Menghindari Perbuatan Yang Dilarang Selama Ihram
Hal-hal yang dilarang dalam keadaan ihram haji atau umrah. Larangan ada yang berlau bagi laki-laki, ada yang berlaku bagi perempuan, dan ada pula yang berlaku bagi laki-laki dan perempuan.
Larangan
Bagi Laki-laki
1. Dilarang
memakai pakaian yang berjahit, menutup kepala, memakai alas kaki yang menutupi
mata kaki (khusus bagi pria). Hal ini berdasarkan pada hadits Nabi :
حَدَّثَنَا
آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ
رَجُلًا سَأَلَهُ مَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ فَقَالَ لَا يَلْبَسُ الْقَمِيصَ وَلَا
الْعِمَامَةَ وَلَا السَّرَاوِيلَ وَلَا الْبُرْنُسَ وَلَا ثَوْبًا مَسَّهُ
الْوَرْسُ أَوْ الزَّعْفَرَانُ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسْ
الْخُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى يَكُونَا تَحْتَ الْكَعْبَيْنِ. (رواه
البخاري : 131-صحيح
البخاري- المكتبة الشاملة-بَاب
من اجاب السائل بأكثر مما سأله– الجزء : 1-صفحة : 228)
Telah menceritakan kepada kami Adam, ia
berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b, dari Nafi', dari Ibnu
'Umar, dari Nabi saw, dan dari Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu 'Umar, dari Nabi
saw, bahwa ada seorang laki-laki bertanya : "Apa yang harus dikenakan oleh orang yang
melakukan ihram?" Beliau menjawab : "Ia tidak boleh memakai baju
kurung, sorban (topi), celana panjang, mantel, atau pakaian yang diberi minyak
wangi atau za'faran. Jika dia tidak mendapatkan sandal, maka ia boleh
mengenakan sepatu dengan memotongnya hingga di bawah mata kaki." (HR.Bukhari : 131, Shahih
Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Man ajaabas sail bi aktsra mimmaa sa-alahuu, , juz: 1, hal.228)
حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ
أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَأَلَ رَجُلٌ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا يَلْبَسُ الْمُحْرِمُ فَقَالَ لَا
يَلْبَسُ الْقَمِيصَ وَلَا السَّرَاوِيلَ وَلَا الْبُرْنُسَ وَلَا ثَوْبًا مَسَّهُ
الزَّعْفَرَانُ وَلَا وَرْسٌ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ النَّعْلَيْنِ فَلْيَلْبَسْ
الْخُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْهُمَا حَتَّى يَكُونَا أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ. (رواه البخاري : 353-صحيح البخاري- المكتبة الشاملة-بَاب الصلاة في القميص
والسراويل– الجزء : 2-صفحة : 105)
Telah menceritakan kepada kami 'Ashim bin
'Ali, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b, dari
Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu 'Umar, ia berkata : "Ada seseorang
bertanya kepada Rasulullah saw, "Apa
yang harus dikenakan oleh seseorang saat ihram?" Rasulullah saw, menjawab :
"Dia tidak boleh mengenakan baju kurung, celana, mantel dan tidak boleh
pula pakaian yang diberi minyak wangi atau wewangian dari daun tumbuhan. Dan
siapa yang tidak memiliki sandal, ia boleh mengenakan sepatu tapi hendaklah
dipotong hingga berada dibawah mata kaki." (HR.Bukhari : 353, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Ash-Shalatu fil-Qamish Wassaraawil, juz: 2,
hal. 105)
2. Dilarang
menutup kepala. Seseorang yang sedang melakukan ihram tidak
dibolehkan menutup kepalanya (khusun bagi pria). Hal ini berdasarkan hadist
Ibnu Abbas berikut tentang orang yang mati dalam keadaan berihram :
وَلَا
تُخَمِّرُوا رَأْسَهُ
dan
jangan pula diberi tutup kepala (sorban/peci)
حَدَّثَنَا
أَبُو النُّعْمَانِ أَخْبَرَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ سَعِيدِ
بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ أَنَّ رَجُلًا وَقَصَهُ بَعِيرُهُ وَنَحْنُ
مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُحْرِمٌ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْسِلُوهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ
وَكَفِّنُوهُ فِي ثَوْبَيْنِ وَلَا تُمِسُّوهُ طِيبًا وَلَا تُخَمِّرُوا رَأْسَهُ فَإِنَّ
اللَّهَ يَبْعَثُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلَبِّيًا. (رواه البخاري : 1188-صحيح البخاري- المكتبة الشاملة-بَاب كيف يكفن المحرم– الجزء : 5-صفحة : 4)
Telah
menceritakan kepada kami Abu An-Nu'man, telah mengabarkan kepada kami Abu
'Awanah, dari Abu Bisyir, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu 'Abbas Ram; Bahwa ada
seorang laki-laki yang sedang berihram dijatuhkan oleh untanya yang saat itu
kami sedang bersama Nabi saw. Maka Nabi saw
berkata : "Mandikanlah dia dengan air yang dicampur daun bidara dan
kafanilah dengan dua helai kain dan janganlah diberi wewangian dan jangan pula
diberi tutup kepala (sorban) karena dia nanti akan dibangkitkan pada hari
qiyamat dalam keadaan bertalbiyyah. (HR.Bukhari : 1188, Shahih
Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab
Kaifa yukfanul muhrimu, juz: 5, hal. 4)
Larangan Bagi Wanita
3.
Dilarang menutup muka dan memakai sarung tangan yang
menutup telapak tangannya (khusus bagi wanita). Hal
ini berdasarkan hadist Ibnu Umar tentang pakaian orang yang dalam keadaan berihram :
وَلَا تَنْتَقِبْ
الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ وَلَا تَلْبَسْ الْقُفَّازَيْنِ
Dan wanita yang sedang ihram tidak
boleh memakai cadar (penutup wajah) dan sarung tangan
حَدَّثَنَا
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ حَدَّثَنَا نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَامَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَاذَا تَأْمُرُنَا أَنْ نَلْبَسَ مِنْ الثِّيَابِ فِي
الْإِحْرَامِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
تَلْبَسُوا الْقَمِيصَ وَلَا السَّرَاوِيلَاتِ وَلَا الْعَمَائِمَ وَلَا
الْبَرَانِسَ إِلَّا أَنْ يَكُونَ أَحَدٌ لَيْسَتْ لَهُ نَعْلَانِ فَلْيَلْبَسْ
الْخُفَّيْنِ وَلْيَقْطَعْ أَسْفَلَ مِنْ الْكَعْبَيْنِ وَلَا تَلْبَسُوا شَيْئًا
مَسَّهُ زَعْفَرَانٌ وَلَا الْوَرْسُ وَلَا تَنْتَقِبْ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ
وَلَا تَلْبَسْ الْقُفَّازَيْنِ. (رواه البخاري :1707-صحيح البخاري- المكتبة
الشاملة-بَاب ما ينهى من الطيب للمحرم– الجزء : 6-صفحة : 374)
Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin
Yazid, telah mengabarkan kepada kami Al Laits, telah menceritakan kepada kami
Nafi', dari 'Abdullah bin 'Umar ra, ia berkata : Seorang laki-laki datang
lalu berkata: "Wahai Rasulullah, pakaian apa yang baginda perintahkan
untuk kami ketika ihram)?. Nabi saw, menjawab: "Janganlah kalian
mengenakan baju kurung, celana, sorban, mantel (pakaian yang menutupi kepala)
kecuali seseorang yang tidak memiliki sandal, hendaklah dia mengenakan sapatu
tapi dipotongnya hingga berada dibawah mata kaki dan jangan pula kalian memakai
pakaian yang diberi minyak wangi atau wewangian dari daun tumbuhan. Dan wanita
yang sedang ihram tidak boleh memakai cadar (penutup wajah) dan sarung
tangan". (HR.Bukhari : 1188, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Kaifa yukfanul
muhrimu, juz: 5, hal. 4)
Larangan Bagi Laki-Laki Dan Wanita
4.
Dilarang memakai wewangian. Seseorang yang sudah berniat
ihram dilarang menggunakan wewangian di bagian tubuhnya atau di pakaiannya
(bagi pria dan wanita), berdasarkan hadits Bukhari pada larangan kedua di atas:
وَلَا تُمِسُّوهُ طِيبًا
Janganlah
diberi wewangian
5.
Dilarang
mencukur rambut. Seseorang yang melaksanakan ihram
tidak boleh mencukur/menggunting rambut atau
bulu badan lainnya walaupun sedikit. Hal ini berdasarkan firman Allah swt :
وَلَا
تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ
Dan
jangan kamu mencukur kepalamu (QS. Al-Baqarah : 196)
6.
Dilarang memotong kuku. Larangan ini diqiaskan kepada
larangan menghilangkan/mencukur rambut.[1]
Mencukur
rambut karena ada uzur seperti sakit diperbolehkan, tetapi wajib membayar
fidyah. Firman Allah :
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ بِهِ
أَذًى مِنْ رَأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ نُسُكٍ
Jika
ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur),
maka wajiblah atasnya berfid-yah, Yaitu: berpuasa atau bersedekah atau
berkorban. (QS.Al-Baqarah : 196)
Dan
juga berdasarkan pada Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا
عَفَّانُ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا خَالِدٌ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قَالَ أَتَى
عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَمَنَ
الْحُدَيْبِيَةِ وَأَنَا كَثِيرُ الشَّعْرِ فَقَالَ كَأَنَّ هَوَامَّ رَأْسِكَ
تُؤْذِيكَ فَقُلْتُ أَجَلْ قَالَ فَاحْلِقْهُ وَاذْبَحْ شَاةً أَوْ صُمْ ثَلَاثَةَ
أَيَّامٍ أَوْ تَصَدَّقْ بِثَلَاثَةِ آصُعٍ مِنْ تَمْرٍ بَيْنَ سِتَّةِ مَسَاكِينَ. (رواه
احمد : 17419–مسند
احمد- المكتبة الشاملة- باب حديث كعب بن عجرة- الجزء : 37-صفحة : 74)
Telah menceritakan kepada kami
Affan, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami
Khalid, dari Abu Qilabah, dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari Ka'ab bin Ujrah,
ia berkata : "Rasulullah saw, mendatangiku pada saat perjanjian
Hudaibiyah. Waktu itu saya memiliki rambut yang panjang, maka beliau berkata:
"Sepertinya kutu pada rambut kepalamu telah melukaimu." Saya menjawab,
"Benar." Beliau lalu bersabda: "Cukurlah rambutmu. Kemudian
sembelihlah seekor kambing, atau kamu berpuasa tiga hari, atau bersedekah
sebanyak tiga sha' kurma untuk dibagikan kepada enam orang miskin." (HR.
Ahmad : 17419, Musnad Ahmad, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Hadits Kaab bin
Ujrah, juz : 30, hal. 303)
7. Dilarang
melangsungkan pernikahan, baik untuk dirinya, atau bertindak sebagai wali atau
sebagai saksi dan juga dilarang meminang. Hal ini berdasarkan pada hadits Nabi
berikut :
حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ نُبَيْهِ
بْنِ وَهْبٍ أَنَّ عُمَرَ بْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ أَرَادَ أَنْ يُزَوِّجَ طَلْحَةَ
بْنَ عُمَرَ بِنْتَ شَيْبَةَ بْنِ جُبَيْرٍ فَأَرْسَلَ إِلَى أَبَانَ بْنِ
عُثْمَانَ يَحْضُرُ ذَلِكَ وَهُوَ أَمِيرُ الْحَجِّ فَقَالَ أَبَانُ سَمِعْتُ
عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ يَقُولُا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَا يَنْكِحُ الْمُحْرِمُ وَلَا يُنْكَحُ وَلَا يَخْطُبُ. (رواه
مسلم :
2522 – صحيح
مسلم - المكتبة الشاملة- باب تحريم نكاح المحرم وكراه خطبته- الجزء :
7-صفحة : 214)
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, dia berkata;
Saya membaca di hadapan Malik, dari Nafi', dari Nubaih bin Wahb, bahwa Umar
bin Ubaidillah hendak menikahkan Thalhah bin Umar dengan putri Syaibah bin
Jubair, lantas dia mengutus seseorang kepada Aban bin Utsman agar dia bisa
hadir (dalam pernikahan), padahal dia sedang memimpin Haji, lantas Aban berkata;
Saya pernah mendengar Utsman bin Affan berkata; Rasulullah saw, bersabda: "Orang yang sedang
berihram tidak diperbolehkan untuk menikahkan, dinikahkan dan meminang."
(HR.
Muslim : 2522, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab tahriimu nikaahil
muhrim wa karahatu khithbatihi, juz : 7,
hal. 214)
و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَقُولُ:لَا يَنْكِحُ الْمُحْرِمُ وَلَا يَخْطُبُ عَلَى
نَفْسِهِ وَلَا عَلَى غَيْرِهِ.(رواه مالك : 681- موطأ
مالك-المكتبة الشاملة-باب نكاح
المحرم- الجزء: 3-صفحة: 46)
Telah
menceritakan kepadaku dari Malik, dari Nafi', bahwa Abdullah bin 'Umar, ia
berkata : "Orang yang sedang ihram tidak boleh menikah, meminang untuk
dirinya sendiri, atau meminang untuk orang lain." (HR. Malik :
681, Muwatha’ Malik, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Nikaahul muhrim, juz : 3, hal. 46)
8. Dilarang
mengganggu pepohonan yang tumbuh di Makkah, tidak boleh dipotong
rumputnya dan tidak boleh ditebang pohonnya, berdasarkan hadits berikut :
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا خَالِدٌ
عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ مَكَّةَ فَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ
قَبْلِي وَلَا تَحِلُّ لِأَحَدٍ بَعْدِي وَإِنَّمَا أُحِلَّتْ لِي سَاعَةً مِنْ
نَهَارٍ لَا يُخْتَلَى خَلَاهَا وَلَا يُعْضَدُ شَجَرُهَا وَلَا يُنَفَّرُ
صَيْدُهَا وَلَا تُلْتَقَطُ لُقَطَتُهَا إِلَّا لِمُعَرِّفٍ. (رواه
البخاري : 1702-صحيح
البخاري- المكتبة الشاملة-بَاب
ما ينهى لا ينفر صيد المحرم– الجزء : 6-صفحة : 365)
Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Al-Mutsanna, telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahhab, telah
menceritakan kepada kami Khalid dari 'Ikrimah, dari Ibnu 'Abbas ra, dari Nabi saw, bersabda : "Allah telah mengikrarkan
kesucian kota Makkah, maka tidak dihalalkan buat seorang pun sebelum dan tidak
dihalalkan pula buat seorangpun susudahku. Sesungguhnya pernah dihalalkan
buatku sesaat dalam suatu hari. (Karenanya di Makkah) tidak boleh dipotong rumputnya
dan tidak boleh ditebang pohonnya dan tidak boleh diburu hewan buruannya dan
tidak ditemukan satupun barang temuan kecuali harus dikembalikan kepada yng
mengenalnya (pemiliknya) ". (HR.Bukhari : 1702, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Maa yunhaa laa
yunaffaru shaidul muhrim, juz: 6, hal.
365)
9.
Dilarang
membunuh binatang buruan, berdasarkan firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا
تَقْتُلُوا الصَّيْدَ وَأَنْتُمْ حُرُم.......
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh
binatang buruan, ketika kamu sedang ihram…. (QS.Al-Maidah : 95)
.....وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا
دُمْتُمْ حُرُمًا.....
….. dan diharamkan
atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram.....
(QS.Al-Maidah : 96)
10.
Dilarang hubungan biologis atau berlaku maksiat dan
bertengkar, berdasarkan firman Allah :
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ
فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ
(Musim) haji adalah beberapa bulan
yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats (mengeluarkan perkataan yang
menimbulkan berahi yang tidak senonoh atau bersetubuh), berbuat Fasik (maksiat)
dan berbantah-bantahan (bertengkar) di dalam masa mengerjakan haji. (QS.Al-Baqarah : 197)
[1]. Baca Fiqih Islam oleh H. Sulaiman Rasjid, PT. Sinar Baru
Algensindo, Bandung, tahun 1998, cetakan ke -32, hal. 266
Tidak ada komentar:
Posting Komentar