ZAKAT ZURU’ (HASIL-HASIL PERTANIAN)
Zakat zuru’
atau zakat hasil-hasil pertanian ditetapkan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Dalil yang dapat diambil dari Al-Qur’an antara lain :
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ جَنَّاتٍ مَعْرُوشَاتٍ
وَغَيْرَ مَعْرُوشَاتٍ وَالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفًا أُكُلُهُ
وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهًا وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ كُلُوا مِنْ
ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَآَتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ وَلَا تُسْرِفُوا
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ. (الأنعام : 141)
Dan Dialah
yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon
korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa
(bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang
bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan mengeluarkan zakatnya); dan janganlah
kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan. (QS.Al-An’am
: 141)
Ibnu Abbas berkata : Yang dimaksud
dengan “haknya” dalam ayat di atas adalah “zakat yang
diwajibkan”.[1]
Demikian pula menurut Jabir bin Zaid, seperti yang diriwayatkan oleh imam
Baihaqi berikut ini :
(واخبرنا) أبو عبد الله الحافظ وابو
بكر بن الحسن وابو سعيد بن ابي عمرو قالوا ثنا أبو العباس الاصم ثنا الحسن بن علي
ثنا يحيى ابن آدم ثنا ابن مبارك عن محمد بن سليمان عن حيان الاعرج عن جابر بن زيد
قوله تعالى (وَآَتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ) قال الزكوة المفروضة. (رواه البيهقي –السنن الكبرى للبيهقي – المكتبة
الشاملة – الباب/الجزء : 4 – صفحة : 132)
Dan telah mengabarkan kepada kami
Abu Abdillah Al-Hafihz dan Abu Bakar bin Al-Hasan dan Abu Sa’id bin Abi Amr, mereka
berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Abbas Al-Asham, telah
menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Ali, telah menceritakan kepada kami Yahya
Ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mubaraka, dari Muhammad bin
Sulaiman, dari Hayyan Al-A’raj, dari Jabir bin Zaid, firman Allah yang artinya :
“Tunaikanlah haknya di hari memetiknya”. Ia (Jabir bin Zaid) berkata : Zakat yang diwajibkan. (HR.Baihaqi, Assunan Al-Kubra
Lil-Baihaqi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/juz : 4, hal. 132)
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا
أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ
تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآَخِذِيهِ إِلَّا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا
أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (267)
"Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.
dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (QS.
al-Baqarah: 267)
Menurut Ibnu Abbas
dalam tafsir Ath-Thabari, kata “nafkahkanlah” pada ayat di atas maksudnya
adalah “zakatilah”.[2] Berdasarkan ayat di atas, maka para ahli fiqih
mewajibkan penunaian zakat hasil pertanian.
Pada masa Rasulullah saw
zakat dipungut dari hasil pertanian yang ditanam oleh manusia dan berupa
makanan pokok, yaitu makanan yang dapat mengenyangkan
serta tahan disimpan lama,[3]
seperti : gandum, padi, kurma, anggur dan jagung
sebagaimana hadits berikut ini :
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ
بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ
عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ إِنَّمَا سَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزَّكَاةَ فِي هَذِهِ الْخَمْسَةِ فِي الْحِنْطَةِ
وَالشَّعِيرِ وَالتَّمْرِ وَالزَّبِيبِ وَالذُّرَةِ. (رواه ابن ماجه : 1805 – سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة -
بَاب مَا تَجِبُ فِيهِ الزَّكَاةُ مِنْ الْأَمْوَالِ – الجزء : 5 – صفحة : 394)
Telah
menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar,
telah menceritakan kepada kami Isma'il bin Ayyasy, dari Muhammad bin
Ubaidullah, dari Amru bin Syu'aib, dari Bapaknya, dari Kakeknya ia berkata :
"Rasulullah saw telah menetapkan zakat pada lima bentuk makanan; gandum, padi, kurma, anggur kering dan jagung."
(HR.Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Samilah, bab tajibu fiihiz
zakaatu minal amwaal, juz : 5, hal. 394)
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ السَّرِيِّ النَّاقِطُ
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مَنْصُورٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ إِسْحَقَ عَنْ
الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ عَنْ عَتَّابِ بْنِ أَسِيدٍ قَالَ أَمَرَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُخْرَصَ الْعِنَبُ كَمَا
يُخْرَصُ النَّخْلُ وَتُؤْخَذُ زَكَاتُهُ زَبِيبًا كَمَا تُؤْخَذُ زَكَاةُ
النَّخْلِ تَمْرًا.(رواه ابو داود :
1366 -سنن ابو داود – المكتبة الشاملة - بَاب فِي خَرْصِ الْعِنَبِ– الجزء
: 4 – صفحة : 404)
Telah menceritakan kepada Kami
Abdul Aziz bin As-Sari An-Naqith, telah menceritakan kepada Kami Bisyr bin
Manshur, dari Abdurrahman bin Ishaq, dari Az-Zuhri, dari Sa'id bin Al-Musayyab,
dari 'Attab bin Usaid, ia berkata : Rasulullah saw memerintahkan untuk memperkirakan jumlah buah
anggur (berapa banyak buahnya) sebagaimana memperkirakan jumlah kurma dan
diambil zakatnya sesudah kering (dalam bentuk kismis) sebagaimana buah kurma
diambil zakatnya dalam bentuk kurma kering. (HR.Abu Dawud : 1366, Sunan Abu
Dawud, Al-Maktbah Asy-Syamilah, bab Fii Kharshil ‘Inabi, juz : 4, hal. 404)
Terdapat Beda Pendapat
Para
ulama’ sepakat bahwa tanaman dan buah-buahan wajib dizakati, namun mereka
berbeda pendapat mengenai jenis-jenis yang wajib dizakati, yaitu :
1.
Hasan Al-Bashri dan Asy-Sya’bi, berpendapat bahwa yang wajib dizakati
hanyalah yang tegas disebutkan dalam nash, seperti gandum, padi, kurma, anggur kering dan jagung. Menurut imam Asy-Syaukani : Inilah pendapat
yang benar.
2.
Madzhab Hanafi, berpendapat bahwa setiap yang tumbuh di
muka bumi wajib dizakati, termasuk sayur-sayuran dan lainnya, kecuali kayu
bakar, bambu, rumput-rumputan atau pohon yang tidak berbuah.
3.
Mazhab Abu Yusuf bin Muhammad, berpendapat bahwa setiap yang tumbuh di
muka bumi wajib dizakati, dengan syarat dapat bertahan selama satu tahun tanpa
pengawet, baik ditakar seperti biji-bijian atau ditimbang seperti kapas dan
gula.
4.
Mazhab Maliki, berpendapat bahwa hasil bumi itu wajib
dizakati dengan syarat tahan lama, kering dan ditanam oleh manusia, baik yang
menjadi bahan makanan pokok atau tidak, kecuali sayur-sayuran, buah tein,
delima dan jambu.
5.
Madzhab Syafii,
berpendapat bahwa tumbuh-tumbuhan/buah-buahan yang wajib dizakati hanyalah
bahan makanan pokok, dapat disimpan lama dan ditanam oleh mansia.
6.
Mazhab Ahmad, berpendapat bahwa semua yang keluar dari
bumi, wajib dizakati, baik biji-bijian
maupun buah-bahan yang dapat kering dan dapat tahan lama, ditakar, ditanam
manusia di tanah sendiri, baik berupa bahan makanan pokok atau tidak. Dan tidak
wajib dizakati seperti semangka, pepaya, jambu, buah tin yang tidak dapat
dikeringkan, dan juga tidak wajib pada sayur-sayuran seperti daun mentimun dan
daun pepaya. [4]
Hasil pertanian tidak wajib dikeluarkan zakatnya sebelum
mencapai nishab, yaitu 5 wasq, sebagaimana sabda Nabi saw. :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَعَمْرٌو
النَّاقِدُ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ قَالُوا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ
عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ أُمَيَّةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ عَنْ
يَحْيَى بْنِ عُمَارَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسَةِ
أَوْسَاقٍ مِنْ تَمْرٍ وَلَا حَبٍّ صَدَقَةٌ. (رواه مسلم : 1627- صحيح مسلم – المكتبة الشاملة – باب الزَّكَاةِ– الجزء : 5 صفحة : 114)
Telah menceritakan kepada kami Abu
Bakar bin Abi Syaibah dan Amru An Naqid dan Zuhair bin Harb mereka berkata.
Telah menceritakan kepada kami Waki', dari Sufyan, dari Isma'il bin Umayyah,
dari Muhammad bin Yahya bin Habban, dari Yahya bin Umarah, dari Abu Sa'id Al
Khudri ia berkata : Rasulullah saw
bersabda: "Tidak wajib dizakati kurma dan biji-bijian yang
kurang dari lima wasq." (HR.Muslim : 1627, Shahih Muslim, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, bab Zakat, juz : 5, hal. 114)
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ الْكِنْدِيُّ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ الطَّنَافِسِيُّ عَنْ إِدْرِيسَ الْأَوْدِيِّ
عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنْ أَبِي الْبَخْتَرِيِّ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَفَعَهُ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْوَسْقُ سِتُّونَ
صَاعًا.(رواه ابن ماجه : 1822 - سنن ابن ماجه – المكتبة الشاملة – باب بَاب
الْوَسْقُ سِتُّونَ صَاعًا – الجزء : 5 صفحة : 518)
Telah menceritakan kepada kami
Abdullah bin Sa'id Al-Kindi, ia berkata, telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Ubaid Ath Thanafisi, dari Idris Al-Audi, dari Amru bin Murrah,
dari Abu Al-Bakhtari, dari Abu Sa'id ia memarfu'kannya (menyandarkan) kepada Nabi
saw, beliau mengatakan : "Satu wasaq adalah enam puluh sha'."
(HR.Ibnu Majah : 1822, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-Wasaq
Sittuna Shaa’an, juz : 5, hal. 518)
Berdasarkan
hadits di atas, jelaslah bahwa harta yang kurang dari 5 wasaq tidak wajib zakat. Adapun satu nishab
berdasarkan “takaran” adalah : 1 wasaq adalah 60 sha’. Jadi, 5
wasaq = 5 x 60 = 300 sha’. Menurut ukuran menurut liter adalah 1 sha’= 3,1 liter. Jadi, 300 x 3,1 = 930
liter.).[5]
Sedangkan satu nishab berdasarkan “timbangan” adalah
: 5 wasaq = 720 kg beras (padi tanpa kulit) atau 1200 kg (12
kwintal) padi.
- Rincian perhitungan Nisab Beras : 1 wasaq
beras = 60 sha'. 1 sha' beras = 4 mud. 1 mud beras = 6 ons (kurang
lebih). Jadi, 1 wasaq = 6 ons x 4 x 60 = 1440 ons. - 5 wasaq = 5 x 1440 ons = 7200 ons (720 kg)
- Rincian perhitungan Nisab Padi : 100
kg padi = 60 kg beras. Berarti, 60 kg beras = 100 kg padi. 600 kg beras = 1.000
kg padi. 720 kg beras = 1200 kg padi. Jadi, nisab padi adalah 1.200 kg padi (12
kwintal).[6]
Zakat Yang
Wajib Dikeluarkan
Kadar zakat untuk hasil pertanian, berbeda tergantung
dengan jenis pengairannya. Apabila diairi dengan air hujan, atau sungai/mata
air, maka zakatnya 10%, sedangkan apabila diairi dengan disirami atau dengan
irigasi yang memerlukan biaya tambahan maka zakatnya 5%. Hal ini berasarkan
hadits Nabi saw berikut :
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ بْنُ يَزِيدَ
عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيمَا سَقَتْ
السَّمَاءُ وَالْعُيُونُ أَوْ كَانَ عَثَرِيًّا الْعُشْرُ وَمَا سُقِيَ بِالنَّضْحفىِ
نِصْفُ الْعُشْرِ. (رواه البخاري
: 1388 – صحيح البخاري – المكتبة الشاملة – باب العشر فيما يسقى من ماء السماء –
الجزء : 5 – صفحة : 335)
Telah menceritakan kepada kami
Sa'id bin Abu Maram, telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Wahb, ia
berkata : Telah mengabarkan kepada saya Yunus bin Zaid, dari Az-Zuhriy, dari
Salim bin 'Abdullah, dari bapaknya ra, dari Nabi saw bersabda : "Pada tanaman yang diairi
dengan air hujan, mata air, atau air tanah maka zakatnya sepersepuluh
(sepuluh persen), adapun yang diairi dengan menggunakan tenaga maka
zakatnya seperduapuluh (lima persen)".
(HR.Bukhari : 1388, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Al-‘Usyr
fiimaa yusraa min maaissamaai, juz : 5, hal. 335)
[1]. Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/juz :
1, hal 347
[2]. Abu Ja’far Muhammad bin Jarir
bin Yazid bin Ghalib [224-310 H/839-923 M], Tafsir Ath-Thabary, Al-Maktabah
Asy-Syamilah, cetakan-1, tahun, 1420 H – 2000 M, bab 267, juz : 5, hal. 555
[3]. Sulaiman Rajid H,
Fiqih Islam, PT.Sinar baru, Bandung,
cetakan 32, tahun 1998, hal. 196
[4]. Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab/juz :
1, hal 349 - 350
[5]. Sulaiman Rasyid, H, Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, cetakan ke
32, Bandung hal. 204
[6]. http://www.alkhoirot.org/2012/12/zakat-mal-dan-zakat-fitrah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar