaliyah, bahwa sesungguhnya
setelah Adam melakukan kesalahan, ia berkata : Wahai Tuhanku, bagaimanakah jika
aku bertaubat dan memperbaiki diriku? Allah berfirman : Kalau begitu Aku akan
memasukkan kamu ke surga. Inilah yang dimaksukan dengan pengertian “beberapa
kalimat”. [1]
2.
Abu Ishaq As-Sabi’i meriwayatkan dari seorang laki-laki Bani
Tamim yang menceritakan bahwa ia pernah datang kepada Ibnu Abbas, lalu bertanya
kepadanya tentang “beberapa kalimat” yang diberikan Allah kepada Adam. Ibnu Abbas
menjawab : “Ilmu mengenai ibadah haji”.[2]
3. Khushaif meriwayatkan dari Mujahid
yang mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa yang dimaksud dengan
beberapa kalimat ialah sebagai berikut :
رَبَّنَا
ظَلَمْنَآ أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ
مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Ya
Tuhan Kami, Kami telah Menganiaya diri Kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni Kami dan memberi rahmat kepada Kami, niscaya pastilah Kami Termasuk
orang-orang yang merugi. (QS. Al-A’raaf 23)
4.
Ibnu Abi Najih meriwayatkan dari Mujahid yang mengatakan
sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa yang dimaksud dengan beberapa kalimat
ialah sebagai berikut:
اَللّهُمَّ لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ
وَبِحَمْدِكَ، رَبّ إِنّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ إِنَّكَ خَيْرُ
الْغَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tidak
ada Tuhan melainkan Engkau, Maha suci Engkau dan dengan memuji-Mu. Hai Tuhanku,
sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, maka berikanlah ampunan
kepadaku. Sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik yang Maha Pengampun.
اَللّهُمَّ لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ
وَبِحَمْدِكَ، رَبّ إِنّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَارْحَمْنِيْ إِنَّكَ خَيْرُ
الرَّاحِمِيْنَ.
Ya Allah,
tidak ada Tuhan melainkan Engkau, Maha suci Engkau dan dengan memuji-Mu. Hai
Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, maka berikanlah
rahmat kepadaku. Sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat.
اَللّهُمَّ
لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، رَبّ إِنّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ
فَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
Ya Allah, tidak
ada Tuhan melainkan Engkau, Maha suci Engkau dan dengan memuji-Mu. Hai Tuhanku,
sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku, maka terimalah taubatku.
Sesungguhnya Engkau adalah Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.[3]
Akhir ayat 37 : إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ “Sesungguhnya
Allah Mahapenerima taubat lagi Maha-penyayang.”
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang sama dengan makna ayat pada akhir ayat 37 surat
Al-Baqarah ini, antara lain :
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ
عَنْ عِبَادِهِ وَيَأْخُذُ الصَّدَقَاتِ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ
الرَّحِيمُ
Tidaklah
mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan
menerima zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang? (QS.At-Taubah: 104)
وَمَنْ يَعْمَلْ
سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ
غَفُورًا رَحِيمًا
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan
menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia
mendapati Allah maha pengampun lagi maha penyayang. (QS. An-Nisaa: 110)
وَمَنْ تَابَ
وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا
Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal sholeh,
maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan Taubat yang Sebenar-
benarnya. (QS.Al-Furqan : 71)
Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menunjukkan bahwa
Allah swt Mahapenerima taubat orang yang bertaubat dan kembali kepada-Nya. Dan banyak pula disebutkan dalam Hadits, antara lain :
حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ هِشَامِ
بْنِ حَسَّانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ
مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ. (رواه
مسلم : 4872 - صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب استحباب الإستغفار
والإستكثار منه – الجزء : 13– صفحة : 218)
Telah
menceritakan kepada kami Isma’il bin Ibrahim, dari Hisyam bin Hassan, dari
Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah, ia berkata :
Rasulullah saw. bersabda : Barangsiapa bertaubat sebelum
matahari terbit dari arah barat, maka Allah akan menerima taubatnya. (HR Muslim :4872 , Shahih Muslim, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Istihbabul istighfar wal-Iktsar minhu, juz 13, hal. 218)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا عُبَيْدَةَ
يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ
لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ
اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا. (رواه مسلم :4954 - صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب قبول
التوبة من الذنوب وان تكررت الذنوب– الجزء :
13– صفحة : 322)
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Amer bin
Murrah, ia berkata : Saya pernah mendengar Abu ‘Ubaidah menceritakan sebuah hadits dari Abu Musa, dari Nabi saw, beliau bersabda :
Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla itu membentangkan tangan-Nya di
waktu malam untuk menerima taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu
siang, dan juga membentangkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima
taubatnya orang yang berbuat kesalahan di waktu malam. Demikian ini terus
menerus sampai terbitnya matahari dari arah barat. (HR Muslim : 4954, Shahih Muslim, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Dzikrut taubah, juz 13, hal. 322)
حَدَّثَنَا رَاشِدُ بْنُ سَعِيدٍ الرَّمْلِيُّ أَنْبَأَنَا الْوَلِيدُ بْنُ
مُسْلِمٍ عَنْ ابْنِ ثَوْبَانَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ مَكْحُولٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ
نُفَيْرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَقْبَلُ
تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ. (رواه ابن ماجه : 4243 –
سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة – باب ذكر
التوبة – الجزء : 12– صفحة : 304)
Telah menceritakan kepada kami Rasyid bin Sa’id, telah
menceritakan kepada kami Walid bin Muslim, dari Ibnu Tsauban, dari ayahnya, da telah
menceritakan kepada kami dari Makhul, dari Jubair bin Nufair, dari Abdullah bin
Umar, dari Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla
sungguh akan menerima taubat seorang hamba selama (ruh) belum sampai di
tenggorokan. (HR. Ibnu
Majah : 4243, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Dzikrut taubah,
juz 12, hal. 304)
حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ سَمِعْتُ أَيُّوبَ قَالَ وَحَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الطُّفَاوِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ
الْمَعْنَي عَنْ حُمَيْدِ بْنِ هِلَالٍ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ رَجُلٍ مِنْ
الْمُهَاجِرِينَ يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ
وَاسْتَغْفِرُوهُ فَإِنِّي أَتُوبُ إِلَى اللَّهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ فِي كُلِّ
يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ أَوْ أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ مَرَّةٍ. (رواه أحمد : 17578 – مسند احمد– المكتبة الشاملة – باب حديث رَجُلٍ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ – الجزء
: 37– صفحة : 348)
Telah menceritakan kepada kami Mu’tamir, ia berkata :
Saya pernah mendengar berkata : dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin
Abdurrahman Ath-Thufawi, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ayuub
Al-Makna, dari Humaid bin Hilal, dari Abi Burdah, dari seorang
laki-laki dari sebagian sahabat Muhajirin beliau mengatakan : Saya pernah mendengar
Nabi saw bersabda : Wahai manusia, bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah dan mohonlah ampunan kepada-Nya, maka sesungguhnya aku bertaubat kepada
Allah dan aku memohon ampunan kepada-Nya
setiap hari sebanyak 100 kali atau lebih dari 100 kali. (HR.Ahmad : 17578, Musnad Ahmad, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Hadits Rajul minal muhajirin, juz 37, hal. 348)
Kata terakhir dari ayat 37 surat
Al-Baqarah adalah الرَّحِيمُ (Arrahiim), yaitu Allah Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, yang kasih-Nya tiada pilih kasih dan sayang-Nya tanpa padang
sayang. Allah mendorong Adam untuk bertaubat
setelah melakukan kesalahan dengan mengajarkan beberapa kalimat dan menerima taubatnya
adalah termasuk kasih sayang-Nya.
Rasulullah saw
menuturkan firman Allah dalam hadits Qudsi, bahwa rahmat-kasih sayang-Nya
mengalahkan murka-Nya :
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا مُغِيرَةُ
بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقُرَشِيُّ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِي كِتَابِهِ فَهُوَ عِنْدَهُ
فَوْقَ الْعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِي غَلَبَتْ غَضَبِي. (رواه البخاري : 2955 –
صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب ما جاء في قول الله تعالى وهو الذي يبدأ –
الجزء : 10 – صفحة : 466)
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, telah menceritakan
kepada kami Mughirah bin Abdirrahman Al-Qurasyi, dari Abi Zinad, dari
Al-A’raj, dari Abu Hurairah, ia berkata
: Rasulullah saw bersabda : Ketika Allah menciptakan
makhluk-Nya, Ia menuliskan (ketetapan) dalam sebuah kitab yang kitab tersebut
berada di atas arsy : Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku. (HR. Bukhari : 2955, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii qaulillahi wa wuwa yabd yabda’u,
juz 10, hal. 466)
Surat Al-Baqarah ayat 37 ini menjadi dalil, bahwa Allah
akan menyiksa hamba-Nya yang tetap melakukan perbuatan dosa dan akan
membebaskan dari azab bila ia bertaubat. Iblis tidak bertaubat, sehingga
tempatnya adalah Jahannam; sedangkan Adam bertaubat dan meninggalkan perbuatan
dosa dan taubatnya diterima oleh Allah.[4]
[1]. Baca Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal. 239
[2]. Baca Tafsir Ibnu Katsir, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.
238
[3]. Baca Tafsir Ath-Thabari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz 1, hal.
545
[4]. Baca tafsir Bahrul Ulum Lis-Samarqandy, Al-Maktabah Asy-Syamilah,
juz 2, hal. 103
Tidak ada komentar:
Posting Komentar