ORANG YANG TIDAK BERHAK MENERIMA
ZAKAT
Golongan atau orang yang berhak menerima zakat telah kita
bahas; kini kita bahas golongan atau orang yang tidak berhak menerimanya, yaitu
:
1.
Keluarga Rasulullah Saw
Rasulullah saw
beserta keluarganya tidak boleh menerima
sedekah wajib (zakat) berdasarkan pernyataan tegas dari beliau saw :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ حَدَّثَنَا ابْنُ
الْمُبَارَكِ عَنْ يُونُسَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ
بْنِ نَوْفَلٍ عَنْ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ الْحَارِثِ أَنَّهُ
هُوَ وَالْفَضْلُ أَتَيَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِيُزَوِّجَهُمَا وَيَسْتَعْمِلَهُمَا عَلَى الصَّدَقَةِ فَيُصِيبَانِ مِنْ ذَلِكَ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ هَذِهِ الصَّدَقَةَ إِنَّمَا هِيَ
أَوْسَاخُ النَّاسِ وَإِنَّهَا لَا تَحِلُّ لِمُحَمَّدٍ وَلَا لِآلِ مُحَمَّدٍ.....(رواه
احمد : 16863 – مسند احمد – المكتبة الشاملة – باب
حديث عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ رَبِيعَةَ بْنِ الْحَارِثِ – الجزء : 53 – صفحة :
386)
Telah menceritakan kepada kami
Yahya bin Adam, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, dari Yunus, dari
Zuhri, dari Abdullah bin Harits bin Naufal dari, Abdul Muthalib bin Rabi'ah bin
Harits, bahwa ia bersama Al-Fadll mendatangi Rasulullah saw agar beliau mau
menikahkan mereka dan memperkejakan keduanya untuk mengurusi sedekah (zakat)
hingga mereka mendapatkan upah. Rasulullah saw
bersabda : "Sesungguhnya harta sedekah (zakat) ini adalah
kotoran manusia. Dan sedekah itu tidak halal bagi Muhammad dan keluarganya."
(HR.Ahmad
: 16863, Musnad Ahmad, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab hadits Abdul Muthalib bin
Rabi'ah bin Harits, juz : 53, hal. 386)
Suatu ketika
Hasan bin 'Ali mengambil kurma zakat, lalu ia memasukkan ke mulutnya, maka Nabi
saw menegurnya agar ia mengeluarkan kurma itu dari mulutnya, karena beliau
beserta keluarganya tidak boleh memakan harta zakat, sebagaimana yang tergambar
dalam hadits berikut :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيٍّ أَخَذَ تَمْرَةً
مِنْ تَمْرِ الصَّدَقَةِ فَجَعَلَهَا فِي فِيهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْفَارِسِيَّةِ كِخْ كِخْ أَمَا تَعْرِفُ أَنَّا لَا نَأْكُلُ
الصَّدَقَةَ. (رواه البخاري : 2843 - صحيح البخاري - المكتبة الشاملة – باب
من تكلم بالفارسية والرطانة – الجزء : 10– صفحة : 298)
Telah bercerita kepada kami
Muhammad bin Basysyar, telah bercerita kepada kami Ghundar, telah bercerita
kepada kami Syu'bah, dari Muhammad bin Ziyad, dari Abu Hurairah ra, bahwa Al Hasan bin 'Ali mengambil sebutir
kurma dari kurma-kurma (zakat) shadaqah, (lalu ia masukkan) ke dalam mulutnya,
maka Nabi saw bersabda dengan
menggunakan bahasa Persia : "Hei, hei. Tidak tahukah kamu bahwa
kita dilarang memakan shadaqah (zakat)". (HR.Bukhari :
2843, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab man takallama bil-Faarisiyyati warathaanati,
juz : 10, hal. 298)
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ زِيَادٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ أَخَذَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُمَا تَمْرَةً مِنْ تَمْرِ الصَّدَقَةِ فَجَعَلَهَا فِي فِيهِ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كِخْ كِخْ لِيَطْرَحَهَا
ثُمَّ قَالَ أَمَا شَعَرْتَ أَنَّا لَا نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ. (رواه البخاري : 1396 - صحيح البخاري -
المكتبة الشاملة – باب ما يذكر فى الصدقة للنبي صلى الله عليه وسلم– الجزء : 5–
صفحة : 348)
Telah menceritakan kepada kami
Adam, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ziyad berkata; Aku mendengar Abu Hurairah ra berkata; "Suatu
hari Al Hasan bin 'Ali ra, mengambil
kurma dari kurma-kurma shadaqah (zakat) lalu memasukkannya ke dalam mulutnya,
maka Nabi saw bersabda: "Hei,
hei". Maksudnya supaya ia membuangnya dari mulutnya. Selanjutnya beliau
bersabda: "Tidakkah kamu menyadari bahwa kita tidak boleh memakan zakat".(HR.Bukhari :
1396, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab fimaa yadzkuru fishshadqati Linnabiyi saw, juz : 5, hal. 348)
Dalam riwayat lain, Nabi saw bersabda :
حَدَّثَنَا مُحَمّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْحَكَمِ عَنْ ابْنِ أَبِي
رَافِعٍ عَنْ أَبِي رَافِعٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا مِنْ بَنِي مَخْزُومٍ عَلَى
الصَّدَقَةِ فَقَالَ لِأَبِي رَافِعٍ اصْحَبْنِي كَيْمَا تُصِيبَ مِنْهَا فَقَالَ
لَا حَتَّى آتِيَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْأَلَهُ
فَانْطَلَقَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلَهُ
فَقَالَ إِنَّ الصَّدَقَةَ لَا تَحِلُّ لَنَا وَإِنَّ
مَوَالِيَ الْقَوْمِ مِنْ أَنْفُسِهِمْ. (رواه الترمذي : 593 – سنن الترمذي – المكتبة الشاملة – باب ما جاء في
كراهية الصدقة للنبي صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – الجزء : 3 – صفحة
: 63)
Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Al Mutsanna dia berkata, telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al Hakam, dari Ibnu
Abu Rafi', dari Abu Rafi', bahwasannya Nabi saw
mengutus seseorang dari bani Makhzum untuk mengambil zakat, lalu dia
berkata kepada Abu Rafi', temanilah saya supaya kamu juga dapat bagian darinya.
Abu Rafi' berkata, tunggu sampai saya bertanya kepada Rasulullah saw, lalu dia
pergi bertanya kepada Nabi saw. Beliau menjawab : "Sesunguhnya zakat tidak
halal bagi kami, dan sesungguhnya budak-budak suatu kaum merupakan bagian dari
mereka." (HR.Tirmidzi
: 593, Sunan Tirmidzi, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab maa jaa-a fii karaahiyatishshadaqati LInnabiyyi, juz : 3,
hal. 63)
حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ
الضُّبَعِيُّ حَدَّثَنَا جُوَيْرِيَةُ عَنْ مَالِكٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَنَّ
عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نَوْفَلِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ عَبْدِ
الْمُطَّلِبِ حَدَّثَهُ أَنَّ عَبْدَ الْمُطَّلِبِ بْنَ رَبِيعَةَ بْنِ الْحَارِثِ
حَدَّثَهُ قَالَ اجْتَمَعَ رَبِيعَةُ بْنُ الْحَارِثِ وَالْعَبَّاسُ بْنُ عَبْدِ
الْمُطَّلِبِ فَقَالَا وَاللَّهِ لَوْ بَعَثْنَا هَذَيْنِ الْغُلَامَيْنِ قَالَا
لِي وَلِلْفَضْلِ بْنِ عَبَّاسٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَكَلَّمَاهُ فَأَمَّرَهُمَا عَلَى هَذِهِ الصَّدَقَاتِ.....
قَالَ إِنَّ الصَّدَقَةَ لَا تَنْبَغِي لِآلِ
مُحَمَّدٍ إِنَّمَا هِيَ أَوْسَاخُ النَّاسِ.....(رواه مسلم : 1784 – صحيح مسلم - المكتبة الشاملة –
باب ترك استعمال آل النبي على الصدقة –
الجزء : 5– صفحة : 322)
Telah menceritakan kepadaku
Abdullah bin Muhammad bin Asma Adl Dluba'i, telah menceritakan kepada kami
Juwairiyah, dari Malik, dari Az Zuhri bahwa Abdullah bin Abdullah bin Naufal
bin Al Harits bin Abdul Muthalib telah menceritakan kepadanya bahwa Abdul
Muthallib bin Rabi'ah bin Al Harits telah menceritakan kepadanya, ia berkata;
Rabi'ah bin Al Harits dan Al Abbas bin Abdul Muthalib, maka keduanya berkata,
"Demi Allah, sebaiknya kita utus dua anak ini (kata Abdul Muthalib bin
Rabi'ah. Dua anak tersebut adalah aku dan Al Fadl bin Abbas) kepada Rasulullah
saw, agar keduanya memohon kepada beliau untuk diperintahkan memungut zakat......Rasulullah
saw bersabda: "Sesungguhnya sedekah
(zakat) itu tidak boleh (tidak diperkenankan) untuk
keluarga Muhammad, karena Zakat adalah kotoran manusia.” (HR. Muslim :
1784, Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab tarki isti’maali
aalinnabiyyi ‘alashshadaqati, juz : 5, hal. 322)
Dalam Syarah
Shahih Muslim Imam Nawawi menegaskan, hadits ini sebagai dalil bahwa keluarga
Nabi saw haram menerima zakat karena mereka itu mulia dan suci dari kotoran,
sedangkan zakat berfungsi sebagai pembersih.
Firman Allah :
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً
تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا ....
Ambillah
sedekah (zakat) dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.
(QS.At-Taubah : 103)[1]
Ulama’
berbeda pendapat mengenai sedekah sunat, apakah halal atau haram bagi mereka? [2]
1.
Imam Asy-Syaukani menyimpulkan dari zahirnya sabda Nabi, bahwa
zakat (sedekah) tidak halal bagi Nabi saw dan keluarganya, baik yang fardhu
maupun yang tathawwu’ (sunat). Sekelompok ulama, diantaranya Al-Khathabi mengatakan,
terdapat ijma’ mengharamkan kedua-duanya bagi Nabi saw.
2.
Adapun keluarga Nabi saw menurut kebanyakan mazhab
Hanafi, Syafi’i dan Hanbali, mereka boleh menerima sedekah sunat dan tidak
boleh menerima sedekah wajib (zakat).
2. Orang Kaya
Orang kaya
adalah orang yang wajib menunaikan zakat. Oleh karenanya dia tidak berhak
menerima zakat. Rasulullah saw bersabda
:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ
عَدِيِّ بْنِ الْخِيَارِ قَالَ أَخْبَرَنِي رَجُلَانِ أَنَّهُمَا أَتَيَا
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ وَهُوَ
يُقَسِّمُ الصَّدَقَةَ فَسَأَلَاهُ مِنْهَا فَرَفَعَ فِينَا الْبَصَرَ وَخَفَضَهُ
فَرَآنَا جَلْدَيْنِ فَقَالَ إِنَّ شِئْتُمَا أَعْطَيْتُكُمَا وَلَا حَظَّ فِيهَا لِغَنِيٍّ وَلَا لِقَوِيٍّ
مُكْتَسِبٍ. (رواه ابو داود : 1391 – سنن ابو داو - –
المكتبة الشاملة – باب من يعطى من الصدقة وحد الغنى - الجزء : 4 –
صفحة : 439)
Telah menceritakan kepada Kami
Musaddad, telah menceritakan kepada Kami Isa bin Yunus, telah menceritakan
kepada Kami Hisyam bin 'Urwah, dari ayahnya, dari Ubaidillah bin Adi bin Al
Khiyar berkata; telah telah mengabarkan kepadaku dua orang yang telah menemui
Rasulullah saw pada waktu haji wada'
sementara beliau sedang membagikan zakat, mereka berdua meminta kepada beliau
sebagian dari zakat tersebut, lalu beliau mengangkat pandangannya kepada kami
lalu menundukkannya dan beliau melihat kami adalah orang yang kuat, lalu beliau
berkata: "Kalau kalian berdua menginginkannya maka kami akan memberikan
kepada kalian berdua, dan tidak ada bagian dalam zakat tersebut bagi orang yang
kaya dan orang yang mampu untuk bekerja." (HR.Abu Daud :
1391, Sunan Abu Daud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab man yu’thaa minash
shadaqati wa haddul ghinaa, juz : 4, hal. 439)
Akan tetapi ada orang kaya yang
wajib membayar zakat (muzakki)
juga berhak menerima zakat (mustahiq zakat) dan mereka masuk
dalam delapan golongan penerima zakat seperti yang kita bahas terdahulu, yaitu
Amil, muallaf, orang yang berperang, orang yang terlilit hutang karena
mendamaikan dua orang yang sengketa, dan Ibnu Sabil yang memiliki harta di
kampungnya.[3]
3. Orang Kafir
Ketika Nabi
saw mengutus Muadz bin Jabal ke
Yaman, beliau meminta agar Muadz mengajarkan tauhid, shalat, kemudian
berikutnya zakat, dan zakat itu dibagikan kepada kalangan orang fakir dari umat
Islam, sebagaimana dinyatakan dalam hadits Nabi yang artinya : “dan dibagikan kepada kalangan yang fakir
dari mereka”. (HR. Bukhari) - Yang dimaksud
dengan ‘mereka’ pada potongan hadits di atas adalah masyarakat
Yaman yang telah masuk islam. Hadits yang dimaksud memaparkan selengkapnya sebagai
berikut :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ
اللَّهِ أَخْبَرَنَا زَكَرِيَّاءُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ ابْنِ
عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ
حِينَ بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَإِذَا
جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ
فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ
يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ
اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ
عَلَى فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ
أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ
اللَّهِ حِجَابٌ.(صحيح البخاري :
1401– صحيح البخاري–المكتبة الشاملة –باب اخد الصَدَقَة مِنْ الأغْنِيَاء وتُرَدُّ
فى الفُقَرَاء–الجزء : 5 –صفحة: 356)
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin
Muqatil], telah mengabarkan kepada kami [Abdullah], telah mengabarkan kepada
kami [Zakaria bin Ishaq] dari [Yahya bin Abdullah bin Shaifi] dari [Abu Ma’bad]
bekas hamba sahaya [Ibnu Abbas] dari [Ibnu Abbas] ia berkata : Rasulullah saw
berkata kepada Mua’adz bin Jabal ketika
beliau mengutusnya ke Yaman : "Sesungguhnya kamu akan mendatangi kaum
Ahlul Kitab, jika kamu sudah mendatangi mereka maka ajaklah mereka untuk bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad
adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaati kamu tentang hal itu, maka
beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka shalat lima waktu pada
setiap hari dan malamnya. Jika mereka telah mena'ati kamu tentang hal itu, maka
beritahukanlah mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka zakat yang diambil
dari kalangan orang mampu dari mereka dan dibagikan kepada kalangan yang faqir
dari mereka. Jika mereka mena'ati kamu dalam hal itu, maka janganlah kamu
mengambil harta-harta terhormat mereka dan takutlah terhadap do'anya orang yang
terzholimi karena antara dia dan Allah tidak ada hijab (pembatas yang
menghalangi)nya". (HR.Sahih
Bukhari : 1401, shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Akhdzush shadaqah
minal aghniya’ wa turaddu fil-Fuqaraai, juz : 5, hal. 356)
Ibnul Mundzir
menukil adanya kesepakatan ulama bahwa orang kafir tidak boleh menerima zakat.
Beliau berkata : “Setiap ‘ulama’
yang kami kenal sepakat bahwa orang kafir dzimmi tidak berhak diberi pembagian
zakat harta sedikitpun.” Akan tetapi mereka boleh diberi sedekah,
berdasarkan firman Allah.[4]
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ
مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
Dan
mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang
yang ditawan.(QS. Ad-Dahr/Al-Insan [76] : 8)
Dalam tafsir أضواء البيان (Adhwaaul
Bayan), ditegaskan bahwa tawanan yang
berada di bawah kekuasaan kaum muslimin hanyalah orang-orang kafir.[5]
Dan dalam kitab tafsir yang lain seperti
تفسير الطبري (tafsir Ath-Thabari),
bahwa tawanan yang dimaksud dalam ayat di atas adalah orang-orang musyrik.[6]
Dalam شعب الإيمان للبيهقي
(Syu’abul iman oleh imam Baihagi) diriwayatakan :
قَالَ أَبُو عُبَيْدٍ : وحدثني
حَجَّاجُ ، عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ ، في قوله عز وجل : وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا
وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا : لَمْ يَكُنِ اْلأَسِيْرُ عَلى عَهدِ رَسولِ اللهِ صلى الله
عليه وسلم إِلاَّ مِنَ الْمُشرِكِيْنَ . قَالَ أَبُو عُبَيْدٍ : فَأَرَى أَنَّ اللهَ قَدْ أَثْنَى عَلَى مَنْ
أَحْسَنَ إِلى أَسِيْرِ الْمُشرِكِين. (رواه البيهقي : 8855 – شعب الإيمان للبيهقي – المكتبة الشاملة – باب فصل
فى المكافأة بالصنائع – الجزء : 19 – صفحة : 152)
Abu ‘Ubaid berkata : Dan telah menceritakan
kepadaku Hajaj, dari Juraij, tentang firman Allah ‘Azz yang artinya : Dan mereka memberikan makanan yang disukainya
kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (QS. Ad-Dahr/Al-Insan [76] : 8) : Tidaklah seorang tawanan pada masa
Rasulullah saw kecuali terdiri dari oang-orang musyrik. Abu ‘Ubaid berkata :
Saya berpendapat bahwa Allah sungguh akan memuji orang yang berbuat baik kepada
tawanan yang terdiri dari orang-orang musyrik itu.(HR.Baihaqi : 8855, Syu’abul iman
Lil-Baihagi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab fil
mukafa-ah bish-shanai’i, juz : 19, hal. 152)
Dalam suatu
riwayat Rasulullah saw menegaskan, bahwa berbuat baik
kepada setiap makhluk yang bernyawa akan
diberi pahala, baik kepada binatang, apalagi terhadap manusia. Hadits Nabi :
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا
مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدَّ
عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا هُوَ
بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا
مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ ثُمَّ
رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا قَالَ فِي كُلِّ كَبِدٍ
رَطْبَةٍ أَجْرٌ. (رواه البخاري : 2190
– صحيح البخاري–المكتبة الشاملة –باب سقى الماء–الجزء : 8 –صفحة: 182)
Telah menceritakan kepada kami
'Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik, dari Sumayya, dari
Abu Shalih, dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda : "Ada
seorang laki-laki yang sedang berjalan lalu dia merasakan kehausan yang sangat
sehingga dia turun ke suatu sumur lalu minum dari air sumur tersebut. Ketika
dia keluar didapatkannya seekor anjing yang sedang menjulurkan lidahnya
menjilat-jilat tanah karena kehausan. Orang itu berkata : "Anjing ini
sedang kehausan seperti yang aku alami tadi". Maka dia (turun kembali ke
dalam sumur) dan diisinya sepatunya dengan air dan sambil menggigit sepatunya
dengan mulutnya dia naik keatas lalu memberi anjing itu minum. Kemudian dia
bersyukur kepada Allah maka Allah mengampuninya". Para sahabat
bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah kita akan dapat pahala dengan berbuat
baik kepada hewan?" Beliau saw menjawab:
"Terhadap setiap makhluq bernyawa diberi pahala".(HR.Bukhari
: 2190, shahih
Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Saqyul maai, juz : 8, hal. 182)
4.
Orang Yang Wajib
Dinafkahi
Zakat tidak boleh diberikan kepada orang yang
wajib dinafkahi, seperti Isteri, ayah, ibu, dan seterusnya ke atas; anak-anak
dan seterusnya ke bawah; dengan alasan
bahwa mereka adalah wajib diberi nafkah. Kalau mereka itu miskin, maka tetap
dipandang kaya karena kekayaan si muzakki. Dan bila zakat itu diberikan kepada
mereka, maka berarti si kaya telah menarik keuntungan untuk dirinya sendiri
dengan mengabaikan kewajiban memberi nafkah.[7]
[1]. Syarah
Muslim oleh imam Nawawi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab tarki isti’maali
aalinnabiyyi ‘alashshadaqati, juz : 4, hal. 36)
[3]. Ibnu Qudamah,
Al-Mughni, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab man ya’khudzu minal ghina minaz
zakaati, juz : 14, hal. 340
[5]. Abu ‘Isa
Muhammadurah, tafsir أضواء
البيان (Adhwaaul
Bayan), Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab/juz : 1, hal. 229
[6]. Abu Ja’far Ath-Thabari, تفسير الطبري (Tafsir Ath-Thabari), Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab : 7, juz : 24, hal. 97
Tidak ada komentar:
Posting Komentar