MENAMBAHKAN NAMA
DI BELAKANG NAMA DIRINYA
Dalam ajaran Islam, diharamkan menambahkan nama selain nama “ayah” di belakang nama dirinya, baik
lelaki maupun wanita, meskipun nama tersebut adalah nama suami bagi seorang
isteri. Karena dalam ajaran Islam, nama lelaki di belakang nama seseorang menunjukkan
keturunan, sehingga tempat tersebut hanya boleh untuk nama ayah kandungnya sebagai
penghormatan kepadanya. Dalilnya adalah hadits Nabi :
حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ بَكْرُ بْنُ خَلَفٍ حَدَّثَنَا
ابْنُ أَبِي الضَّيْفِ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْمٍ
عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ انْتَسَبَ إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ أَوْ تَوَلَّى غَيْرَ مَوَالِيهِ
فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ. (رواه ابن ماجه : 2599 – سنن ابن ماجه –
المكتبة الشاملة - بَاب مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ أَوْ تَوَلَّى غَيْرَ
مَوَالِيهِ – الجزء : 8 – صفحة : 34)
Telah
menceritakan kepada kami Abu Bisyr Bakar bin Khalaf, telah menceritakan kepada
kami Ibnu Abu Dlaif, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Utsman bin
Khutsaim dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah saw bersabda
: "Barangsiapa yang menghubungkan nasabnya kepada selain ayahnya atau
seorang budak mengaku sebagai budak kepada selain majikannya, maka laknat dari
Allah, para malaikat dan manusia secara keseluruhan ditimpakan kepadanya'."
(HR.Ibnu Majah : 2599, Sunan Ibnu Majah,
bab manid da’aa liaa ghairi abiihi..., juz : 8, hal. 34)
حَدَّثَنَا أَبُو مَعْمَرٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ
عَنْ الْحُسَيْنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ قَالَ حَدَّثَنِي يَحْيَى
بْنُ يَعْمَرَ أَنَّ أَبَا الْأَسْوَدِ الدِّيلِيَّ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي ذَرٍّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ : لَيْسَ مِنْ
رَجُلٍ ادَّعَى لِغَيْرِ أَبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُهُ إِلَّا كَفَرَ وَمَنْ ادَّعَى
قَوْمًا لَيْسَ لَهُ فِيهِمْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ. (رواه البخاري : 3246 – صحيح البخاري - المكتبة الشاملة - بَاب نِسْبَةِ
الْيَمَنِ إِلَى إِسْمَاعِيلَ – الجزء : 11- صفحة : 329)
Telah
menceritakan kepada kami [Abu Makmar], telah menceritakan kepada kami [Abdul
Warits], dari [Al-Husain] dari [Abdullah bin Buraidah], ia berkata : Telah
menceritakan kepadaku [Yahya bin Ya’mar], bahwa [Abu Al-Aswad Ad-Diyali] telah
menceritakan kepadanya dari Abu Dzar ra, bahwa ia telah mendengar Nabi saw
bersabda : Tidaklah
seorang mengaku (sebagai anak) dari bukan ayahnya, padahal ia mengetahuiny
melainkan ia telah kafir, dan barangsiapa mengaku berasal dari suatu kaum,
padahal ia bukan dari kaum itu, maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya
di neraka. (HR. Bukhari
: 3246, Shahih Bukhari, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab nisbatil Yaman ilaa Isma’il, juz : 11, hal. 329)
حَدَّثَنَا النُّفَيْلِيُّ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا
عَاصِمٌ الْأَحْوَلُ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو عُثْمَانَ قَالَ حَدَّثَنِي سَعْدُ
بْنُ مَالِكٍ قَالَ سَمِعَتْهُ أُذُنَايَ وَوَعَاهُ قَلْبِي مِنْ مُحَمَّدٍ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ
غَيْرُ أَبِيهِ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ. (رواه ابو داود : 4449
- سنن ابو داود – المكتبة الشاملة - بَاب فِي الرَّجُلِ يَنْتَمِي إِلَى غَيْرِ
مَوَالِيهِ – الجزء : 13- صفحة : 316)
Telah
menceritakan kepada kami [An-Nufaili], telah menceritakan kepada kami [‘Ashim
Al-Ahwal], ia berkata : Telah menceritakan kepadaku Sa’ad bin Malik, ia berkata
: Kedua telingaku mendengar dan hatiku meresapinya dari Muhammad saw, bahwa
beliau besabda : Barangsiapa
mengaku (sebagai anak) bukan kepada ayahnya (menyandarkan dirinya kepada selain
ayahnya), padahal ia mengetahui bahwa dia bukan ayahnya, maka surga haram
baginya. (HR.Abu
Dawud : 4449, Sunan Adu Dawud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab firrajul yantami
ilaa ghairi mawaaliihi, juz : 13, hal. 316)
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ قَالَ حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ أَبِي سَعِيدٍ وَنَحْنُ
بِبَيْرُوتَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ أَوْ انْتَمَى إِلَى غَيْرِ مَوَالِيهِ
فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ الْمُتَتَابِعَةُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. (رواه ابو داود : 4451 – سنن ابو داود –
المكتبة الشاملة - بَاب فِي الرَّجُلِ يَنْتَمِي إِلَى غَيْرِ مَوَالِيهِ - الجزء
:13 - صفحة : 318)
Telah menceritakan kepada kami
Sulaiman bin 'Abdurrahman Ad Dimasyqi berkata, telah menceritakan kepada kami
Umar bin Abdul Wahid, dari 'Abdurrahman bin Yazid bin Jabir ia berkata; telah
menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id -ketika kami sedang berada di Bairut-
Dari Anas bin Malik, ia berkata : Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa
mengaku (sebagai anak) bukan kepada ayahnya (menyandarkan dirinya kepada selain
ayahnya), atau menisbatkan kepada selain
tuan-tuannya, maka ia akan mendapatkan laknat Allah yang berturut-turut hingga
datang hari kiamat. (HR.Abu
Dawud : 4451, Sunan Adu Dawud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab firrajul yantami
ilaa ghairi mawaaliihi, juz : 13, hal. 318)
Tidak ditemukan dalam sunah Nabi
saw yang menunjukkan bahwa isteri dinisbatkan kepada suaminya, karena para isteri
Rasulullah saw yaitu para ibu kaum mukminin menikah dengan manusia yang paling
mulia nasabnya namun tidak seorang-pun dari mereka yang dinisbatkan kepada nama
beliau saw, bahkan mereka semua masih dinisbatkan kepada ayahnya meskipun
ayahnya kafir, demikian pula para istri sahabat.
Contoh :
-
FATIMAH (nama
diri)
-
MAHMUD (nama
suami atau lainnya),
-
KHALID (nama
ayah)
1. Contoh yang diharamkan, seperti : “FATIMAH” lalu
ditambah nama “MAHMUD” dibelakangnya, sehingga menjadi : “FATIMAH MAHMUD”
2. Contoh yang benar dan seharusnya : “FATIMAH”
ditambah nama “KHALID” dibelakangnya, sehingga menjadi : “FATIMAH KHALID”
Dibolehkan memperkenalkan diri dengan
memberikan suatu keterangan, umpama : FATIMAH isteri MAHMUD, atau FATIMAH
nyonya MAHMUD, atau Ibu MAHMUD.
Wallah A’lam Bishshawaab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar