PUASA
Puasa
merupakan salah satu rukun Islam yang dilaksanakan oleh kaum muslimin di
seluruh dunia. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى قَالَ أَخْبَرَنَا
حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ
الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ. (رواه البخاري : 7 –صحيح البخاري - المكتبة الشاملة – باب بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ –
الجزء : 1 – صفحة : 11)
Telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa dia berkata, telah mengabarkan
kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan, dari 'Ikrimah bin Khalid, dari Ibnu Umar
berkata: Rasulullah saw, bersabda: "Islam
dibangun diatas lima (landasan); persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
haji dan puasa Ramadlan". (HR.Bukhari : 7, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab buniyal islaamu ‘alaa khamsin, juz : 1, hal.
11)
Puasa adalah zakat
tubuh dan setengah dari kesabaran
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
الْمُبَارَكِ ح و حَدَّثَنَا مُحْرِزُ بْنُ سَلَمَةَ الْعَدَنِيُّ حَدَّثَنَا
عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ جَمِيعًا عَنْ مُوسَى بْنِ عُبَيْدَةَ عَنْ
جُمْهَانَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكُلِّ شَيْءٍ
زَكَاةٌ وَزَكَاةُ الْجَسَدِ الصَّوْمُ زَادَ مُحْرِزٌ فِي حَدِيثِهِ وَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصِّيَامُ نِصْفُ الصَّبْر. (رواه ابن ماجه : 1735 – سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة – باب فى الصوم زكاة الجسد – الجزء : 5 –
صفحة : 283)
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan
kepada kami Abdullah bin Al Mubarak. (dalam jalur lain disebutkan) Telah
menceritakan kepada kami Muhriz bin Salamah Al 'Adani berkata, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad, dari Musa bin Ubaidah, dari
Jumhan, dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah saw, bersabda : "Setiap sesuatu itu ada
zakatnya, dan zakatnya tubuh adalah berpuasa." Dalam haditsnya Muhriz
menambahkan, Rasulullah saw, bersabda:
"Puasa adalah setengah dari kesabaran." (HR.Ibnu Majah
: 1735, sunan Ibnu Majah, , Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Fish-Shawmi zakaatul jasadi, juz : 5, hal. 283)
Allah swt.
telah mewajibkan puasa kepada kaum yang beriman, sebagaimana telah diwajibkan
atas kaum sebelum Nabi Muhammad saw. Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.(QS. Al-Baqarah: 183)
Puasa ternyata
bukan hanya diwajibkan bagi umat Nabi Muhammad saw. Sejarah telah mencatat, bahwa sebelum
kedatangan Nabi Muhammad saw, pun puasa telah diwajibkan bagi umat dan Nabi-Nabi
sebelumnya, sejak Nabi Adam hingga hari ini.[1] Bentuk
puasa Nabi Adam adalah larangan memakan buah khuldi, sebagaimana firman Allah :
وَقُلْنَا يَا
آَدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ
شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan Kami berfirman: "Hai
Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya
yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati
pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (QS.
Al-Baqarah: 35)
Larangan
mendekati pohon pada ayat di atas mengandung arti bahwa memakannya sangat dilarang, (dekat saja
dilarang apalagi memakannya). Larangan memakan dapat dipahami sebagai bentuk puasa pada waktu itu. Ibnu
Katsir dalam tafsirnya mengatakan, sejak Nabi Nuh puasa disyariatkan tiga hari
setiap bulannya.[2] Nabi
Musa as pernah berpuasa 40 hari,[3] dan
beliau juga berpuasa sebagai tanda rasa syukur kepada Allah karena
dimenangkan atas Fir’aun bersama kaumnya.
Malah masyarakat Yahudi yang tinggal di Madinah turut mengamalkan puasa ‘Asyura.
حَدَّثَنِي ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ
أَبِيهِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ
صِيَامًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُومُونَهُ
فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ أَنْجَى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَقَوْمَهُ
وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُومُهُ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَحْنُ أَحَقُّ
وَأَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.(رواه مسلم : 1911- صحيح مسلم –المكتبة الشاملة - بَاب صَوْمِ
يَوْمِ عَاشُورَاءَ– الجزء :5– صفحة : 473)
Telah menceritakan kepadaku Ibnu
Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ayyub, dari Abdullah bin
Sa'id bin Jubair, dari bapaknya, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah saw
mendatangi kota Madinah, lalu didapati orang Yahudi berpuasa pada hari
‘Asyura’. Maka beliau saw bertanya kepada mereka : Hari apakah ini hingga
kalian berpuasa? Mereka menjawab : Hari ini adalah hari yang agung, yaitu hari
yang Allah memenangkan Musa bersama kaumnya dan menenggelamkan Fir’aun bersama
kaumnya. (Karena itu), Musa berpuasa sebagai tanda rasa syukur, lalu
kami-pun berpuasa. Maka Rasulullah saw bersabda : Kami lebih berhak dan lebih
pantas untuk memuliakan Musa daripada kalian. Kemudian beliau saw berpuasa dan
memerintahkan berpuasa pada hari itu. (HR.Muslim : 1911, Shahih Muslim,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab puasa hari ‘Asyura, juz : 5, hal. 473)
Nabi
Daud as sehari berpuasa dan sehari berbuka
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ
عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ الثَّقَفِيِّ سَمِعَ عَبْدَ
اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ
دَاوُدَ كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا وَأَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى
اللَّهِ صَلَاةُ دَاوُدَ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ
وَيَنَامُ سُدُسَهُ. (رواه البخاري : 3167 –صحيح البخاري - المكتبة الشاملة – باب أَحَبُّ
الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ – الجزء : 11 – صفحة : 230)
Telah bercerita kepada kami
Qutaibah bin Sa'id telah bercerita kepada kami Sufyan dari 'Amru bin Dinar dari
'Amru bin Aus ast-Tasaqafiy dia mendengar 'Abdullah bin 'Amru berkata;
Rasulullah saw, berkata kepadaku : "Puasa
yang paling Allah cintai adalah puasa Nabi Daud as, yaitu dia berpuasa satu hari dan berbuka satu
hari dan shalat yang paling Allah sukai adalah shalatnya Nabi Daud as, pula, yaitu dia tidur hingga pertengahan
malam, lalu bangun mendirikan shalat pada sepertiga malam dan tidur lagi di
akhir seperenam malamnya".(HR.Bukhari : 3167, Shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Ahabbushshalaati ilallaahi whalaatu dawud, juz : 11, hal.
230)
Maryam berpuasa tidak bicara
فَكُلِي
وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي
إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا
Maka makan, minum dan bersenang
hatilah kamu. jika kamu melihat seorang manusia, maka Katakanlah:
"Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha
pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada
hari ini. (QS.Maryam : 26)
Nabi Zakaria berpuasa tidak bercakap-cakap
قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي آَيَةً قَالَ آَيَتُكَ
أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَ لَيَالٍ سَوِيًّا
Zakaria
berkata : "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda". Tuhan berfirman:
"Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan
manusia selama tiga malam, Padahal kamu sehat".(QS.Maryam : 10)
Nabi Muhammad
saw. sendiri sebelum datang perintah puasa Ramadhan telah mengamalkan puasa tiga hari setiap
bulan dan turut mengamalkan puasa Asyura yang jatuh pada hari ke 10 bulan
Muharram.[4] Orang
Kristen juga berpuasa yang dikenal dengan puasa besar sebelum hari paskah.
Orang Hindu mempunyai puasa, demikian pula penganut agama Budha berpuasa sehari
semalam, tetapi boleh minum.[5]
Begitu pula,
binatang dan tumbuh-tumbuhan melakukan puasa demi kelangsungan hidupnya. Selama
mengerami telur, ayam harus berpuasa. Demikian pula ular, berpuasa baginya
untuk menjaga struktur kulitnya agar tetap keras terlindung dari sengatan
matahari dan duri hingga ia tetap mampu melata di bumi. Ulat-ulat pemakan daun
pun berpuasa, jika tidak ia tidak akan menjadi kupu-kupu dan menyerbuk
bunga-bunga. Ternyata puasa sudah menjadi bagian yang sedemikian dekatnya
dengan kehidupan makhluk-makhluk Allah di muka bumi ini. Tidak heran jika kemudian puasa menjadi hal
yang lazim di tengah masyarakat.
DEFINISI PUASA
Puasa menurut bahasa adalah menahan diri dari segala
sesuatu, seperti menahan makan, minum, nafsu, bicara dan perbuatan. Puasa dalam
arti tidak berbicara digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya :
إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ
أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا
"Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha pemurah, maka aku tidak akan berbicara
dengan seorang manusiapun pada hari ini. (QS.Maryam : 26)
Sedangkan puasa menurut istilah
adalah menahan dari hal-hal yang membatalkan puasa dimulai sejak dari terbit
fajar hingga terbenam matahari yang disertai dengan niat dan adanya beberapa
syarat. Firman Allah :
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ
مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى
اللَّيْلِ
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari
benang hitam, Yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam.(QS.Al-Baqarah
: 187)
Dalam
suatu riwayat Rasulullah saw bersabda
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو كُرَيْبٍ وَابْنُ
نُمَيْرٍ وَاتَّفَقُوا فِي اللَّفْظِ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ
و قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي و قَالَ أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو
أُسَامَةَ جَمِيعًا عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَاصِمِ بْنِ
عُمَرَ عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ وَأَدْبَرَ النَّهَارُ وَغَابَتْ الشَّمْسُ
فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ. (رواه مسلم : 1841 – صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب بيان وقت انقضاء الصوم – الجزء : 5 – صفحة : 394)
Telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya, Abu Kuraib dan Ibnu Numair -mereka
semua sepakat mengenai lafazhnya- Yahya berkata, telah mengabarkan kepada kami
Abu Mu'awiyah -sementara Ibnu Numair berkata- telah menceritakan kepada kami
bapakku -sementara Abu Kuraib berkata- telah menceritakan kepada kami Abu
Usamah semuanya, dari Hisyam bin Urwah, dari bapaknya, dari Ashim bin Umar,
dari Umar ra, ia berkata; Rasulullah saw,
bersabda: "Apabila malam telah datang, siang telah hilang, dan
matahari telah terbenam, maka seorang yang berpuasa sungguh sudah boleh
berbuka." (HR.Muslim : 1841, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab
bayaanu waqti inqidhaaish shawmi, juz : 5, hal. 394)
[1].Syihabuddin Mahmud bin Abdillah Al-Husaini Al-Alusi, tafsir
Al-Alusi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 2, hal. 121
[2]. Abu Al-Fida’ Isma’il bin Umar bin Katsir Al-Qurasyi Ad-Damisyqi,
Al-Maktabah Asy-Syamilah, juz : 1, hal. 497
[3]. Hamka. Prof.Dr. Tafsir Al-Azhar, Panji Masyarakat, Jakarta, juz
2, hal. 128
[4]. Abu Ja’fat Ath-Thabari, tafsir Ath-Thabari, Al-Maktabah
Asy-Syamlaiah, juz : 3, hal. 414
[5]. Hamka. Prof.Dr. Tafsir
Al-Azhar, Op Cit, hal. 128
Tidak ada komentar:
Posting Komentar