Al-Baqarah
Ayat 28
Allah menampilkan firman-Nya ayat
28 surat Al-Baqarah ini adalah untuk
menunjukkan keberadaan dan kekuasan-Nya, bahwa Dia-lah sang Maha Pencipta yang
mengatur hamba-hamba-Nya.[1] Allah
beriman :
كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَكُنْتُمْ
أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ
تُرْجَعُونَ
Mengapa kamu kafir kepada Allah,
padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu
dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan?
Awal ayat 28 : كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِاللَّهِ “Mengapa kamu kafir
kepada Allah”. Artinya, mengapa kamu mengingkari keberadaan-Nya
atau menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Pada
awal ayat ini terdapat sebuah pertanyaan yang mengandung makna keheranan dan celaan
serta pengingkaran dari Allah, yaitu bagaimana bisa terjadi kekufuran kepada
Allah yang telah menciptakan kita dari tidak ada, lalu Dia memberikan nikmat dengan
berbagai macam nikmat, kemudian Dia mematikan kita ketika ajal telah tiba, lalu Dia memberikan balasan dalam kubur atas
amal kita sewaktu hidup, kemudian Dia membangkitkan kembali di hari ba’ats (hari kebangkitan) dan berdiri di padang
mahsyar, kemudian kita akan kembali kepada-Nya dengan mendapatkan balasan yang
setimpal di akhirat. Maksudnya, tidak
pantas kita kafir kepada Allah, yang pantas adalah beriman, bertakwa, bersyukur, takut akan adzab-Nya,
dan mengharap ganjaran pahala dari-Nya. [2]
Tengah ayat 28 : وَكُنْتُمْ
أَمْوَاتًا فَأَحْيَاكُمْ
“padahal kamu
tadinya mati, lalu Allah menghidupkan
kamu”. Maksudnya,
dulu kamu tidak ada, lalu Allah mengeluarkan kamu ke dalam wujud (menjadi ada).
Cobalah kita merenung sejenak, kita dari “tidak ada”, lalu menjadi “ada” karena
diciptakan atau diadakan oleh Allah. Kita tidak tahu, dimanakah kita dahulunya tersebar; di dedaunan, di biji-bijian atau di air
mengalir?. Sebagai ciptaan Allah, tidak ada bedanya dengan pepohonan, rerumputan,
serangga yang kemudian dihidupkan-Nya. Terbentuklah air mani dalam Shulbi seorang
ayah, lalu masuk ke rahim seorang ibu, kemudian menjadi segumpal darah, dan darah itu berasal
dari makanan; hormon, kalori dan vitamin. Kemudian dalam rahim seorang ibu
dikandung sekian bulan, lalu diberi akal. Kemudian mengembara di permukaan bumi
berusaha mencukupkan keperluan-keperluan hidupnya. Tidakkah pantas kalau kita
beriman dan bersyukur kepada-Nya?
Pada potongan ayat ini Allah memberikan
informasi bahwa sesungguhnya ada kematian yang pertama, yaitu sewaktu kita
masih belum ada atau sebelum kita diciptakan, dan ada pula kehidupan yang pertama,
yaitu setelah kita ada atau setelah kita diciptakan. Kemudian pada potongan
ayat berikutnya, Allah memberikan informasi lanjutan, bahwa sesungguhnya ada
kematian yang kedua, dan ada pula
kehidupan yang kedua.
Tengah ayat 28 : ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ
يُحْيِيكُمْ “kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali”. Kemudian kita dimatikan kembali untuk yang kedua, nyawa dicabut, dipisahkan dari badan kita.
Badan dikembalikan kepada asalnya. Datang dari tanah dipulangkan ke tanah. Kemudian
dihidupkan
kembali untuk yang kedua pula, Sebab nyawa (roh) yang berpisah dari badan
tadi tidaklah kembali ke tanah, tetapi pulang ke tempat yang hanya diketahui oleh
Allah buat menungggu datangnya hari kiamat. Itulah hidup yang kedua kali; yaitu hidup yang lebih tinggi dan lebih mulia,
sehingga bagi yang beriman tidak ditemukan lagi kesengsaraan dan penderitaan
seperti di jaman hidup yang pertama di dunia.
Pada potongan
ayat ini Allah memberikan informasi kembali kepada kita, bahwa sesungguhnya ada
kematian yang kedua, yaitu ketika kita dimasukkan ke dalam kubur, dan ada pula
kehidupan yang kedua, yaitu setelah dibangkitkan kembali nanti di hari ba’ats.
Membaca ayat di atas menjadi
sangat jelas, bahwa kematian adalah dua kali dan kehidupan adalah dua kali pula. Hal ini senada dengan
firman Allah berikut ini :
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ
وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ
مِنْ سَبِيلٍ
Mereka
menjawab : "Ya Tuhan Kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah
menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka
Adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" (QS. Ghafir
: 11)
Menurut Adh-Dhahhak yang bersumber
dari Ibnu Abbas tentang firman Allah surat Ghafir (Al-Mu’min) ayat 11 ini : Dulu, sebelum
Allah menciptakan kalian, kalian adalah tanah, ini adalah kematian. Kemudian
Allah menghidupkan kalian, sehingga terciptalah kalian, ini adalah kehidupan.
Kemudian Allah mematikan kalian, hingga kalian kembali ke dalam kubur, ini
adalah kematian yang kedua. Selanjutnya Allah membangkitkan (menghidupkan)
kalian kembali di hari ba’ats, ini adalah kehidupan yang kedua. Demikianlah dua
kematian dan dua kehidupan yang dimaksud oleh ayat 28 surat Al-Baqarah ini. Firman Allah yang semakna adalah ayat 26 surat
Al-Jatsiyah :
قُلِ
اللَّهُ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يَجْمَعُكُمْ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ لا رَيْبَ فِيهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Katakanlah:
"Allah-lah yang menghidupkan kalian kemudian mematikan kalian, setelah itu
mengumpulkan kalian pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya; akan
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS.
Al-Jatsiyah : 26)
Akhir ayat 28 : ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ “kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”. Artinya setelah kita dihidupkan kembali, kita dipanggil kembali kehadirat Allah untuk
diperhitungkan, dicocokkan bunyi catatan malaikat dengan perbuatan kita semasa
hidup kita, lalu diputuskan ke tempat mana kita akan dimasukkan, kepada golongan
orang-orang yang berbahagia dalam surga atau kepada golongan orang-orang yang
celaka dalam neraka. Semua orang yang beramal, berbuat atau
bekerja di dunia ini akan mendapatkan balasan dari Allah nanti di hari kiamat sesuai
dengan amalnya. Dan keadilan akan berlaku serta kezaliman
tidak akan ada. Sedang kasih sayang IIahi
telah kita rasakan sejak dari alam fana ini. Kalau kita mendapat celaka, tidak
lain hanyalah karena kesalahan kita sendiri. Begitulah Allah telah membuat rangkaian
hidup yang kita tempuh, maka bagaimana kita bisa kufur terhadap-Nya. Bagaimana
juga kita hendak berbuat sesuka hati dalam kehidupan yang pertama ini? Padahal
kita tidak akan dapat membebaskan diri dari garis yang telah ditentukan-Nya
itu. Padahal Dia tidak pernah menyia-nyiakan kita dalam hidup ini; diutus para
Rasul, diturunkan wahyu, dipaparkan petunjuk agama yang akan menjadi pegangan kita.
Adakah patut, bimbingan dan kasih sayang Allah yang
sedemikian rupa kita ingkari dan kufur kepada-Nya? Ayo tafakkur, pergunakan akal sehat kita; adakah
patut perbuatan kufur itu terjadi?